BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam
teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh suatu biakan
yang murni, tetapi juga bagaimana memelihara serta mencegah pencemaran dari
luar. Media untuk membiakkan bakteri haruslah steril sebelum digunakan.
Pemindahan biakan mikroba yang dibiakkan harus sangat hati-hati dan mematuhi
prosedur laboratorium agar tidak terjadi kontaminasi. Oleh karena itu,
diperlukan teknik-teknik dalam pembiakan mikroorganisme. Medium akan
menstimulir pertumbuhan mikroba yang dipelihara karena mengandung
komponen-komponen yang dibutuhkan oleh mikroba tersebut seperti senyawa-senyawa
organik (protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin) sehingga akan
memperoleh biakan mikroorganisme yang murni dan dapat melihat mikroorganisme
yang ada disekitar kita (Hastowo, 2002).
Inokulasi
Penanaman Bakteri atau biasa disebut juga Inokulasi adalah pekerjaan
memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat
ketelitian yang sangat tinggi, sedangkan Isolasi merupakan cara memisahkan
mikroorganisme tertentu dari lingkungan, sehingga dapat diperoleh biakan yang
sifatnya murni dan biakan tersebut disebut Kultur Murni (Hadioetomo, 1991).
Beberapa
metode isolasi yang dapat digunakan yaitu isolasi tabur, isolasi gores, isolasi
sebar, isolasi tuang, sedangkan metode inokulasi yaitu medium agar miring,
medium agar tegak, dan medium cair (Hastowo, 2002).
Pentingnya
mengisolasi suatu mikroba dari lingkungan kita seperti pada makanan (subtrat
padat), minuman (subtrat cair) atau pada diri kita sendiri karena banyaknya
mikroba/bakteri yang sulit untuk diamati atau dibedakan secara langsung oleh
panca indera. Sehingga dengan isolasi akan mempermudah kita untuk melihat dan
mengamati bentuk-bentuk pertumbuhan mikroba pada beberapa medium yang
berbeda-beda serta melihat morfologi dari mikroba tersebut (Hadioetomo, 1991).
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan dilaksanakannya praktikum Teknik Isolasi yaitu untuk melatih mahasiswa
agar mampu memisahkan mikroorganisme dari suatu subtrat ke subtrat lain atau
dari suatu biakan campuran hingga diperoleh biakan murni.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian
Mikroorganisme
di alam tersebar luas, mulai dari tempat terdingin di kutub sampai di dalam
tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Hal tersebut
mengakibatkan sulitnya pengamatan mikroba secara spesifik. Populasi
mikroorganisme tersebut pada umumnya terdapat dalam populasi campuran. Amat
jarang mikroorganisme tersebut dijumpai sebagai satu spesies tunggal. Di sisi
lain, untuk mencirikan dan mengidentifikasikan suatu spesies mikroorganisme
tertentu, yang pertama harus dilakukan adalah memisahkannya dari organisme
lain, hingga diperoleh biakan murni. Biakan murni adalah biakan yang sel-selnya
berasal dari pembelahan satu sel tunggal (Hadioetomo, 1991).
Proses
pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua
pekerjaan mikrobiologis, misalnya menelaah dan identifikasi mikroorganisme,
memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme
saja. Teknik tersebut dikenal dengan Teknik Isolasi Mikroba (Dwidjoseputro,
1994).
Teknik
isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari
lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni
adalah kultur yang sel-selnya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal.
Biakan murni diperlukan karena semua metode mikrobiologis yang digunakan untuk
menelaah dan mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan ciri-ciri kultur,
morfologis, fisiologis, maupun serologis memerlukan suatu populasi yang terdiri
dari satu macam mikroba saja (Dwidjoseputro, 1994).
Menurut
(Zaraswati, 2004), berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
isolasi mikroba:
1. Tempat
hidup atau asal dari mikroba
2. Sifat
spesies mikroba
3. Medium
yang tepat sebagai tempat pertumbuhan mikroba
4. Cara
membiakkan mikroba
5. Cara
inkubasi
6. Uji
kemurnian mikroba
7. Cara
memelihara agar kemurniannya terjaga.
2.2
Metode Isolasi Mikroba
1.
Metode
Piringan Goresan (Streak Plate)
Medium
agar dicairkan, didinginkan pada suhu 45
, dituang ke dalam cawan petri
steril (cawan gelas dengan garis tengah 3 inci) dan dibiarkan sampai menjadi
padat. Kemudian dengan kawat gelang penginokulasi yang penuh dengan biakan
campuran, goresan dilakukan diatas permukaan agar. Ada beberapa metode penggoresan
yang berbeda, namun semua metode bertujuan untuk meletakkan sebagian besar
organisme pada beberapa goresan pertama. Apabila sebaran dilakukan dengan
menggerakkan kawat gelang kian kemari dari satu bagian kebagian lain cawan
petri, bakteri yang tertinggal pada kawat gelang semakin berkurang. Jika
dilakukan secara sempurna, goresan akhir akan meninggalkan bakteri individual
cukup terpisah satu sama lain. Sehingga setelah mengalami pertumbuhan, koloni
yang berasal dari bakteri individual akan benar-benar terpisah satu sama lain.
Kemudian, koloni tunggal dapat dipindahkan kemedium steril, dan akan tumbuhlah
biakan murni (Zaraswati, 2004).
2.
Metode
Tuang (Pour Plate Method)
Terdiri
atas penginokulasian biakan campuran kedalam tabung uji yang mengandung agar cair
yang telah didinginkan pada suhu 45
. Isinya diaduk untuk memencarkan
bakteri keseluruh medium. Campuran itu kemudian dituangkan kedalam cawan petri
steril dan dibiarkan padat. Pertumbuhan koloni terjadi baik dalam medium.
Tujuan pada kedua prosedur ialah untuk memisahkan bakteri satu sama lain
sehinga sel-sel itu akan tumbuh menjadi koloni yang terpisah dalam medium yang
padat. Kemudian dapat diambil sel-sel dari satu koloni untuk mendapatkan biakan
murni. Dalam praktek, sering piringan kedua digores kembali dengan organisme
yang berasal dari koloni yang diisolasi untuk menjamin bahwa hasil yang
diperoleh adalah biakan murni (Zaraswati, 2004).
3.
Metode
Pengenceran (Dilution)
Cara ini pertama
kali dilakukan oleh Lister (1865) yang berhasil membiakan secara murni bakteri Streptococcus lactis yang diisolasi dari
susu masam. Cara mengisolasinya dengan mengencerkan sampel susu sampai beberapa
tingkat kemudian susu hasil pengenceran terakhir dipipet 100
l untuk ditanam sebar pada medium kultur
padat. Hasil kultivasinya diperoleh beberapa koloni terpisah yang masing-masing
dapat dipelihara pada medium lain sebagai biakan murni (Dwidjoseputro, 1994).
4.
Metode
Penyebaran (Spread Plate)
Cara penyebaran
dilakukan dengan menyiapkan sampel bahan dan medium kultur padat. Sampel bahan
diambil menggunakan pipet kemudian diteteskan diatas medium kultur yang telah
membeku dan tetesan sampel bahan diratakan di permukaan atas medium kultur
menggunakan gelas perata. Hasil kultivasinya diperoleh beberapa koloni terpisah
yang masing-masing dapat dipelihara pada medium lain sebagai biakan murni (Dwidjoseputro,
1994).
5.
Metode
Pengucilan Sel Tunggal (Single Cell
Isolation)
Cara pengucilan
sel tunggal dilakukan menggunakan alat khusus yang dapat mengambil hanya satu
sel mikroorganisme. Alat pengambilnya disebut mikropipet yang ditempatkan pada
mikromanipulator. Pengambilan sel diawali dengan membuat tetesan bergantung
pada gelas penutup preparat atau dalam gelas preparat cekung. Pengambilan sel
dengan mikropipet dilakukan menggunakan mikroskop kemudian sel dipindah ke
dalam medium kultur. Kultivasi ini menghasilkan koloni yang berasal dari
keturunan satu sel (Dwidjoseputro, 1994).
BAB III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
Mikrobiologi dengan judul Teknik Isolasi dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 2
Desember 2013 pada pukul 13.20 WIB hingga selesai. Praktikum ini bertempat di
Laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat
yang digunakan yaitu:
1.
Cawan Petri
2.
Inkubator
3.
Jarum Inokulasi (Ose)
4.
Bunsen
3.2.2 Bahan
Bahan
yang digunakan yaitu:
1.
Media Nutrient Agar (NA)
2.
Media Potato Dextro Agar (PDA)
3.
Koloni Bakteri Campuran
4.
Alkohol
3.3
Cara Kerja
1.
Cairkan media NA dan
PDA.
2.
Tuangkan media ke dalam
cawan petri steril, biarkan membeku.
3.
Pilihlah 3 macam koloni
bakteri dan jamur yang berasal dari biakan campuran (praktikum topik
sebelumnya). Tulislah koloni yang dipilih pada medium padat dalam cawan petri
dan medium miring.
4.
Ambil sedikit bakteri
dari biakan yang dipilih dengan menggunakan jarum ose.
5.
Goreskan pada medium
padat dalam cawan petri. Goresan dapat dimulai dari satu titik membentuk
zig-zag atau beberapa titik membentuk garis-garis yang sejajar.
6.
Ambil bakteri dengan
cara yang sama seperti langkah 4, lalu goreskan pada agar miring yang steril.
7.
Inkubasi semua biakan
pada suhu kamar/ruang selama 1x24 jam.
8.
Lakukan pengamatan dan
catat bentuk koloni bakteri tersebut.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1
Biakan
Miring
Nama Biakan
|
Hasil
|
Biakan Miring
|
Terdapat
koloni disekitar garis-garis goresannya, koloni berbentuk bulat, ada yang
berwarna kuning dan ada juga yang berwarna putih.
|
4.1.2
Biakan
Cawan Petri
Nama Biakan
|
Hasil
|
Biakan Cawan Petri
|
Terdapat
koloni berwarna putih dan kuning, bentuknya ada yang bulat dan ada yang
berbentuk tidak teratur, kemudian ada yang cembung dan ada juga yang datar.
|
4.2
Pembahasan
Metode yang digunakan dalam pembiakan
mikroba bermacam -macam diantaranya, metode cawan gores
dan metode cawan tuang. Metode cawan gores adalah suatu metode yang mempunyai
dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan wakru. Namun untuk memperoleh hasil
yang baik diperlukan keterampilan yang memadai yang biasanya di peroleh dari
pengalaman. Metode cawan tuang adalah cara lain untuk memperoleh koloni murni
dari populasi campuran mikroba ialah dengan cara mengencerkan spesimen
dalam medium agar yang telah disterilkan dan
dicairkan kemudian didinginkan 50°C yang kemudian dituang ke cawan petri (Hastowo, 2002).
4.2.1
Biakan
Miring
Pada metode pertama ini dilakukan
dengan koloni bakteri pada tabung reaksi yang dipindahkan ke medium agar miring
pada tabung reaksi dengan cara menggoreskannya secara zig-zag menggunakan ose bulat.
Keuntungan dari penggunaan metode ini ialah agar didapatkan koloni yang
terpisah pada ujung garis terakhir sehingga memungkinkan adanya koloni tunggal
yang tumbuh pada permukaan medium agar miring. Kekurangannya ialah membutuhkan
keterampilan yang lumayan untuk penggunaannya serta permukaan medium yang
kurang luas.
Medium yang digunakan pada metode
ini ialah medium NA. Hal ini dimaksudkan karena pada medium NA mampu digunakan
untuk menumbuhkan segala macam mikroba serta kandungan nitrogen didalamnya sangat
tinggi sehingga disukai mikroba dalam pertumbuhannya. Hasil pada
praktikum yang dilakukan dalam biakan miring terdapat koloni disekitar
garis-garis goresannya, koloni berbentuk bulat ada yang berwarna kuning dan ada
yang berwarna putih. Dari hasil praktikum masih di dapati bekteri yang tidak
tunggal, seharusnya di dapatkan mikroba yang tunggal sesuai dengan tujuan dari
penggunaan metode ini.
4.2.2
Biakan
Cawan Petri
Pada metode kedua ini dilakukan
dengan cara medium agar pada cawan petri, dengan cara menggoreskannya secara zig-zag menggunakan ose bulat. Keuntungan
dari penggunaan metode ini ialah agar didapatkan koloni yang terpisah pada
ujung garis terakhir sehingga memungkinkan adanya koloni tunggal yang tumbuh
pada permukaan. Kekurangannya ialah membutuhkan keterampilan yang lumayan
untuk penggunaannya. Medium yang digunakan pada metode
ini ialah medium PDA. Hasil yang didapat pada media PDA dalam
cawan petri koloninya ada yang berwarna putih dan ada yang berwarna kuning, ada
yang berbentuk bulat, ada yang berbentuk tidak beraturan dan ada yang cembung
juga datar. Dari hasil praktikum masih di dapati bakteri yang tidak tunggal
seharusnya didapatkan mikroba yang tunggal sesuai dengan tujuan dari penggunaan
metode ini.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Pada
biakan miring didapati koloni di sekitar garis-garis goresannya, koloni
berbentuk bulat, ada yang berwarna kuning dan ada yang berwarna putih.
Sedangkan pada biakan di dalam cawan petri ditemukan koloni berwarna kuning dan
putih, bentuknya ada yang bulat dan ada yang berbentuk tak beraturan, lalu
untuk kelengkungannya ada yang cembung dan datar.
5.2
Saran
Sebaiknya para praktikan bisa memahami
benar apa yang menjadi materi praktikum, jika masih tidak mengerti ada baiknya
para praktikan bertanya kepada asisten dosen agar tidak ada kekeliruan yang
terjadi ketika praktikum berlangsung.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1994. Mikrobiologi. Erlangga: Jakarta
Hadioetomo.
1991. Mikrobiologi Dasar. Rineka
Cipta: Bandung.
Hastowo,
Sugyo. 2002. Mikrobiologi. Rajawali
Pers: Jakarta.
Zaraswati
dkk. 2004. Dasar-dasar Mikrobiologi.
UNHAS: Makassar.
No comments:
Post a Comment