Beranda

Sunday, September 16, 2018

Fisiologi Hewan: Sistem Pencernaan


Energi yang digunakan oleh hewan untuk mempertahankan kondisi homeostasis, diperoleh hewan melalui asupan makanan yang ia makan. Namun, karena molekul pada makanan yang masuk umumnya masih terlalu besar atau masih dalam keadaan kompleks, mengakibatkan energi yang ada pada makanan tidak mampu langsung diserap oleh tubuh. Oleh karena itu, agar molekul di dalamnya dapat diserap oleh tubuh hewan, makanan yang masuk harus melalui beberapa tahap yang disebut dengan proses pencernaan. Hal inilah yang mendasari adanya sistem pencernaan di dalam tubuh hewan. Pada bab ini, anda akan mempelajari tentang
A.      Fungsi Sistem Pencernaan
Tahap pertama di dalam sistem pencernaan dimulai bahkan sebelum makanan masuk ke dalam mulut. Ketika hewan atau manusia mencium atau melihat makanan yang akan dimakan, mereka mulai mengeluarkan air liur sebagai antisipasi untuk makan, begitulah awal mula dari proses pencernaan (Wikibooks Contributors, 2006).
Manusia mengonsumsi tiga kategori biokimiawi bahan makanan kaya energi: karbohidrat, protein, dan lemak. Molekul-molekul besar ini tidak dapat melewati membran plasma utuh untuk diserap dari lumen saluran cerna ke dalam darah atau limfa. Kata pencernaan (digestion) merujuk kepada penguraian biokimiawi struktur kompleks makanan menjadi satuan-satuan yang lebih kecil dan dapat diserap (Sherwood, 2009).
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrien, air, dan elektrolit dari makanan yang kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang ditelan merupakan sumber energi atau bahan bakar yang esensial. Bahan bakar tersebut digunakan oleh sel untuk menghasilkan ATP untuk melaksanakan berbagai aktivitas yang memerlukan energi, misalnya transpor aktif, kontraksi, sintesis, dan sekresi. Makanan juga merupakan sumber bahan baku untuk memperbarui dan menambah jaringan tubuh (Sherwood, 2009).
Selama proses pencernaan berlangsung, terjadi dua proses utama secara bersamaan yaitu (Wikibooks Contributors, 2006):
1.         Pencernaan Mekanis
Potongan besar makanan dihancurkan menjadi potongan kecil sebelum melalui pencernaan kimiawi. Pencernaan mekanis dimulai di dalam mulut dan berlanjut hingga sampai ke perut.

2.         Pencernaan Kimiawi
Berbagai macam enzim yang berbeda memecah makromolekul menjadi molekul yang lebih kecil agar lebih mudah diabsorbsi. Pencernaan kimiawi dimulai dengan saliva dan berlanjut hingga di dalam usus.
Sistem pencernaan atau dikenal juga sebagai sistem gastrointestinal pada hewanmemiliki 4 fungsi utama yaitu sebagai berikut (Santoso, 2009).
1.         Menyelenggarakan aktivitas makan (feeding) yaitu mengantarkan makanan ke bagian awal dari saluran pencernaan. Hal ini akan dilakukan dengan kerja sama terhadap sistem tubuh lainnya meliputi sistem gerak, dan berbagai sistem sensoris (pendengaran dan penglihatan serta penciuman).
2.         Pencernaan (digestion) yaitu proses dimana bahan makanan yang ditelan akan dihancurkan secara fisika dan kimiawi sehingga dapat diserap oleh dinding usus dan selanjutnya dijadikan suplai energi dan proses-proses fisiologis lainnya.
3.         Absorbsi yaitu penyerapan bahan makanan yang telah dicerna di saluran pencernaan untuk kemudian ditransfer ke sel-sel tubuh lainnya yang akan digunakan atau disimpan untuk sementara.
4.         Eliminasi atau ekskresi yaitu mengeliminasi segala sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna dan diserap sehingga menjadi kotoran yang harus dibuang ke luar tubuh.
Terdapat empat proses pencernaan dasar yaitu motilitas, sekresi, pencernaan, dan penyerapan. Adapun secara singkat fungsi dari berbagai komponen sistem pencernaan adalah sebagai berikut (Sherwood, 2009).
Tabel 15. Fungsi berbagai komponen sistem pencernaan
MOTILITAS
SEKRESI
PENCERNAAN
PENYERAPAN
Mengunyah
Liur
-      Amilase
-      Mukus
-      Lisozim
Pencernaan karbohidrat
Dimulai
Makanan tidak; terjadi pada beberapa
Obat, misalnya nitrogliserin
Menelan
Mukus
Tidak ada
Tidak ada
Relaksasi reseptif;
peristalsis
Getah lambung
-      HCl
-      Pepsin
-      Mukus
-      Faktor intrinsik
Pencernaan karbohidrat berlanjut di korpus lambung; pencernaan protein dimulai di antrum lambung
Makanan tidak; beberapa bahan larut lemak, misalnya alkohol dan aspirin
Tidak berlaku
Enzim pencernaan pankreas
-         Tripsin, kimotripsin, karboksipeptidase
-         Amilase
-         Lipase
Sekresi NaHCO3 pankreas
Enzim-enzim pankreas ini menyelesaikan pencernaan di lumen duodenum
Tidak berlaku
Tidak berlaku
Empedu
-        Garam empedu
-        Sekresi basa
-        Bilirubin
Empedu tidak mencerna apapun, tetapi garam empedu mempermudah pencernaan dan penyerapan lemak di lumen duodenum
Tidak berlaku
Segmentasi; migrating
motility complex
Sukus enterikus
-      Mukus
-      Garam
(Enzim-enzim usus halus tidak disekresikan tetapi berfungsi di dalam membran brushborder - disakaridase dan aminopeptidase)
Di lumen. di bawah pengaruh enzim pankreas dan empedu, pencernaan karbohidrat dan protein berlanjut dan pencernaan lemak telah tuntas; di brush border, pencernaan karbohidrat dan lemak selesai.
Semua nutrien, sebagian besar elektrolit, dan air
Kontraksi haustra,
pergerakan massa
Mukus
Tidak ada
Garam dan air; mengubah isi menjadi tinja
(Sumber: Sherwood, 2009)

B.       Organ Pencernaan
Seperti halnya dengan sistem tubuh lainnya, sistem pencernaan inimemperlihatkan pola-pola spesifik antar satu kelompok hewan dengan kelompoklainnya. Perbedaan pola antar kelompok tersebut dapat meliputi mekanismepencernaannya, jenis atau tipe makanan yang dicerna serta aspek-aspek lain yangberkenaan dengan nutrien-nutrien yang diperlukan dan tidak diperlukan oleh tubuh (Santoso, 2009).
Sistem pencernaan mamalia terdiri atas saluran pencernaan dan berbagai kelenjar aksesoris yang mensekresikan getah pencernaan ke dalam saluran itu melalui duktus (saluran). Saluran pencernaan terdiri dari beberapa organ, yaitu mulut, faring dan esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus. Kelenjar aksesoris pencernaan manusia adalah tiga macam yaitu kelenjar ludah, pankreas, dan hati.
1.         Mulut
Pintu masuk ke saluran cerna adalah dari mulut arau rongga oral. Lubang masuk dibentuk oleh bibir yang mengandung otot dan membantu mengambil, menuntun, dan menampung makanan di mulut. Bibir juga memiliki fungsi nonpencernaan; bibir penting untuk berbicara (artikulasi banyak bunyi bergantung pada bentukan bibir tertentu) dan sebagai reseptor sensorik. Bibir memiliki kemampuan merasakan sensasi taktil (sentuh) yang tinggi (Sherwood, 2009).
Langit-langit (palatum), yang membentuk atap lengkung rongga mulut, memisahkan mulut dari saluran hidung. Keberadaan struktur ini juga memungkinkan bernapas dan mengunyah atau menghisap berlangsung secara bersamaan. Di belakang tenggorokan menggantung pada palatum suatu tonjolan, uvula, yang berperan penting dalam menutup saluran hidung sewaktu menelan. Lidah, yang membentuk dasar rongga mulut, terdiri dari otot rangka yang dikontrol secara volunter. Gerakan lidah penting dalam menuntun makanan di dalam mulut sewaktu mengunyah dan menelan serta berperan penting dalam berbicara. Selain itu, kuncup kecap terletak di lidah (Sherwood, 2009).
Pencernaan makanan secara fisik dan kimiawi dimulai dalam mulut. Selama pengunyahan, gigi dengan berbagai bentuk akan memotong, melumat, dan menggerus makanan, sehingga membuat makanan tersebut lebih mudah ditelan. Ketika makanan mulai masuk ke dalam mulut, kelenjar saliva kana mengeluarkan ludah melalui duktus (saluran) ke rongga mulut, guna ludah sendiri adalah agar memudahkan makanan supaya mudah ditelan, selain itu, di dalam ludah mengandung amilase ludah, yang merupakan enzim pencernaan yang berfungsi untuk memecah pati dan glikogen menjadi molekul yang lebih kecil seperti polisakarida dan disakarida maltosa. Kemudian terdapat pula lidah yang akan membantu membentuk makanan yang dikunyah menjadi berbentuk bola yang disebut bolus. Ketika menelan, lidah akan membantu mendorong bolus ke belakang rongga mulut hingga masuk ke dalam faring(Campbell dkk, 2004).
2.         Faring dan Esofagus
Motilitas yang berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan. Sebagian besar dari kita berpikir bahwa menelan adalah tindakan terbatas memindahkan makanan keluar mulut menuju esofagus. Namun, menelan sebenarnya adalah keseluruhan proses memindahkan makanan dari mulut melalui esofagus hingga ke lambung (Sherwood, 2009).
Faring adalah rongga di belakang tenggorokan. Bagian ini berfungsi sebagai saluran bersama untuk sistem pencernaan (dengan berfungsi sebagai penghubung antara mulut dan esofagus, untuk makanan) dan sistem pernapasan (dengan memberi akses antara saluran hidung dan trakea, untuk udara). Susunan ini mengharuskan adanya mekanisme untuk menuntun makanan dan udara menuju saluran yang benar setelah melewati faring. Di dinding samping faring terdapat tonsil, jaringan limfoid yang merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh (Sherwood, 2009). Setelah bolus masuk ke faring, dengan gerak peristaltiknya, esofagus akan mendorong bolus dari faring turun ke lambung. Pada tahap ini amilase ludah masih terus menghidrolisis pati dan glikogen (Campbell dkk, 2004).
3.         Lambung
Lambung berada pada sisi kiri rongga abdomen, persis di bawah diafragma. Karena organ besar ini dapat menyimpan keseluruhan makanan yang dimakan dalam satu waktu, maka kita tidak perlu makan terus-menerus. Dengan dinding yang sangat elastis dan lipatan yang mirip akordion, lambung dapat meregang dan menampung atau mengakomodasi sekitar 2 liter makanan dan air (Campbell dkk, 2004).
Lambung berperan dalam pencernaan protein dengan mensekresikan enzim protease yang akan memecah molekul protein. Lingkungan di dalam lambung semua vertebrata bersifat sangat asam, dengan pH berkisar antara 1 sampai 2. Kondisi lambung yang sangat asam tersebut akan mengaktifkan enzim protease yang sebelumnya disimpan dan disekresikan dalam bentuk prekusor inaktif yang disebut zymogen (Santoso, 2009).
Pada beberapa hewan herbivora, misalnya sapi atau kerbau, lambungnya sudah terspesialisasi untuk mencerna selulosa. Pada hewan tersebut, lambungnya terdiri atas banyak ruang yang berkebalikan dengan lambung umumnya pada vertebrata lain yang hanya terdiri dari satu ruangan. Struktur dari lambung kelompok hewan yang disebut ruminansia tersebut terdiri atas rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Hewan-hewan ruminansia sebenarnya tidak dapat mencerna selulosa dari dinding sel tumbuhan yang dimakannya. Hal ini seperti pada vertebrata lainnya, karena ketiadaan enzim pencerna selulosa yang dapat memutus unit-unit polimer dari selulosa menjadi lebih sederhana seperti monomer glukosa. Dalam rangka mencerna selulosa tersebut, hewan ruminansia bersimbiosis dengan bakteri dan protozoa yang hidup di dalam rumen dan retikulum yang mampu mencerna ikatan beta-glikosida antar unit selulosa secara enzimatis sehingga menjadi monomer yang sederhana dan dapat diabsorpsi oleh hewan ruminansia (Santoso, 2009).
Bagian yang menjadi tempat pencernaan yang umum adalah ventrikulus atau lambung, namun terdapat juga modifikasi yang disebut empedal atau gizzard. Empedal (gizzard) dan lambung pada hewan yang memiliki keduanya, adalah pelebaran dari saluran pencernaan bagian anterior dan terlibat dalam proses pencernaan. Empedal adalah organ yang berupa kantong berdinding otot kuat dan terlibat dalam proses pencernaan secara fisik dari bahan makanan yang ditelan. Empedal ini terdapat pada invertebrata maupun vertebrata. Pada invertebrata seperti pada kelompok arthropoda, empedal berperan dalam melumatkan dan menyaring makanan atas dasar ukurannya. Pada vertebrata, empedal hanya ditemukan pada aves dan salah satu kelompok reptilia. Empedal ini juga ditemukan pada kerabat dinosaurus yang masih hidup sampai sekarang, yaitu buaya.
4.         Usus Halus
Dengan panjang lebih dari 6 m pada manusia, usus halus (small intestine) adalah bagian saluran pencernaan yang paling panjang. Usus halus adalah organ dimana sebagian besar hidrolisis enzimatik makromolekul dalam makanan terjadi. Organ ini juga bertanggung jawab dalam penyerapan sebagian besar nutrien ke dalam darah. Sekitar 25cm pertama dari usus halus disebut duodenum. Di sini kim asam disemprotkan dari lambung bercampur dengan getah pencernaan dari penkreas, hati, kantong empedu, dan sel-sel kelenjar pada dinding usus halus itu sendiri. Pankreas menghasilkan beberapa enzim hidrolitik dan larutan alkali yang kaya akan bikarbonat. Bikarbonat bekerja sebagai dapar (buffer), yang menetralkan keasaman kim dari lambung (Campbell dkk, 2004).
Usus halus merupakan lokasi utama terjadinya pencernaan kimiawi dan mekanis. Tonjolan kecil yang ada pada usus halus disebut villi, villi berfungsi mengabsorbsi makanan yang dicerna ke dalam pembuluh kapiler. Kebanyakan absorpsi makanan terjadi di jejunum dan ileum (Wikibooks Contributors, 2006). Absorspsi makanan yang telah dicernakan seluruhnya berlangsung di dalam usus halus melalui dua saluran, yaitu pembuluh kapiler darah dan saluran limfe di vili di sebelah dalam permukaan usus halus (Andriyani dkk, 2015).
Pencernaan protein menjadi peptida dan asam amino terutama terjadi di perut tetapi beberapa juga terjadi di usus halus. Peptida terdegradasi menjadi asam amino; lemak terdegradasi menjadi asam lemak dan gliserol; dan karbohidrat terdegradasi menjadi gula sederhana.Tiga bagian utama dari usus halus adalah duodenum, jejunum, dan ileum. Pada anatomi sistem pencernaan, duodenum adalah rongga yang menghubungkan perut ke jejunum. Ia merupakan bagian pertama dan terpendek dari usus halus.
5.         Usus Besar
Usus besar atau kolon yang kira-kira satu setengah meter panjangnya, adalah sumbangan dari usus halus dan mulai di katup ileokolik atau ileosekal, yaitu tempat sisa makanan lewat. Kolon mulai sebagai kantong yang mekar dan padanya terdapat appendix vermiformis atau umbai cacing. Appendix juga terdiri atas keempat lapisan submukosanya berisi sejumlah besar jaringan limfe, yang dianggap mempunyai fungsi serupa dengan tonsil. Sebagian terletak di bawah sekum dan sebagian di belakang sekum atau disebut retrosekum. Kolon berfungsi untuk absorpsi air, garam, dan glukosa, sekresi musin oleh kelenjar di dalam lapisan dalam, penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, dan sayuran hijau dan penyiapan sisa protein yang belum dicernakan oleh kerja bakteri guna ekskresi dan defekasi (pembuangan air besar/feses) (Andriyani dkk, 2015).
Feses mengandung massa bakteri, selulosa, dan bahan-bahan lain yang tidak tercerna. Feses bisa juga mengandung garam dalam jumlah berlimpah. Sebagai contoh, ketika konsentrasi besi dan kalsium dalam darah terlalu tinggi, lapisan kolon mengekskresikan garam-garam unsur tersebut ke dalam lumen, dan akhirnya garam-garam itu akan dibuang bersama feses. Dari kolon, feses akhirnya akan sampai ke rektum. Rektum merupakan bagian akhir dari kolon, di mana feses disimpan sampai dikeluarkan (Campbell dkk, 2004). Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seseorang yang mempunyai kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membuang air besar pada kira-kira waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks yang biasanya bekerja sesudah makan pagi (sarapan) (Andriyani dkk, 2015).

C.      Cara Hewan Memperoleh Makanan
Semua hewan adalah heterotrof yang tergantung kepada makanan yang ditelannya dalam rangka memenuhi seluruh kebutuhan energi untuk hidup. Hal ini sangat kontras dengan tumbuhan yang bersifat autotrof yang mampu mengkonversi molekul anorganik menjadi molekul organik dengan bantuan energi matahari. Jenis makanan yang ditelan oleh hewan sangat bervariasi, berkisar dari bakteria dan plankton yang sangat kecil hingga pada hewan-hewan berukuran besar seperti kelompok mamalia atau vertebrata lainnya.
Istilah herbivora, karnivora, dan omnivora menggambarkan jenis makanan yang umum dimakan oleh seekor hewan dan adaptasi yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan dan mengolah makanan tersebut, akan tetapi sebagian hewan adalah oportunistik, yang memakan makanan yang berada di luar kategori makanan utamanya ketika makanan ini tersedia. Contohnya sapi dan rusa yang termasuk ke dalam kelompok herbivora, kadang-kadang bisa memakan hewan kecil atau telur burung bersama dengan rumput dan tumbuhan lain. Sebagian besar karnivora mendapat nutrien dari bahan tumbuhan yang masih berada di saluran pencernaan mangsa mereka. Semua hewan juga mengkonsumsi beberapa bakteri bersama-sama dengan jenis makanan lain (Campbell dkk, 2004).
Mekanisme hewan menelan makanan sangat beraneka ragam, tetapi semuanya digolongkan ke dalam empat kelompok utama sebagai berikut (Campbell dkk, 2004).
1.         Pemakan Suspensi (suspension-feeder)
Banyak di antara hewan akuatik adalah pemakan suspensi yang menyaring partikel makanan kecil dari air. Remis dan tiram misalnya, menggunakan insangnya untuk menjerat potongan-potongan kecil, yang kemudian disapu bersama-sama dengan suatu lapisan mukus ke mulut oleh silia yang berdenyut atau bergerak.
2.         Pemakan substrat (substrate-feeder)
Hewan pemakan substrat hidup di atau dalam makanannya. Hewan jenis ini makan sambil menggali saluran untuk membuat jalan di makanannya. Contohnya adalah cacing tanah (pemakan deposit/deposit-feeder), cacing tanah memakan bahan organik yang telah busuk sebagian yang dikonsumsi bersama dengan tanah sambil membuat jalannya. Kemudian terdapat pula penggali daun, yang merupakan larva berbagai serangga yang membuat terowongan melalui bagian dalam daun.
3.         Pemakan Cairan (fluid-feeder)
Hewan jenis ini memperoleh makanannya dengan cara menyedot cairan yang kaya nutrien dari inang hidup. Nyamuk dan lintah menyedot dari hewan, lalu ada aphid yang menampung getah floem tumbuhan. Beberapa hewan pada golongan ini dinilai sebagai parasit karena dapat menyebabkan inangnya berada pada kondisi kekurangan nutrien. Namun, terdapat pula hewan yang menguntungkan inangnya, seperti lebah, ketika ia berpindah tempat untuk mencari nektar, lebah dapat pula membantu tumbuhan inangnya melakukan penyerbukan dengan cara membawa serbuk sari dari tanaman satu ke tanaman lainnya.
4.         Pemakan Potongan Besar (bulk-feeder)
Hewan pada kelompok ini memilki adaptasi berupa anggota tubuh yang berbentuk khusus seperti kuku, taring beracun, tentakel, rahang yang tajam, dan lain sebagainya untuk mendukung kegiatan makan mereka, lebih tepatnya ketika mencabik dan memotong-motong daging mangsanya.
Secara ringkas, bentuk makanan, metode makan yang digunakan, serta hewan yang menggunakan metode makan tersebut disajikan pada tabel sebagai berikut.


Tabel 16. Penggolongan hewan berdasarkan cara makannya (feeding method)
Bentuk Makanan
Metode Makan
Contoh Hewan yang Menggunakan
Partikel kecil
Pembentukan vakuola pencerna
Protozoa (Amoeba), Radiolaria
Dengan cilia
Bivalvia (Moluska), Spons, Berudu
Dengan tentakel
Beberapa echinodermata (ex. Seaurchin)
Pembentukan mucus (lendir penjerat)
Beberapa urochordata
Penggunaan seta (menyaring)
Beberapa anggota crustacean kecil, ikan hiu balen, burung flamingo, ikan hering, burung perel
Partikel besar
Menelan makanan inaktif
Beberapa annelida (cacing tanah, dll)
Menggalim menggali/mengebor, mengunyah, mengerat
Beberapa gastropoda (Moluska), landak laut, insekta, vertebrata
Memburu makanan (menangkap dan menelan mangsa)
Karnivora
Cairan
Menghisap getah tumbuhan/nektar
Lebah, humming bird
Menghisap susu atau sekret mirip susu
Mamalia muda, burung muda
Menghisap darah
Lintah, kelelawar penghisap darah, insekta (nyamuk, dll)
Pencernaan eksternal
Laba-laba
Penyerapan melalui permukaan tubuh
Parasit, cacing pita
Makanan siap serap
Absorbsi melalui permukaan tubuh
Endoparasit, beberapa invertebrata aquatik
Absorbsi dari partner simbiotik
Koral, hewan spons, mamalia ruminansia, paramecium, cacing pipih, remis.
(Sumber: Isnaeni (2006) dan Santoso (2009))

D.      Mekanisme Pengolahan Makanan
Sistem pencernaan berfungsi untuk menguraikan bahan makanan yang kompleks/makromolekul menjadi molekul sederhana agar dapat diserap oleh sel hewan. Namun, proses penguraian bahan makanan menjadi molekul sederhana tidak hanya terjadi pada satu waktu dan dilakukan oleh satu organ, melainkan melalui beberapa tahap dan melibatkan beberapa organ tubuh yang disebut organ pencernaan. Oleh karena itu, diketahui bahwa terdapat 4 tahap utama pengolahan makanan yaitu menyelenggarakan aktivitas makan/penelanan (feeding), pencernaan (digestion), penyerapan (absorpsi), dan eliminasi atau ekskresi. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai mekanisme pengolahan makanan pada sistem pencernaan hewan.
1.         Aktivitas makan (feeding) dikenal pula dengan istilah penelanan (ingestion), ini adalah tahapan pertama pengolahan makanan dan terjadi di dalam mulut.
2.         Pencernaan (digestion) adalah tahap kedua dalam mekanisme pengolahan makanan, pada tahap ini terjadi proses perombakan makanan menjadi molekul-molekul yang cukup kecil untuk bisa diserap oleh tubuh. Makromolekul dari bahan organik dalam makanan akan dipecah menjadi monomer penyusunnya seperti polisakarida dan disakarida yang diurai menjadi gula sederhana, lemak dicerna menjadi gliserol dan asam lemak, protein diuraikan menjadi asam amino, asam nukleat diuraikan menjadi nukleotida. Dengan kata lain, hal tersebut merupakan bagian dari proses pencernaan kimiawi.
3.         Penyerapan (absorpsi) terjadi setelah seluruh molekul mampu diserap oleh tubuh. Penyerapan dilakukan oleh sel-sel hewan dengan cara menyerap molekul kecil (glukosa, asam amino) dari kompartemen pencernaan.
4.         Eliminasi/ekskresi adalah tahap akhir dari proses pengolahan makanan. Pada tahap ini, seluruh bahan makanan yang tidak mampu dicerna atau tidak dibutuhkan oleh tubuh hewan akan dikeluarkan dari saluran pencernaan.
Berikut adalah tabel yang berisi tentang cairan pencerna, enzim, reaksi, serta kerja kimiawi oleh enzim yang terdapat maupun yang terjadi di dalam masing-masing organ pencernaan.
Tabel 17. Ringkasan Proses Pencernaan
Organ
Cairan Pencerna
Reaksi
Enzim
Kerja Kimiawi oleh Enzim
Mulut
Saliva (ludah)
Alkali
Ptialin (Amila – seludah)
-   Mengubah zat tepung masuk menjadi gula yang dapat larut (Maltosa)
Lambung
Getah lambung
Asam
1.     Renin
2.     Pepsin
3.     Lipase gastrik
-   Mengubah kasinogen menjadi kasein
-   Mengubah protein menjadi pepton
-   Memulai hidrolisis atas lemak
Duodenum
Empedu
Alkali

-   Membantu kerja enzim pankreas
-   Mengemulsikan lemak

Cairan Pankreas
Alkali
1.     Tripsin

2.     Amilase

3.     Lipase
-   Menyederhanakan protein dan pepton menjadi polipeptida dan asam amino
-   Mengubah semua gula dan zat tepung menjadi maltosa
-   Menyederhanakan lemak menjadi Gliserin dan Asam lemak
Usus Halus
Sukus Enterikus
Alkali
1.     Enterokinase

2.     Erepsin

3.     Sukrosa, Maltasa, Laktasa
-   Membebaskan tripsin dalam cairan pankreas
-   Menyederhanakan semua zat protein menjadi asam amino
-   Menyederhanakan semua zat hidrat karbon menjadi monosakarida, Glukosa, Galaktosa, dan Laevulosa.

No comments:

Post a Comment