BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Mikroorganisme
adalah makhluk yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dibawah mikroskop.
Salah satu jenis mikroorganisme adalah bakteri. Bakteri merupakan organisme
uniselular yang tumbuh dengan cara pembelahan biner yaitu satu sel membelah
secara simetris. Untuk mempermudah penghitungan koloni diperlukan pengetahuan
mengenai morfologi bakteri tersebut sehingga media pertumbuhan yang akan
digunakan sesuai dengan sifat bakteri tersebut. Kehadiran mikroba pada makanan
dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. Ada hasil metabolisme spesies
mikroba tertentu pada makanan dibutuhkan dan digemari oleh manusia. Analisis
kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui
mutu bahan pangan, dan proses yang akan diterapkan pada bahan pangan tersebut.
Ada beberapa cara untuk mengukur atau menghitung mikroba yaitu dengan
perhitungan jumlah sel, perhitungan massa sel secara langsung, dan pendugaan
massa sel secara tak langsung. Perhitungan jumlah sel dapat dilakukan dengan 3
metode yaitu dengan hitungan mikroskopik, MPN (Most Probable Number), dan hitungan cawan. Dari ketiga metode
tersebut metode hitungan cawan paling banyak dan mudah digunakan (Brady, 1999).
Ada berbagai
macam cara untuk mengukur jumlah sel, antar lain dengan hitungan cawan (plate count), hitungan mikroskopis
langsung (direct microscopic count)
yang menggunakan mikroskop serta ruang hitung (haemositometer) atau secara elektonis dengan bantuan alat yang
disebut penghitung coulter (coulter counter) (Zaraswati, 2004).
Pertumbuhan mikroorganisme yang membentuk koloni dapat dianggap bahwa setiap
koloni yang tumbuh berasal dari satu sel, maka dengan menghitung jumlah
koloni dapat diketahui penyebaran bakteri yang ada pada bahan. Jumlah mikroba pada suatu bahan dapat dihitung dengan
berbagai macam cara, tergantung pada bahan dan jenis mikrobanya. Ada 2 macam
cara perhitungan jumlah mikroba/bakteri, yaitu perhitungan secara
langsung dan tidak langsung. Perhitungan jumlah mikroba secara langsung yaitu
jumlah mikroba dihitung secara keseluruhan, baik yang mati atau yang hidup,
sedangkan perhitungan jumlah miroba secara tidak langsung yaitu jumlah
mikroba dihitung secara keseluruhan baik yang mati atau yang hidup atau hanya
untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja, ini tergantung cara-cara
yang digunakan (Brady, 1999).
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat melakukan
perhitungan sel mikroba secara langsung dan secara hitungan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian Perhitungan Mikroba
Perhitungan bakteri adalah suatu cara yang digunakan
untuk menghitung jumlah koloni bakteri yang
tumbuh pada suatu media pembiakan. Secara mendasar ada dua cara penghitungan
bakteri, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Ada
beberapa cara perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan membuat
preparat dari suatu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber). Sedangkan perhitungan
secara tidak langsung hanya mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viable count). Dalam pelaksanaannya ada
beberapa cara yaitu perhitungan pada cawan petri (total plate count/TPC), perhitungan melalui pegenceran, perhitungan
jumlah terkecil atau terdekat (MPN
methode), dan cara kekeruhan atau turbidimetri (Wheeler, 1993).
Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui
berbagai macam uji seperti uji kualitatif koliform yang secara lengkap terdiri
dari tiga tahap yaitu uji penduga (uji kuantitatif, bisa dengan metode MPN),
uji penguat dan uji pelengkap. Waktu, mutu sampel, biaya, tujuan analisis
merupakan beberapa faktor penentu dalam uji kualitatif koliform. Bakteri
koliform dapat dihitung dengan menggunakan metode cawan petri (metode
perhitungan secara tidak langsung yang didasarkan pada anggapan bahwa setiap
sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni yang merupakan suatu
indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terdapat pada sampel) seperti
yang dilakukan pada percobaan ini (Wheeler, 1994).
Pada tiap perhitungan bakteri ketepatan berkurang
dengan meningkatnya konsentrasi sel-sel. Begitu halnya bila jumlah yang
dihitung terlalu kecil. Bahan yang mengandung sejumlah bakteri (kira-kira lebih
dari 104/ml) biasanya diencerkan dari 1:105 atau lebih
tergantung pada bahan pemeriksaan atau metode hitung, sehingga hasil hitungan
yang diperoleh dapat diandalkan dan memudahkan perhitungan. Perhitungan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu perhitungan secara langsung dan perhitungan
secara tidak langsung (Lay, 1994).
2.2
Metode Perhitungan Mikroba
Ada banyak metode yang digunakan dalam
menghitung jumlah bakteri secara kuantitatif dari suatu populasi bakteri. Proses penghitungan sel bakteri dapat dilakukan dengan
beberapa metode baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya adalah
metode hitung pada cawan petri (standard
plate count), metode pengamatan langsung dengan kaca objek atau metode
hitung dengan menggunakan haemocytometer,
metode ukur kekeruhan (turbidimetri)
menggunakan spektrophotometer dan
metode jumlah perkiraan terdekat (Brady, 1999).
1. Metode Hitung Cawan
Metode perhitungan cawan didasarkan pada anggapan
bahwa setiap sel yang hidup dapat berkembang menjadi koloni. Jadi jumlah koloni
yang muncul pada cawan adalah indeks bagi jumlah mikroorganisme yang terkandung
dalam sampel. Teknik yang harus dikuasai dari metode ini adalah mengencerkan
sampel dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah
semua koloni diamati untuk memenuhi persyaratan statistik. Cawan yang dipilih
untuk menghitung koloni adalah cawan yang mengandung antara 30 sampai 300
koloni. Organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan mengalikan
jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang
bersangkutan (Ferdias, 1992).
Pada metode perhitungan cawan dilakukan
pengenceran yang bertingkat yang mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi
dari suatu suspensi bakteri. Sampel yang telah di encerkan ini di hitung ke dalam
cawan baru kemudian di tuang ke mediumnya (metode tuang). Kemudian setelah
diinkubasi selama 24-48 jam, amati koloni yang tumbuh dan koloni yang diamati
hanyalah koloni yang berjumlah 30-300 koloni (Irianto, 2006).
Tingkat pengenceran yang diperlukan
didasarkan pada pendugaan populasi bakteri yang ada dalam contoh. Hasil yang
baik adalah jika pada pengenceran yang lebih rendah contoh yang diduga lebih
banyak menunjukkan hasil uji positif (adanya pertumbuhan bakteri) dan pada
pengenceran lebih tinggi contoh yang diduga lebih sedikit menunjukkan hasil uji
negatif (tidak ada pertumbuhan bakteri). Oleh karena itu jumlah populasi
bakteri yang ada dalam contoh diduga tinggi maka contoh harus diencerkan sampai
diperoleh tingkat pengenceran yang lebih tinggi sehingga nilai maksimum dapat
dihitung. Metode pengenceran yang paling mudah dengan melakukan pengenceran 10
kali lipat dengan menggunakan 3 atau 5 tabung pengenceran sekaligus (Irianto,
2006).
2. Metode Hitung Langsung
Menurut Lay (1994), menyatakan bahwa perhitungan
langsung dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.
Perhitungan sel langsung
Cara ini menggunakan
bilik hitung (hemocytometer) yang
menghasilkan hitungan total, karena semua sel terhitung, baik sel yang hidup
maupun sel yang mati. Karena bakteri itu kecil, maka perhitungan yang dilakukan
secara statistik dapat diterima, namun harus dibuat suspensi sekurang-kurangnya
107 / ml.
b.
Menghitung dengan alat penghitung elektronik
Dengan alat
ini dapat dihitung beribu-ribu bakteri dalam beberapa detik. Penggunaan alat
ini banyak didasarkan atas kerja dengan lubang pengintai elektronik (dapat
disamakan dengan mata elektronik) kerjanya tergantung pada interupsi dari
berkas cahaya elektronik yang melintasi suatu ruang antara dua ruang elektron
yang berdekatan letaknya. Tiap partikel yang karena perbedaan konduktivitas sel
dan cairan. Interupsi ini dicetak oleh suatu alat secara elektris.
3. Metode Ukur Kekeruhan
(Turbidimetri)
Mikroba dalam suatu bahan cair dapat
dideteksi berdasarkan kekeruhannya. Pertumbuhan sel bakteri didalam suatu
medium cair akan meningkatkan kekeruhan media, yang akan mempengaruhi jumlah
sinar yang dapat ditransmisikan menembus medium (Zaraswati, 2004).
Beer
dan Lambert menemukan hukum yang
menerangkan interaksi bahan kimia dengan gelombang cahaya (elektromagnetik),
yang disimpulkan dalam hukum Beer-Lambert
menyebabkan berkembangnya analisis kimia dengan menggunakan alat instrumentasi
yakni spektrofotometer (Lay, 1994). Suatu spektrofotometer standar terdiri atas
spektrofotometer untuk menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang terseleksi
yaitu bersifat monokromatik serta suatu fotometer yaitu suatu piranti untuk
mengukur intensitas berkas monokromatik, penggabungan bersama dinamakan
sespektrofotometer. Penggabungan alat optik ini merupakan elektronika sifat
kimia dan fisiknya serta detektor yang digunakan secara langsung mengukur
intensitas dari cahaya yang dipancarkan (It) dan secara tidak lansung cahaya
yang diabsorbsi (Ia). Kemampuan ini bergantung pada spektrum elektromagnetik yang
diabsorb (serap) oleh benda (Ferdias, 1992).
Fungsi alat spektrofotometer dalam
laboratorium adalah mengukur transmitans atau absorbans suatu contoh yang
dinyatakan dalam fungsi panjang gelombang (Ferdias, 1992).
Prinsip kerja spektrofotometer adalah
bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen,
sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian di serap dalam medium itu,
dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan
dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi
sampel. Studi spektrofotometri dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan
visual yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Hukum Beer menyatakan absorbansi cahaya berbanding lurus dengan dengan konsentrasi
dan ketebalan bahan/medium (Ferdias, 1992).
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
Mikrobiologi dengan judul Perhitungan Jumlah Mikroba dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 16
Desember 2013 pada pukul 13.20 WIB hingga selesai. Praktikum ini bertempat di
Laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat
yang digunakan yaitu:
1. Cawan
Petri
2. Pipet
Ukur
3. Bunsen
4. Hemositometer
5. Mikroskop
6. Tabung
Reaksi
7. Koloni
Counter
3.2.2
Bahan
Adapun bahan yang
digunakan yaitu:
1. Biakan
Bakteri uji
2. Media
Lactose Bort (LB)
3. Media
Nutrien Agar (NA)
4. Aquades
steril
5. Alkohol
70%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berikut
tabel hasil praktikum:
No
|
Sampel
|
Pengenceran
|
Jumlah
koloni
|
Jumlah
cfu
|
1
|
Tanah
|
10-3
|
2
|
2000
|
2
|
Tanah
|
10-4
|
5
|
50000
|
3
|
Tanah
|
10-5
|
-
|
-
|
4
|
Tanah
|
10-6
|
-
|
-
|
Rumus = jumlah koloni x
x
cfu
Rumus cfu = jumlah
koloni x
Pada pengenceran
10-3
cfu = 2 x
= 2000
Pada pengenceran
10-4
cfu = 5 x
= 50.000
4.2
Pembahasan
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
metode hitung cawan. Metode perhitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa
setiap sel yang hidup dapat berkembang menjadi koloni. Jadi jumlah koloni yang
muncul pada cawan adalah indeks bagi jumlah mikroorganisme yang terkandung
dalam sampel. Teknik yang harus dikuasai dari metode ini adalah mengencerkan
sampel dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah
semua koloni diamati untuk memenuhi persyaratan statistik (Ferdias, 1992)
Pada metode perhitungan cawan dilakukan
pengenceran yang bertingkat yang mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi
dari suatu suspensi bakteri. Sampel yang telah di encerkan ini di hitung ke
dalam cawan baru kemudian di tuang ke mediumnya (metode tuang). Kemudian
setelah diinkubasi selama 24-48 jam, amati koloni yang tumbuh dan koloni yang
diamati hanyalah koloni yang berjumlah 30-300 koloni (Irianto, 2006).
Pada praktikum
perhitungan mikroba ini pengenceran yang dilakukan adalah pengenceran desimal
yaitu 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan
10-6. Pada praktikum ini yang diamati hanya pada pengenceran 10-3,
10-4, 10-5 dan 10-6 karena konsentrasi
mikroba yang akan diamati akan lebih sedikit sehingga mempermudah dalam
pengamatan. Perhitungan ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah koloni yang
dihasilkan dari masing-masing pengenceran setelah dilakukan inkubasi selama
1x24 jam dengan mrnggunakan rumus:
jumlah koloni x
x
cfu
Pada hasil praktikum yang dilakukan, pada
pengenceran 10-6 dan pengenceran 10-5 tidak ditemukan
koloni bakteri yang tumbuh pada media agar NA, bakteri mulai tampak pada
pengenceran 10-4 dan pengenceran 10-3. Pada pengenceran
10-4 koloni bakteri yang terbentuk dari suspensi tanah adalah 5 koloni bakteri maka
saat dihitung dengan rumus diatas bakteri yang terdapat pada pengenceran 10-4
hasilnya adalah 50.000 bakteri. Pada pengenceran 10-3 jumlah koloni
bakterinya adalah 2 koloni bakteri, maka setelah dihitung, jumlah bakteri yang terbentuk adalah 2000
bakteri.
Hasil
yang didapat pada penganceran10-4 dan pengenceran 10-3 tidak sesuai dengan prinsip pengenceran seperti yang dikatakan oleh
Ferdias (1992), yaitu semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, semakin
sedikit jumlah mikroba yang tumbuh. Seharusnya jumlah
bakteri pada pengenceran 10-3 lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah bakteri pada pengenceran 10-4 karena suspensi tanah dari
pengenceran 10-3 lebih besar konsentrasinya dibanding pengenceran 10-4.
Kesalahan tersebut bisa saja disebabkan
oleh kesalahan yang terjadi saat proses praktikum, baik pada saat melakukan
pengenceran, maupun pada saat penghomogenan suspensi dengan media di cawan
petri yang tidak steril pada pengenceran 10-4 sehingga terjadi
kontaminasi. Hal ini menyebabkan tumbuhnya bakteri lain selain dari suspensi
tanah sehinga jumlah mikroba yang tumbuh lebih banyak.
BAB V
PENUTUP
5.1
OKesimpulan
Dari hasil praktikum
yang diperoleh, diketahui bahwa praktikum ini tidak
berhasil karena seharusnya jumlah mikroba pada pengenceran terkecil lebih
banyak dari pengenceran yang lebih besar namum hasil yang diperoleh sebaliknya,
pada penceran 10-4 jumlah
mikroba yang tumbuh lebih banyak dibandingkan dengan pengenceran 10-3.
Hal ini dikarenakan banyak kemungkinan salah satunya terjadinya kontaminasi
pada pengenceran 10-4 oleh bakteri lain sehingga jumlah bakteri yang
tumbuh lebih banyak.
5.2
Saran
Sebelum
melaksanakan praktikum, sebaiknya praktikan sudah harus bisa menguasai cara
kerja yang akan dipakai, selain itu ketelitian juga perlu ditingkatkan
mengingat pada beberapa praktikum yang telah dilakukan masih ada saja
kesalahan/ketidaksesuaian hasil praktikum dengan literartur yang ada.
Daftar referensinya mbaak dicantuminnnn :(
ReplyDeletembak laporannya bagus tetapi alangkah baiknya jika suatu laporan dilengkapi dengan sumber referensinya. terima kasih
ReplyDeleteDAPUSnya GAK ADA??? payah nih...
ReplyDeletewww.tafshare.com
Mungkin daftar pustakanya bisa di tambahkan mbak.
ReplyDeleteMungkin daftar pustakanya bisa di tambahkan mbak.
ReplyDelete😍
ReplyDelete