Beranda

Friday, August 28, 2015

Zoologi Invertebrata - Protozoa


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pada zaman purba, ada spesies-spesies yang mampu menyusun kulit atau kerangka luar tubuhnya yang terbentuk dari zat kapur atau kersik. Hal ini diketahui dari fosil-fosil yang terdapat dari batu-batu yang berasal dari ± 600 juta tahun yang lalu. Spesies yang berkerangka kersik lebih dahulu hidupnya dibandingkan dengan yang berkerangka kapur. Pada saat pengeboran minyak, ditemukan fosil-fosil renik. Dari sinilah awal mulanya diketahui mikroorganisme yang bernama Protozoa (Radiopoetro, 1986).
Saat ini terdapat persamaan pendapat bahwa istilah tumbuhan dan hewan sukar digunakan bagi organisme uniseluler karena adanya kesamaan-kesamaan didalam semua organisme tersebut. Timbullah gagasan untuk menyebut organisme uniseluler tersebut dengan protista. Protista terbagi menjadi tiga, yaitu protista mirip hewan (Protozoa), protista mirip tumbuhan (algae), dan Protista mirip jamur (Campbell, 2012).
Protozoa merupakan filum mikrorganisme terkecil yang ada di muka bumi, ukurannya benar-benar kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan kasat mata melainkan harus menggunakan bantuan alat yaitu mikroskop (Campbell, 2012).
Protozoa dibedakan dari prokariot karena ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari Algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah. Bentuk tubuh Protozoa berbeda-beda pada fase yang berbeda dalam siklus hidupnya. Protozoa memiliki alat gerak yaitu ada yang berupa kaki semu, bulu getar (cilia) atau bulu cambuk (flagel). Beberapa Protozoa memiliki fase vegetatif yang bersifat aktif yang disebut tropozoit dan fase dorman dalam bentuk sista. Tropozoit akan aktif mencari makan dan bereproduksi selama kondisi memungkinkan. Jika kondisi tidak memungkinkan kehidupan tropozoit maka Protozoa akan membentuk sista. Sista merupakan bentuk sel Protozoa yang terdehidrasi dan berdinding tebal mirip dengan endospora yang terjadi pada bakteri. Pada umumnya berkembang biak dengan membelah diri (Radiopoetro, 1986).
 Protozoa terdapat di seluruh lingkungan berair dan tanah, menduduki berbagai tingkat tropik. Oleh karena itu, diadakanlah praktikum ini untuk mengetahui hewan-hewan  berfilum Protozoa yang ada di beberapa air yang biasanya banyak terdapat disana serta untuk memahami ciri-cirinya.

1.2.Tujuan
Tujuan dari praktikum Zoologi Invertebrata dengan judul “Filum Protozoa” ini adalah agar mahasiswa dapat:
1.    Mengamati dan mengenal jenis-jenis Protozoa
2.    Membedakan ciri-ciri khusus yang terdapat dalam tiap-tiap kelas protozoa
3.    Dapat membuat pembiakan protozoa
4.    Mengenal habitat protozoa


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Protozoa
Filum Protozoa dikenal sebagai filum untuk penggolongan hewan paling kecil jika dibandingkan dengan kelas hewan lainnya. Kata Protozoa sendiri berasal dari bahasa Yunani, protos yang berarti pertama dan zoion yang berarti binatang, sehingga dapat diartikan bahwa Protozoa merupakan mikroorganisme terkecil dan yang pertama kali ditemukan (Radiopoetro, 1986).
Protozoa memiliki habitat di tempat berair atau tempat basah, bila keadaan lingkungannya jadi kering, Protozoa akan membuat kristal (cyste). Karena Protozoa merupakan hewan bersel satu, kegiatan hidup dilakukan oleh sel itu sendiri. Protozoa merupakan kelompok lain Protista eukariotik, terkadang antara Algae dan Protozoa kurang jelas perbedaannya (Radiopoetro, 1986).
Protozoa hampir semuanya Protista bersel satu, mampu bergerak, dan makan dengan cara fagositosis, walaupun ada beberapa pengecualian. Protozoa biasanya berukuran 0,01-0,5 mm, tetapi dapat tumbuh sampai dengan 1 mm, sehingga tidak bisa dilihat dengan mata telanjang melainkan harus menggunakan mikroskop untuk melihatnya (Campbell, 2012).
Protozoa hanya dapat hidup dari zat-zat organik, dan merupakan konsumen dalam komunitas, mereka memakan bakteri atau mikroorganisme lain/sisa-sisa organisme. Di perairan umumnya merupakan zoo plankton (Campbell, 2012).

2.2.Klasifikasi Protozoa
Untuk jenis-jenis Protozoa sendiri, telah lebih dari 60 ribu Protozoa yang sudah teridentifikasi (Campbell, 2012). Jenis Protozoa yang sangat beragam tersebut dapat dibedakan menjadi 4 macam berdasarkan alat geraknya, antara lain:

1.         Kelas Rhizopoda/Sarcodina
Semua Protozoa yang tergolong kelas Rhizopoda bergerak dengan  penjuluran protoplasma selnya yang membentuk kaki semu (pseudopodia). Bentuk pseudopodia beragam, ada yang tebal membulat dan ada yang tipis meruncing. Pseudopodia berfungsi sebagai alat gerak dan alat memangsa makanan (Rohmimohtarto, 2007).
Bentuk sel Rhizopoda berubah-ubah saat diam dan bergerak, protoplasma terdiri dari ektoplasma dan endoplasma. Ektoplasma adalah sel bagian luar yang berbatasan langsung dengan membran plasma. Endoplasma adalah plasma sel pada bagian dalam sel. Ektoplasma bersifat lebih kental dari endoplasma. Aliran endoplasma dan ektoplasma tersebut berperan dalam penjuluran dan penarikan pseudopodia (Rohmimohtarto, 2007).
Rhizopoda berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan biner. Pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, misalnya kekeringan, Rhizopoda tertentu dapat beradaptasi untuk mempertahankan hidupnya dengan membentuk kista. Contohnya adalah Amoeba (Rohmimohtarto, 2007).
Rhizopoda umumnya hidup bebas di tanah yang lembab dan di lingkungan yang berair, baik di darat maupun di laut. Rhizopoda bersifat heterotrof dengan  memangsa alga uniseluler, bakteri atau Protozoa lain. Contoh dari kelas Rhizopoda yaitu Amoeba, Arcella vulgaris, Difflugia corona, Foraminifera, Heliozoa, Radiolaria, dll (Rohmimohtarto, 2007).

2.         Kelas Flagellata/Mastigophora
Flagellata berasal dari kata flagell yang berarti cambuk dan phora yang berarti gerakan. Sehingga diartikan Flagellata atau Mastigophora bergerak menggunakan bulu cambuk atau flagellum. Sebagian besar Flagellata mempunyai dua flagellum (Radiopoetro, 1986).
Flagellata berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan biner membujur, misalnya pada Trypanosoma. Flagellata ada yang hidup bebas di lingkungan berair, baik air tawar maupun air laut, dan ada yang hidup bersimbiosis dalam tubuh hewan. Flagellata yang hidup bersimbiosis, misalnya Trichonympha campanula hidup pada usus rayap dan kecoa kayu. Flagellata ini membantu rayap atau kecoa mencerna kayu yang dimakan serangga tersebut (Radiopoetro, 1986).
Sejumlah Flagellata menginfeksi manusia, menimbulkan penyakit pada alat kelamin, usus dan penyakit sistemik (Radiopoetro, 1986).

3.         Kelas Ciliata/Infusoria
Ciliata berasal dari bahasa latin, yaitu cilia yang bearti rambut kecil, atau ciliophora, dengan phora yang berarti gerakan sehingga dapat diartikan bahwa ciliata bergerak dengan menggunakan silia (rambut getar). Ciliata juga disebut Infusoria (infus= menuang) karena hewan ini ditemukan juga pada air buangan atau air cucuran (Nizkon, 2010).
Ciliata hidup bebas di lingkungan berair, baik air tawar maupun air laut. Ciliata juga hidup di dalam tubuh hewan lain secara simbiosis maupun parasit. Bentuk Ciliata seperti sandal (cenela), ada bagian yang tampak disebelah depan dan meruncing dibagian belakang disana banyak terdapat silia untuk alat gerak dengan cara bergetar. Terdapat trichocyst, mulut, rongga makanan dan rongga berdenyut, makronukleus, mikronukleus, dan sel dubur (Nizkon, 2010).
Respirasi dan ekskresi terjadi melalui permukaan tubuhnya (selaput plasma) tubuhnya dilindungi oleh pellicle, dibawahnya terdapat trichocyst yang akan dikeluarkan jika dirangsang (Nizkon, 2010).
Contoh-contoh lain cilliata: (Nizkon, 2010)
1.              Didinium nasutum (holotricha),
2.              Stentor coeruleus (heterortchicha)
3.              Vorticella campanula(peritricha)
4.              Stylonychia mytilus (hypotricha)
5.              Podophrya collini

4.         Kelas Sporozoa
Berasal dari kata sporo yang berarti benih, dan zoion artinya binatang. Sporozoa tidak memiliki alat gerak. Hewan-hewan ini merupakan hewan parasit. Siklus hidup Sporozoa sangat rumit karena menyangkut beberapa spesies hopes, contoh Sporozoa yang paling umum ialah Plasmodium sp penyebab penyakit malaria, ditemukan oleh Charles Laveran, Roland Ross, dan Grassi, ditularkan oleh nyamuk anopheles. Berkembang biak secara vegetatif di dalam tubuh manusia dan generatif di dalam tubuh nyamuk. Di dalam tubuh manusia, sporozoid akan menyerang sel darah merah (Schizogony), selanjutnya membiak secara vegetatif menjadi merozoit yang disebut sporulasi (Nizkon, 2010).
Kelas Sporozoa dibagi atas tiga ordo: (Nizkon, 2010)
a.              Ordo Gregarina
Merupakan parasit yang intra dan ekstra seluler pada invertebrata (insecta) khususnya di saluran pencernaan. Contohnya Leidyana erratica.
b.              Ordo Coccodia
Sporozoa yang seluruh siklus hidupnya dilalui pada hopes tunggal, contohnya Isospora hominis.
c.              Ordo Haemosporidia
Sporozoa yang hidup sebagai parasit dalam darah. Contohnya Plasmodium malariae.

.

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1.Waktu dan Tempat
Praktikum Zoologi Invertebrata “Filum Protozoa” dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 6 November 2013, pada pukul 13.20 sampai dengan pukul 15.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di dalam Laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang.

3.2.Alat dan Bahan
3.2.1.Alat
Alat yang digunakan yaitu panci, kompor, botol kosong, kain kasa, mikroskop, pipet tetes, beaker glass, deck glass, dan object glass.

3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu air kolam, air kubangan, air sawah, dan air rawa.


3.3.Cara Kerja
3.3.1.Cara Membuat Perbenihan
1.         Ambil air dari kolam, tempat becek sawah, dll, dengan sampah yang ada diikutkan.
2.         Siapkan rumput kering, potonglah 2-3 cm. Rumput tersebut direbus sampai bewarna kecoklatan.
3.         Rumput dimasukkan ke dalam botol bersama dengan air sampel hingga setengah botol. Air yang diambil dari tempat berbeda tidak boleh dicampur. Khusus air yang diambil dari bagian dasar dapat ditambahkan kurang lebih 15 butir beras.
4.         Botol ditutup dengan kain kasa.
5.         Perbenihan dilakukan mulai dari 3-7 hari sebelum praktikum.
6.         Simpanlah perbenihan ditempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung.
3.3.2.Langkah Kerja Pada Saat Pengamatan
1.         Sediakan object glass kemudian tetesilah dengan setetes air dari salah satu bahan praktikum yang telah tersedia dengan menggunakan pipet
2.         Tetesan air tadi ditutup menggunakan deck glass secara perlahan-lahan
3.         Preparat siap diamati dengan mikroskop, mula-mula dipergunakan perbesaran lemah, bila hewan sudah ditemukan, baru digunakan perbesaran kuat
4.         Kalau hewan yang dimaksud belum ditemukan, ambillah air pembenihan pada bagian permukaan tengah dan bawah.
5.         Untuk jenis air yang lain diperlakukan sama seperti pada point 1 sampai 4.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.  Hasil
Hasil pengamatan yang didapatkan dengan sumber sampel air sawah yaitu:
1.         Euglena viridis

Keterangan:
1.
2.
3.

6
.



2.      Paramecium sp
Keterangan:
1.
2.
3.
4.

5






Gambar Referensi:

Euglena viridis
 

Paramecium sp
 


4.2.  Pembahasan
Setelah melakukan pengamatan pada pembenihan air sawah didapatkan mikroorganisme dua mikroorganisme yaitu Paramecium sp. dan Euglena viridis. Paramecium sp. yang ditemukan berbentuk oval, memiliki alat gerak berupa silia, dan bergerak sangat aktif dan berwarna putih atau bening saat diamati pada mikroskop. Secara rinci kedua Protozoa dijelaskan sebagai berikut:
4.2.1.      Euglena viridis
1.    Morfologi
Euglena viridis memiliki  tubuh yang menyerupai gelendong dan diselimuti oleh folikel Euglena viridis. Ukuran tubuhnya 35-60 mikron dimana ujung tubuhnya meruncing dengan satu bulu cambuk yang berfungsi sebagi alat gerak. Flagel terbentuk di sisi reservoir, hewan ini memilki stigma (bintik mata berwarna merah) yang digunakan untuk membedakan gelap dan terang.
2.    Anatomi
Euglena viridis memiliki  tubuh secara anatomis yang menyerupai gelendong. Di dalam tubuhnya terdapat nukleus yang berfungsi sebagai pusat pengendali seluruh kegiatan aktivitasnya, mempunyai vakuola kontraktil, kloroplas sebagai tempat fotosintesis ketika sinar matahari mencukupi, terdapat pula stigma serta flagel yang berfungsi sebagai alat gerak Euglena viridis.
3.    Habitat
Habitat Euglena viridis air tawar dan melimpah di daerah ini, seperti di kolam peternakan atau parit saluran air, yang mengkonsumsi kotoran binatang.
4.    Sistem Reproduksi dan Sistem Sirkulasi
Untuk reproduksi Euglena viridis berkembang biak secara vegetatif, yaitu dengan pembelahan biner secara membujur. Pembelahan ini dimulai dengan membelahnya nukleus menjadi dua. Selanjutnya flagel dan sitoplasma serta selaput sel juga terbagi menjadi dua. Akhirnya terbentuklah dua sel euglena baru. Sistem sirkulasi Euglena viridis mengambil zat organik yang terlarut di sekitarnya. Pengambilan zat organik dilakukan dengan cara absorbsi melalui membran sel. Selanjutnya, zat makanan itu dicernakan secara enzimatis di dalam sitoplasma.

4.2.2.      Paramecium sp
1.    Morfologi
Paramecium sp memiliki bentuk oval, sandal, bulat di bagian depan/atas dan tubuh yang seluruhnya atau sebagian ditutupi oleh cilia atau rambut getar. Lubang bagian belakang disebut pori anal.
2.        Anatomi
Bentuk tubuh Paramecium sp secara anatomis seperti sandal (alas kaki), kulit tipis dan elastis. Memiliki makronukleus satu, mikronukleus satu atau lebih, dimana makronukleus berfungsi sebagai alat reproduksi dan mikronekleus sebagai konjugasi. Terdapat vakuola makanan dan vakuola kontraktil yang terletak pada permukaan aboral yang berfungsi sebagai sistem ekskresi dan mengedarkan makanan keseluruh tubuh. Ujung sel bagian anterior lebih tumpul atau membulat.
3.        Habitat
Habitat alami mereka adalah air tawar.  Paramecium sp mengambil air dari hipotonik lingkungan melalui osmosis dan menggunakan kandung kemih seperti kontraktil vakuola untuk mengumpulkan kelebihan air dari kanal radial dan mengusir berkala melalui membran plasma oleh kontraksi di sekitar sitoplasma.
4.        Sistem Reproduksi dan Sistem Pencernaan
Paramecium sp ini berkembangbiak dengan cara membelah diri dan konjugasi. Pada pembiakan membelah diri inti mikro terbelah menjadi dua bagian, yang terbagi menjadi dua bagian tadi masing-masing bergerak kearah ujung sel yang berbeda arah/berlawanan arah, pada inti mikro membelah melintang menjadi dua bagian corong makanan dan rongga yang berdenyut yang kedua terbentuk juga dan disertai terjadinya lengkukan melintang yang membagi tubuh menjadi dua bagian yang sama besar. Sistem pencernaannya yaitu pencernaan makanan terjadi di dalam vakuola makanan. Awalnya makanan masuk ke dalam sel melalui rongga mulut, lalu masuk ke dalam sitostoma, kemudian makanan akan didorong masuk ke dalam sitofaring dan akan terus ke vakuola makanan untuk dicerna.




No comments:

Post a Comment