Beranda

Saturday, July 14, 2018

Pengalaman niat ikut seleksi beasiswa LPDP - d'Diary

Assalamualaikum wr. wb.



Selamat pagi, selamat siang, atau selamat malam bagi para pembaca yang budiman 😊 hehe

Kali ini saya mau bikin curhataan tentang pengalaman saya berniat apply program beasiswa LPDP. Tetapi sebelumnya saya mau ngasih tahu dulu, bahwa ini adalah pertama kalinya saya posting cerita, biasanya di blog ini saya hanya posting suatu artikel atau laporan praktikum, karena ini yang pertama, jadi mohon dimaklumi jika kata yang digunakan maupun susunan kalimatnya terlihat canggung 😀.

Di awal cerita, saya mau sampaikan terlebih dahulu bahwa ketika saya berniat untuk mendapatkan beasiswa dan pastinya saya harus ikut program beasiswa tersebut, sayangnya saya gugur sebelum berperang 😂. Saat itu, niatnya saya mau ikut program beasiswa dalam negeri untuk jenjang S2, beasiswa yang mau saya ikutin adalah LPDP, seperti yang kita tahu, di tahun 2018, LPDP mensyaratkan bagi calon pelamar beasiswa reguler LPDP jenjang S2 harus memiliki skor TOEFL ITP minimal 500, sebenarnya bukan TOEFL aja yang bisa dipakai, tapi juga IELTS dan IBT, tetapi TOEFL ITP biasanya yang paling umum digunakan. Sayangnya, sayapun belum bisa mencapai skor tersebut. Skor toefl saya masih di bawah 500 (itupun bukan skor itp 😂)

Akhirnya, saya pun jadi agak putus asa dan memilih untuk nggak apply program beasiswa ini. Sebenarnya, ada beberapa kesalahan yang saya lakukan, dan yang paling fatal adalah karena persiapan yang  kurang matang 😑.
Saya ingat betul, di suatu hari saya dan atasan saya (beliau juga pernah menjadi dosen saya, sebenernya saya sekarang kerja jadi asisten beliau 😀) membicarakan tentang program beasiswa lpdp, ketika itu saya langsung mencari infonya di halaman resmi lpdp, dan ternyata program beasiswa untuk tahun 2018 belum dibuka. Ibu Anita (read: atasan saya) pun memotivasi kita berdua untuk memanfaatkan waktu yang masih ada untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan nantinya untuk bisa mendaftar beasiswa tersebut. Eh nggak taunya, tepat di pagi yang cerah esok harinya, saya malah seperti mendengar kabar duka, ibu Anita mengabarkan kalau lpdp baru saja mengumumkan bahwa penerimaan calon penerima beasiswa akan dibuka dalam beberapa hari lagi. Akhirnya, di waktu yang sangat sempit (kurang lebih satu bulan) saya pun berusaha menyiapkan berkas yang diperlukan. Hal paling fatal yang terjadi adalaaaaaaaaaaahhhhh


Jeng

Jeng

Jeng

Saya belum ikut toefl 

😂

Sebenarnya dari awal saya sudah sadar bahwa tidak memungkinkan bagi saya utk apply beasiswa ini, tapi ibu anita tetap terus memotivasi saya, dan seperti yang diharapkan, saya terdorong untuk terus berusaha 😊. Sayangnya, ada hal lain yang menjadi kendala, berhubung penyelanggara toefl yang diinginkan lpdp adalah itp, maka saya pun mencari tahu tentang jadwal penyelenggaraan tes tersebut di palembang, dan seperti ada geledek lagi, jadwal tes yang sudah begitu dekat, waktu belajar yang singkat bikin saya jadi pesimis bisa mendapatkan skor target saya (read: 500). 
Walau pesimis, ternyata masih ada setitik asa dalam diri saya untuk bisa mendapatkan skor toefl target. Sehingga saya putuskan untuk ikut tes toefl prediction terlebih dahulu, saya ikut tesnya di UBINSA UIN Raden Fatah Palembang, saya ikut tes ini  untuk tahu apakah saya bisa mencapai skor target, jika ia saya rela sekalipun harus ke luar kota untuk ikut tes toefl itp. Setelah harap-harap cemas, seminggu kemudian setelah tes toefl prediction saya ikuti, hasilnya pun keluar, dan skor yang saya dapat hanya 473.


Rasanya pengen nangis waktu itu 😭

Saya pun kembali ke kantor dengan gontai, kebetulan saat itu saya sedang puasa (karena di bulan Ramadhan), jadi ya begitulah, badan saya makin lemas saat tahu skor toefl saya yang kecil. Saya pikir, jika prediction saja skor nya segitu, gimana dengan ITP nya, pasti lebih kecil lagi. Mungkin memang bisa ditingkatkan, tapi tentunya tidak bisa dalam waktu yang singkat, otak saya sulit untuk bisa melakukannya. Alhasil, officially, saya nggak jadi ikut program beasiswa LPDP 😂. 

Kecewa sudah pasti, tapi mau bagaimana lagi. Satu hal yang saya tahu pasti, ini adalah pelajaran bagi saya bahwa untuk mengikuti program beasiswa lpdp itu harus punya persiapan yang matang, terutama pada persiapan berkas khusus seperti sertifikat toefl, rekomendasi dari atasan atau tokoh masyarakat, rencana studi, dan essay.
Ini juga bisa jadi info bagi kalian semua yang juga berniat utk mendapatkan beasiswa dari lpdp nantinya 😊.

Ada beberapa saran yang bisa saya berikan untuk kalian dan untuk diri saya sendiri (ceritanya memotivasi diri 😁) sebagai pengejar beasiswa, yaitu:

1. Kenali beasiswa yang ingin kamu dapatkan
Beasiswa yang bisa didapatkan bukan hanya dari lpdp, tetapi ada juga dari 5000 doktor, beasiswa unggulan, beasiswa dari beberapa perusahaan besar (cth: kompas), dan lain sebagainya. Nah, untuk memperbesar peluang beasiswa, kamu harus cari info dari berbagai macam beasiswa tersebut, jangan hanya satu, dan cari tahu pula tentang waktu pembukaannya. Berhubung untuk beberapa jenis beasiswa di tahun 2018 telah ditutup pendaftarannya, yang harus kita lakukan adalah mencari tahu umumnya beasiswa tersebut dibuka pada bulan apa, jadi nantinya kita bisa memprediksi kapan kira-kira beasiswa itu dibuka di tahun 2019.
Cari tahu pula mengenai kualifikasi apa yang dibutuhkan bagi calon penerima beasiswa, sehingga di waktu yang tersisa, kita bisa mempersiapkan diri agar sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh badan penyelenggara beasiswa.

2. Isi waktu kosong dengan bekerja terlebih dahulu
Saran ini ditujukan bagi para mahasiswa yang telah lulus. Tentu sudah menjadi keinginan setiap sarjana untuk segera bekerja setelah lulus. Nah bagi para pencari beasiswa namun belum berkesempatan mendapatkannya, silahkan isi waktu menunggu beasiswa selanjutnya dengan bekerja, hitung-hitung untuk mempersiapkan materi yang dibutuhkan dalam mempersiapkan dan mengikuti seleksi beasiswa nantinya. Seperti yang sering dilaporkan, selain jasmani dan rohani, materi juga menjadi hal penting yang harus cukup bagi pencari beasiswa. Biasanya ada beberapa berkas syarat beasiswa yang tidak bisa disiapkan oleh kita seorang diri, misalkan surat keterangan sehat, surat bebas narkoba, sertifikat toefl, sertifikat tpa, dsb. Belum lagi jika lolos seleksi administrasi, kita harus mengikuti seleksi selanjutnya, yang biasanya, berlangsung di kota-kota yang telah ditentukan. Akan sangat menyulitkan bagi para calon penerima beasiswa yang tinggal di tempat yang jauh dari lokasi seleksi tersebut karena harus mengeluarkan ongkos untuk menuju ke sana. Fyi, bagi yang belum tahu, biasanya biaya akomodasi untuk seleksi beasiswa seperti itu harus ditanggung sendiri, dan pihak penyelenggara tidak akan menggantinya.

3. Harus sungguh-sungguh
Sudah dijelaskan di atas kalau ikut program beasiswa itu nggak mudah, banyak sekali persiapan yang mesti kita lakukan, maka dari itu, bagi kamu yang suka coba-coba dan nggak serius, jangan punya niatan deh untuk ikut program beasiswa, daripada nanti sakit hati, biaya udah habis banyak, waktu apalagi, eh nggak tahunya nggak lulus, ya karena nggak prepare dengan sungguh-sungguh tadi.

Nah sekian dulu ceritanya. Walau singkat, semoga pengalaman saya ini juga bisa membantu kalian yang sedang mempersiapkan diri untuk mendapatkan beasiswa. 
Sekian dan terima kasih. 😊

Wassalamualaikum wr.wb.

No comments:

Post a Comment