Energi
yang digunakan oleh hewan untuk mempertahankan kondisi homeostasis, diperoleh
hewan melalui asupan makanan yang ia makan. Namun, karena molekul pada makanan yang
masuk umumnya masih terlalu besar atau masih dalam keadaan kompleks, mengakibatkan
energi yang ada pada makanan tidak mampu langsung diserap oleh tubuh. Oleh
karena itu, agar molekul di dalamnya dapat diserap oleh tubuh hewan, makanan
yang masuk harus melalui beberapa tahap yang disebut dengan proses pencernaan. Hal
inilah yang mendasari adanya sistem pencernaan di dalam tubuh hewan. Pada bab
ini, anda akan mempelajari tentang
A.
Fungsi
Sistem Pencernaan
Tahap
pertama di dalam sistem pencernaan dimulai bahkan sebelum makanan masuk ke
dalam mulut. Ketika hewan atau manusia mencium atau melihat makanan yang akan
dimakan, mereka mulai mengeluarkan air liur sebagai antisipasi untuk makan,
begitulah awal mula dari proses pencernaan (Wikibooks Contributors, 2006).
Manusia
mengonsumsi tiga kategori biokimiawi bahan makanan kaya energi: karbohidrat,
protein, dan lemak. Molekul-molekul besar ini tidak dapat melewati membran
plasma utuh untuk diserap dari lumen saluran cerna ke dalam darah atau limfa.
Kata pencernaan (digestion) merujuk
kepada penguraian biokimiawi struktur kompleks makanan menjadi satuan-satuan
yang lebih kecil dan dapat diserap (Sherwood, 2009).
Fungsi
utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrien, air, dan elektrolit dari
makanan yang kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang
ditelan merupakan sumber energi atau bahan bakar yang esensial. Bahan bakar
tersebut digunakan oleh sel untuk menghasilkan ATP untuk melaksanakan berbagai
aktivitas yang memerlukan energi, misalnya transpor aktif, kontraksi, sintesis,
dan sekresi. Makanan juga merupakan sumber bahan baku untuk memperbarui dan
menambah jaringan tubuh (Sherwood, 2009).
Selama
proses pencernaan berlangsung, terjadi dua proses utama secara bersamaan yaitu
(Wikibooks Contributors, 2006):
1.
Pencernaan Mekanis
Potongan besar makanan dihancurkan
menjadi potongan kecil sebelum melalui pencernaan kimiawi. Pencernaan mekanis
dimulai di dalam mulut dan berlanjut hingga sampai ke perut.
2.
Pencernaan Kimiawi
Berbagai macam enzim yang berbeda
memecah makromolekul menjadi molekul yang lebih kecil agar lebih mudah diabsorbsi.
Pencernaan kimiawi dimulai dengan saliva dan berlanjut hingga di dalam usus.
Sistem pencernaan atau dikenal juga
sebagai sistem gastrointestinal pada hewanmemiliki 4 fungsi utama yaitu sebagai
berikut (Santoso, 2009).
1.
Menyelenggarakan
aktivitas makan (feeding) yaitu
mengantarkan makanan ke bagian awal dari saluran pencernaan. Hal ini akan
dilakukan dengan kerja sama terhadap sistem tubuh lainnya meliputi sistem
gerak, dan berbagai sistem sensoris (pendengaran dan penglihatan serta
penciuman).
2.
Pencernaan (digestion) yaitu proses dimana bahan
makanan yang ditelan akan dihancurkan secara fisika dan kimiawi sehingga dapat
diserap oleh dinding usus dan selanjutnya dijadikan suplai energi dan
proses-proses fisiologis lainnya.
3.
Absorbsi yaitu
penyerapan bahan makanan yang telah dicerna di saluran pencernaan untuk
kemudian ditransfer ke sel-sel tubuh lainnya yang akan digunakan atau disimpan
untuk sementara.
4.
Eliminasi atau ekskresi
yaitu mengeliminasi segala sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna dan diserap
sehingga menjadi kotoran yang harus dibuang ke luar tubuh.
Terdapat empat proses
pencernaan dasar yaitu motilitas, sekresi, pencernaan, dan penyerapan. Adapun
secara singkat fungsi dari berbagai komponen sistem pencernaan adalah sebagai
berikut (Sherwood, 2009).
Tabel
15. Fungsi berbagai komponen sistem
pencernaan
MOTILITAS
|
SEKRESI
|
PENCERNAAN
|
PENYERAPAN
|
Mengunyah
|
Liur
- Amilase
- Mukus
- Lisozim
|
Pencernaan
karbohidrat
Dimulai
|
Makanan tidak;
terjadi pada beberapa
Obat, misalnya nitrogliserin
|
Menelan
|
Mukus
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Relaksasi
reseptif;
peristalsis
|
Getah lambung
- HCl
- Pepsin
- Mukus
-
Faktor intrinsik
|
Pencernaan
karbohidrat berlanjut di korpus lambung; pencernaan protein dimulai di antrum
lambung
|
Makanan tidak;
beberapa bahan larut lemak, misalnya alkohol dan aspirin
|
Tidak berlaku
|
Enzim
pencernaan pankreas
-
Tripsin, kimotripsin,
karboksipeptidase
-
Amilase
-
Lipase
Sekresi NaHCO3 pankreas
|
Enzim-enzim
pankreas ini menyelesaikan pencernaan di lumen duodenum
|
Tidak berlaku
|
Tidak berlaku
|
Empedu
-
Garam empedu
-
Sekresi basa
-
Bilirubin
|
Empedu tidak
mencerna apapun, tetapi garam empedu mempermudah pencernaan dan penyerapan
lemak di lumen duodenum
|
Tidak berlaku
|
Segmentasi;
migrating
motility
complex
|
Sukus
enterikus
- Mukus
- Garam
(Enzim-enzim
usus halus tidak disekresikan tetapi berfungsi di dalam membran brushborder - disakaridase dan
aminopeptidase)
|
Di lumen. di
bawah pengaruh enzim pankreas dan empedu, pencernaan karbohidrat dan protein
berlanjut dan pencernaan lemak telah tuntas; di brush border, pencernaan
karbohidrat dan lemak selesai.
|
Semua nutrien,
sebagian besar elektrolit, dan air
|
Kontraksi
haustra,
pergerakan
massa
|
Mukus
|
Tidak ada
|
Garam dan air;
mengubah isi menjadi tinja
|
(Sumber: Sherwood, 2009)
B.
Organ
Pencernaan
Seperti halnya dengan
sistem tubuh lainnya, sistem pencernaan inimemperlihatkan pola-pola spesifik
antar satu kelompok hewan dengan kelompoklainnya. Perbedaan pola antar kelompok
tersebut dapat meliputi mekanismepencernaannya, jenis atau tipe makanan yang dicerna
serta aspek-aspek lain yangberkenaan dengan nutrien-nutrien yang diperlukan dan
tidak diperlukan oleh tubuh (Santoso, 2009).
Sistem pencernaan
mamalia terdiri atas saluran pencernaan dan berbagai kelenjar aksesoris yang
mensekresikan getah pencernaan ke dalam saluran itu melalui duktus (saluran).
Saluran pencernaan terdiri dari beberapa organ, yaitu mulut, faring dan
esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus. Kelenjar aksesoris
pencernaan manusia adalah tiga macam yaitu kelenjar ludah, pankreas, dan hati.
1.
Mulut
Pintu
masuk ke saluran cerna adalah dari mulut arau rongga oral. Lubang masuk
dibentuk oleh bibir yang mengandung otot dan membantu mengambil, menuntun, dan
menampung makanan di mulut. Bibir juga memiliki fungsi nonpencernaan; bibir
penting untuk berbicara (artikulasi banyak bunyi bergantung pada bentukan bibir
tertentu) dan sebagai reseptor sensorik. Bibir memiliki kemampuan merasakan
sensasi taktil (sentuh) yang tinggi (Sherwood, 2009).
Langit-langit
(palatum), yang membentuk atap lengkung rongga mulut, memisahkan mulut dari
saluran hidung. Keberadaan struktur ini juga memungkinkan bernapas dan
mengunyah atau menghisap berlangsung secara bersamaan. Di belakang tenggorokan
menggantung pada palatum suatu tonjolan, uvula, yang berperan penting dalam
menutup saluran hidung sewaktu menelan. Lidah, yang membentuk dasar rongga
mulut, terdiri dari otot rangka yang dikontrol secara volunter. Gerakan lidah
penting dalam menuntun makanan di dalam mulut sewaktu mengunyah dan menelan
serta berperan penting dalam berbicara. Selain itu, kuncup kecap terletak di
lidah (Sherwood, 2009).
Pencernaan
makanan secara fisik dan kimiawi dimulai dalam mulut. Selama pengunyahan, gigi
dengan berbagai bentuk akan memotong, melumat, dan menggerus makanan, sehingga
membuat makanan tersebut lebih mudah ditelan. Ketika makanan mulai masuk ke
dalam mulut, kelenjar saliva kana mengeluarkan ludah melalui duktus (saluran)
ke rongga mulut, guna ludah sendiri adalah agar memudahkan makanan supaya mudah
ditelan, selain itu, di dalam ludah mengandung amilase ludah, yang merupakan
enzim pencernaan yang berfungsi untuk memecah pati dan glikogen menjadi molekul
yang lebih kecil seperti polisakarida dan disakarida maltosa. Kemudian terdapat
pula lidah yang akan membantu membentuk makanan yang dikunyah menjadi berbentuk
bola yang disebut bolus. Ketika
menelan, lidah akan membantu mendorong bolus
ke belakang rongga mulut hingga masuk ke dalam faring(Campbell dkk, 2004).
2.
Faring
dan Esofagus
Motilitas
yang berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan. Sebagian besar dari
kita berpikir bahwa menelan adalah tindakan terbatas memindahkan makanan keluar
mulut menuju esofagus. Namun, menelan sebenarnya adalah keseluruhan proses
memindahkan makanan dari mulut melalui esofagus hingga ke lambung (Sherwood,
2009).
Faring
adalah rongga di belakang tenggorokan. Bagian ini berfungsi sebagai saluran
bersama untuk sistem pencernaan (dengan berfungsi sebagai penghubung antara
mulut dan esofagus, untuk makanan) dan sistem pernapasan (dengan memberi akses
antara saluran hidung dan trakea, untuk udara). Susunan ini mengharuskan adanya
mekanisme untuk menuntun makanan dan udara menuju saluran yang benar setelah
melewati faring. Di dinding samping faring terdapat tonsil, jaringan limfoid
yang merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh (Sherwood, 2009). Setelah
bolus masuk ke faring, dengan gerak peristaltiknya, esofagus akan mendorong
bolus dari faring turun ke lambung. Pada tahap ini amilase ludah masih terus
menghidrolisis pati dan glikogen (Campbell dkk, 2004).
3.
Lambung
Lambung
berada pada sisi kiri rongga abdomen, persis di bawah diafragma. Karena organ
besar ini dapat menyimpan keseluruhan makanan yang dimakan dalam satu waktu,
maka kita tidak perlu makan terus-menerus. Dengan dinding yang sangat elastis
dan lipatan yang mirip akordion, lambung dapat meregang dan menampung atau
mengakomodasi sekitar 2 liter makanan dan air (Campbell dkk, 2004).
Lambung
berperan dalam pencernaan protein dengan mensekresikan enzim protease yang akan
memecah molekul protein. Lingkungan di dalam lambung semua vertebrata bersifat
sangat asam, dengan pH berkisar antara 1 sampai 2. Kondisi lambung yang sangat
asam tersebut akan mengaktifkan enzim protease yang sebelumnya disimpan dan
disekresikan dalam bentuk prekusor inaktif yang disebut zymogen (Santoso,
2009).
Pada
beberapa hewan herbivora, misalnya sapi atau kerbau, lambungnya sudah
terspesialisasi untuk mencerna selulosa. Pada hewan tersebut, lambungnya
terdiri atas banyak ruang yang berkebalikan dengan lambung umumnya pada
vertebrata lain yang hanya terdiri dari satu ruangan. Struktur dari lambung
kelompok hewan yang disebut ruminansia tersebut terdiri atas rumen, retikulum,
omasum, dan abomasum. Hewan-hewan ruminansia sebenarnya tidak dapat mencerna
selulosa dari dinding sel tumbuhan yang dimakannya. Hal ini seperti pada
vertebrata lainnya, karena ketiadaan enzim pencerna selulosa yang dapat memutus
unit-unit polimer dari selulosa menjadi lebih sederhana seperti monomer
glukosa. Dalam rangka mencerna selulosa tersebut, hewan ruminansia bersimbiosis
dengan bakteri dan protozoa yang hidup di dalam rumen dan retikulum yang mampu
mencerna ikatan beta-glikosida antar unit selulosa secara enzimatis sehingga
menjadi monomer yang sederhana dan dapat diabsorpsi oleh hewan ruminansia
(Santoso, 2009).
Bagian
yang menjadi tempat pencernaan yang umum adalah ventrikulus atau lambung, namun
terdapat juga modifikasi yang disebut empedal atau gizzard. Empedal (gizzard)
dan lambung pada hewan yang memiliki keduanya, adalah pelebaran dari saluran
pencernaan bagian anterior dan terlibat dalam proses pencernaan. Empedal adalah
organ yang berupa kantong berdinding otot kuat dan terlibat dalam proses
pencernaan secara fisik dari bahan makanan yang ditelan. Empedal ini terdapat
pada invertebrata maupun vertebrata. Pada invertebrata seperti pada kelompok
arthropoda, empedal berperan dalam melumatkan dan menyaring makanan atas dasar
ukurannya. Pada vertebrata, empedal hanya ditemukan pada aves dan salah satu
kelompok reptilia. Empedal ini juga ditemukan pada kerabat dinosaurus yang
masih hidup sampai sekarang, yaitu buaya.
4.
Usus
Halus
Dengan
panjang lebih dari 6 m pada manusia, usus halus (small intestine) adalah bagian saluran pencernaan yang paling
panjang. Usus halus adalah organ dimana sebagian besar hidrolisis enzimatik
makromolekul dalam makanan terjadi. Organ ini juga bertanggung jawab dalam
penyerapan sebagian besar nutrien ke dalam darah. Sekitar 25cm pertama dari
usus halus disebut duodenum. Di sini kim asam disemprotkan dari lambung
bercampur dengan getah pencernaan dari penkreas, hati, kantong empedu, dan sel-sel
kelenjar pada dinding usus halus itu sendiri. Pankreas menghasilkan beberapa
enzim hidrolitik dan larutan alkali yang kaya akan bikarbonat. Bikarbonat bekerja
sebagai dapar (buffer), yang menetralkan keasaman kim dari lambung (Campbell
dkk, 2004).
Usus
halus merupakan lokasi utama terjadinya pencernaan kimiawi dan mekanis.
Tonjolan kecil yang ada pada usus halus disebut villi, villi berfungsi
mengabsorbsi makanan yang dicerna ke dalam pembuluh kapiler. Kebanyakan
absorpsi makanan terjadi di jejunum dan ileum (Wikibooks Contributors, 2006). Absorspsi
makanan yang telah dicernakan seluruhnya berlangsung di dalam usus halus
melalui dua saluran, yaitu pembuluh kapiler darah dan saluran limfe di vili di
sebelah dalam permukaan usus halus (Andriyani dkk, 2015).
Pencernaan
protein menjadi peptida dan asam amino terutama terjadi di perut tetapi beberapa
juga terjadi di usus halus. Peptida terdegradasi menjadi asam amino; lemak
terdegradasi menjadi asam lemak dan gliserol; dan karbohidrat terdegradasi
menjadi gula sederhana.Tiga bagian utama dari usus halus adalah duodenum,
jejunum, dan ileum. Pada anatomi sistem pencernaan, duodenum adalah rongga yang
menghubungkan perut ke jejunum. Ia merupakan bagian pertama dan terpendek dari
usus halus.
5.
Usus
Besar
Usus besar atau kolon yang kira-kira
satu setengah meter panjangnya, adalah sumbangan dari usus halus dan mulai di
katup ileokolik atau ileosekal, yaitu tempat sisa makanan lewat. Kolon mulai
sebagai kantong yang mekar dan padanya terdapat appendix vermiformis atau umbai
cacing. Appendix juga terdiri atas keempat lapisan submukosanya berisi sejumlah
besar jaringan limfe, yang dianggap mempunyai fungsi serupa dengan tonsil.
Sebagian terletak di bawah sekum dan sebagian di belakang sekum atau disebut
retrosekum. Kolon berfungsi untuk absorpsi air, garam, dan glukosa, sekresi
musin oleh kelenjar di dalam lapisan dalam, penyiapan selulosa yang berupa
hidrat karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, dan sayuran hijau dan
penyiapan sisa protein yang belum dicernakan oleh kerja bakteri guna ekskresi
dan defekasi (pembuangan air besar/feses) (Andriyani dkk, 2015).
Feses mengandung massa bakteri,
selulosa, dan bahan-bahan lain yang tidak tercerna. Feses bisa juga mengandung
garam dalam jumlah berlimpah. Sebagai contoh, ketika konsentrasi besi dan
kalsium dalam darah terlalu tinggi, lapisan kolon mengekskresikan garam-garam
unsur tersebut ke dalam lumen, dan akhirnya garam-garam itu akan dibuang
bersama feses. Dari kolon, feses akhirnya akan sampai ke rektum. Rektum
merupakan bagian akhir dari kolon, di mana feses disimpan sampai dikeluarkan
(Campbell dkk, 2004). Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi.
Seseorang yang mempunyai kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membuang air
besar pada kira-kira waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh
refleks yang biasanya bekerja sesudah makan pagi (sarapan) (Andriyani dkk,
2015).
C.
Cara
Hewan Memperoleh Makanan
Semua
hewan adalah heterotrof yang tergantung kepada makanan yang ditelannya dalam
rangka memenuhi seluruh kebutuhan energi untuk hidup. Hal ini sangat kontras
dengan tumbuhan yang bersifat autotrof yang mampu mengkonversi molekul
anorganik menjadi molekul organik dengan bantuan energi matahari. Jenis makanan
yang ditelan oleh hewan sangat bervariasi, berkisar dari bakteria dan plankton
yang sangat kecil hingga pada hewan-hewan berukuran besar seperti kelompok
mamalia atau vertebrata lainnya.
Istilah
herbivora, karnivora, dan omnivora menggambarkan jenis makanan yang umum
dimakan oleh seekor hewan dan adaptasi yang memungkinkan mereka untuk
mendapatkan dan mengolah makanan tersebut, akan tetapi sebagian hewan adalah
oportunistik, yang memakan makanan yang berada di luar kategori makanan utamanya
ketika makanan ini tersedia. Contohnya sapi dan rusa yang termasuk ke dalam
kelompok herbivora, kadang-kadang bisa memakan hewan kecil atau telur burung
bersama dengan rumput dan tumbuhan lain. Sebagian besar karnivora mendapat
nutrien dari bahan tumbuhan yang masih berada di saluran pencernaan mangsa
mereka. Semua hewan juga mengkonsumsi beberapa bakteri bersama-sama dengan
jenis makanan lain (Campbell dkk, 2004).
Mekanisme
hewan menelan makanan sangat beraneka ragam, tetapi semuanya digolongkan ke dalam
empat kelompok utama sebagai berikut (Campbell dkk, 2004).
1.
Pemakan Suspensi (suspension-feeder)
Banyak di antara hewan akuatik adalah pemakan
suspensi yang menyaring partikel makanan kecil dari air. Remis dan tiram
misalnya, menggunakan insangnya untuk menjerat potongan-potongan kecil, yang
kemudian disapu bersama-sama dengan suatu lapisan mukus ke mulut oleh silia
yang berdenyut atau bergerak.
2.
Pemakan substrat (substrate-feeder)
Hewan pemakan substrat hidup di atau dalam
makanannya. Hewan jenis ini makan sambil menggali saluran untuk membuat jalan
di makanannya. Contohnya adalah cacing tanah (pemakan deposit/deposit-feeder), cacing tanah memakan
bahan organik yang telah busuk sebagian yang dikonsumsi bersama dengan tanah
sambil membuat jalannya. Kemudian terdapat pula penggali daun, yang merupakan
larva berbagai serangga yang membuat terowongan melalui bagian dalam daun.
3.
Pemakan Cairan (fluid-feeder)
Hewan jenis ini memperoleh makanannya dengan cara
menyedot cairan yang kaya nutrien dari inang hidup. Nyamuk dan lintah menyedot
dari hewan, lalu ada aphid yang menampung getah floem tumbuhan. Beberapa hewan
pada golongan ini dinilai sebagai parasit karena dapat menyebabkan inangnya berada
pada kondisi kekurangan nutrien. Namun, terdapat pula hewan yang menguntungkan
inangnya, seperti lebah, ketika ia berpindah tempat untuk mencari nektar, lebah
dapat pula membantu tumbuhan inangnya melakukan penyerbukan dengan cara membawa
serbuk sari dari tanaman satu ke tanaman lainnya.
4.
Pemakan Potongan Besar
(bulk-feeder)
Hewan pada kelompok ini memilki adaptasi berupa
anggota tubuh yang berbentuk khusus seperti kuku, taring beracun, tentakel,
rahang yang tajam, dan lain sebagainya untuk mendukung kegiatan makan mereka,
lebih tepatnya ketika mencabik dan memotong-motong daging mangsanya.
Secara
ringkas, bentuk makanan, metode makan yang digunakan, serta hewan yang
menggunakan metode makan tersebut disajikan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 16.
Penggolongan hewan berdasarkan cara makannya (feeding method)
Bentuk Makanan
|
Metode Makan
|
Contoh Hewan
yang Menggunakan
|
Partikel kecil
|
Pembentukan
vakuola pencerna
|
Protozoa
(Amoeba), Radiolaria
|
Dengan cilia
|
Bivalvia
(Moluska), Spons, Berudu
|
|
Dengan tentakel
|
Beberapa
echinodermata (ex. Seaurchin)
|
|
Pembentukan
mucus (lendir penjerat)
|
Beberapa
urochordata
|
|
Penggunaan
seta (menyaring)
|
Beberapa
anggota crustacean kecil, ikan hiu balen, burung flamingo, ikan hering,
burung perel
|
|
Partikel besar
|
Menelan makanan
inaktif
|
Beberapa
annelida (cacing tanah, dll)
|
Menggalim
menggali/mengebor, mengunyah, mengerat
|
Beberapa
gastropoda (Moluska), landak laut, insekta, vertebrata
|
|
Memburu
makanan (menangkap dan menelan mangsa)
|
Karnivora
|
|
Cairan
|
Menghisap
getah tumbuhan/nektar
|
Lebah, humming bird
|
Menghisap susu
atau sekret mirip susu
|
Mamalia muda,
burung muda
|
|
Menghisap
darah
|
Lintah,
kelelawar penghisap darah, insekta (nyamuk, dll)
|
|
Pencernaan
eksternal
|
Laba-laba
|
|
Penyerapan
melalui permukaan tubuh
|
Parasit, cacing
pita
|
|
Makanan siap
serap
|
Absorbsi
melalui permukaan tubuh
|
Endoparasit,
beberapa invertebrata aquatik
|
Absorbsi dari
partner simbiotik
|
Koral, hewan
spons, mamalia ruminansia, paramecium, cacing pipih, remis.
|
(Sumber:
Isnaeni (2006) dan Santoso (2009))
D.
Mekanisme
Pengolahan Makanan
Sistem
pencernaan berfungsi untuk menguraikan bahan makanan yang kompleks/makromolekul
menjadi molekul sederhana agar dapat diserap oleh sel hewan. Namun, proses
penguraian bahan makanan menjadi molekul sederhana tidak hanya terjadi pada
satu waktu dan dilakukan oleh satu organ, melainkan melalui beberapa tahap dan
melibatkan beberapa organ tubuh yang disebut organ pencernaan. Oleh karena itu,
diketahui bahwa terdapat 4 tahap utama pengolahan makanan yaitu
menyelenggarakan aktivitas makan/penelanan (feeding),
pencernaan (digestion), penyerapan
(absorpsi), dan eliminasi atau ekskresi. Berikut adalah penjelasan singkat
mengenai mekanisme pengolahan makanan pada sistem pencernaan hewan.
1.
Aktivitas makan (feeding) dikenal pula dengan istilah
penelanan (ingestion), ini adalah
tahapan pertama pengolahan makanan dan terjadi di dalam mulut.
2.
Pencernaan (digestion) adalah tahap kedua dalam
mekanisme pengolahan makanan, pada tahap ini terjadi proses perombakan makanan
menjadi molekul-molekul yang cukup kecil untuk bisa diserap oleh tubuh.
Makromolekul dari bahan organik dalam makanan akan dipecah menjadi monomer penyusunnya
seperti polisakarida dan disakarida yang diurai menjadi gula sederhana, lemak
dicerna menjadi gliserol dan asam lemak, protein diuraikan menjadi asam amino,
asam nukleat diuraikan menjadi nukleotida. Dengan kata lain, hal tersebut
merupakan bagian dari proses pencernaan kimiawi.
3.
Penyerapan (absorpsi)
terjadi setelah seluruh molekul mampu diserap oleh tubuh. Penyerapan dilakukan
oleh sel-sel hewan dengan cara menyerap molekul kecil (glukosa, asam amino)
dari kompartemen pencernaan.
4.
Eliminasi/ekskresi
adalah tahap akhir dari proses pengolahan makanan. Pada tahap ini, seluruh
bahan makanan yang tidak mampu dicerna atau tidak dibutuhkan oleh tubuh hewan
akan dikeluarkan dari saluran pencernaan.
Berikut
adalah tabel yang berisi tentang cairan pencerna, enzim, reaksi, serta kerja
kimiawi oleh enzim yang terdapat maupun yang terjadi di dalam masing-masing
organ pencernaan.
Tabel
17. Ringkasan Proses Pencernaan
Organ
|
Cairan
Pencerna
|
Reaksi
|
Enzim
|
Kerja
Kimiawi oleh Enzim
|
Mulut
|
Saliva (ludah)
|
Alkali
|
Ptialin (Amila – seludah)
|
- Mengubah
zat tepung masuk menjadi gula yang dapat larut (Maltosa)
|
Lambung
|
Getah lambung
|
Asam
|
1.
Renin
2.
Pepsin
3.
Lipase gastrik
|
- Mengubah
kasinogen menjadi kasein
-
Mengubah protein menjadi pepton
-
Memulai hidrolisis atas lemak
|
Duodenum
|
Empedu
|
Alkali
|
-
Membantu kerja enzim pankreas
-
Mengemulsikan lemak
|
|
Cairan Pankreas
|
Alkali
|
1. Tripsin
2. Amilase
3.
Lipase
|
-
Menyederhanakan protein dan pepton
menjadi polipeptida dan asam amino
-
Mengubah semua gula dan zat tepung
menjadi maltosa
-
Menyederhanakan lemak menjadi Gliserin
dan Asam lemak
|
|
Usus Halus
|
Sukus Enterikus
|
Alkali
|
1.
Enterokinase
2.
Erepsin
3.
Sukrosa, Maltasa, Laktasa
|
-
Membebaskan tripsin dalam cairan
pankreas
-
Menyederhanakan semua zat protein
menjadi asam amino
-
Menyederhanakan semua zat hidrat
karbon menjadi monosakarida, Glukosa, Galaktosa, dan Laevulosa.
|
(Sumber: Andriyani dkk, 2015)
Untuk melihat daftar pustaka/sumber referensi dan materi Fisiologi Hewan lainnya, silahkan klik link di bawah ini:
Untuk melihat daftar pustaka/sumber referensi dan materi Fisiologi Hewan lainnya, silahkan klik link di bawah ini:
No comments:
Post a Comment