Beranda

Tuesday, November 24, 2015

Morfologi Tumbuhan - Mengenal Organ Vegetatif pada Kecambah




BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Perkecambahan dan pemantapan adalah saat-saat yang genting dalam kehidupan tumbuhan, karena dalam tingkatan inilah selama siklus hidup setiap spesies maka jumlah terbesar individunya mati. Bahaya dalam lingkungan demikian besarnya sehingga hanya beberapa tumbuhan yang dapat mempertahankan spesiesnya karena bijinya terdapat dalam jumlah besar (Tjitrosomo, 1983).
Perkecambahan adalah pengulangan kembali tentang pertumbuhan janin, dan akan dilengkapi dengan keluarnya radikula di luar biji. Disini akan diuraikan periode yang dimulai dengan akhir perkecambahan dan berakhir dengan semaian yang tidak bergantung pada akumulasi makanan di dalam biji (Tjitrosomo, 1983).
Bagi tumbuhan biji (Spermatophyta), biji ini merupakan alat perkembangbiakan yang utama, karena biji mengandung calon tumbuhan baru (lembaga). Dengan dihasilkannya biji, tumbuhan dapat mempertahankan jenisnya, dan dapat pula terpencar ke lain tempat (Tjitrosoepomo, 1995).
Pada biji umumnya dapat kita bedakan bagian-bagiannya yaitu kulit biji (spermodermis), tali pusar (funiculus), dan inti biji atau biji (nucleus seminis). Pada dasarnya biji mempunyai susunan yang tidak berbeda dengan bakal biji, tetapi digunakan nama-nama yang berlainan untuk bagian-bagian yang sama asalnya, misalnya: integumentum pada bakal biji, kalau sudah menjadi biji merupakan kulit biji (spermodermis) (Tjitrosoepomo, 1995).

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengenal dan membedakan organ-organ vegetatif tumbuhan melalui pengamatan pada kecambah tumbuhan monokotil dan dikotil.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biji (Semen)
Biji (benih) dan bibit tumbuhan dapat dimakan oleh serangga, burung, dan rodentia, atau mamalia lainnya. Bibit tanaman gagal bertumbuh sebab kurang air atau cahaya, atau disebabkan suhu yang tidak menyenangkan untuk kelangsungan hidupnya (Tjitrosomo, 1983).
Setelah terjadi penyerbukan yang diikuti dengan pembuahan, bakal buah akan tumbuh menjadi buah dan bakal biji tumbuh menjadi buah, dan bakal biji tumbuh menjadi biji (spermatophyta), biji ini merupakan alat perkembang biakan yang utama, karena biji mengandung calon tumbuhan baru (Campbell, 2008).
Pada biji ada beberapa struktur yang dapat berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan makanan, yaitu :
1.         Kotiledonn, misalnya pada kacang-kacangan, semangka dan labu.
2.         Endosperma, misal pada jagung, gandum, dan golongan serelia lainnya. Pada kelapa bagian dalamnya yang berwarna putih dan dapat dimakan merupakan endospermnya.
3.         Perisperma, misal pada famili Chenopodiaceae dan Caryophyllaceae
4.         Gametophytic betina yang haploid misal pada kelas Gymnospermae yaitu pinus (Kusdianto, 2013).
Pada biji umumnya dapat kita bedakan bagian-bagian berikut:
2.1.1.      Kulit biji
Kulit biji berasal dari selaput bakal biji (integumentum), oleh sebab itu biasanya kulit biji dari tumbuhan biji tertutup (angiospermae) terdiri atas dua lapisan yaitu: lapisan kulit luar (testa), mempunyai sifat yang bermacam-macam, merupakan pelindung utama bagi bagian biji yang ada di dalam; lapisan kulit dalam (tegmen), disebut juga kulit ari (kulit tipis) (Tjitrosoepomo, 1995).
Pada tumbhan biji telanjang (gymnospermae), biji mempunyai tiga lapisan yaitu: kulit luar (sarcotesta), kulit tengah (scelorotesta), dan kulit dalam (endotesta) (Tjitrosoepomo, 1995).
Jika diadakan pemeriksaan yang lebih teliti terhadap keadaan kulit luar biji berbagai jenis tumbuhan, maka pada kulit luar biji itu masih dapat ditemukan bagian-bagian lain misalnya (Tjitrosoepomo, 1995):
a.         sayap (ala)
b.         bulu (coma)
c.         salut biji (arillus)
d.        salut biji semu (arillodium)
e.         pusar biji (hilus)
f.          liang biji (micropyle)
g.         bekas berkas pembuluh pengangkutan (chalaza)
h.         tulang biji (raphe).
2.1.2.      Tali Pusar
Tali pusar merupakan bagian yang menghubungkan biji dengan tembuni, jadi merupakan tangkainya biji (Tjitrosoepomo, 1995).
2.1.3.      Inti  Biji (Nucleus Seminis)
Yang dinamakan inti biji ialah semua bagian biji yang terdapat di dalam kulitnya, oleh sebab itu inti biji juga dapat dinamakan isi biji. Inti biji terdiri atas (Tjitrosoepomo, 1995):
a.         Lembaga (embryo), yang merupakan calon individu baru.
b.         Putih lembaga (albumen), jaringan berisi cadangan makanan untuk masa permulaan kehidupan tumbuhan baru (kecambah).
Kedalaman suatu biji dibenamkan dalam tanah, baik yang sengaja ditanam ataupun secara kebetulan tumbuh, merupakan faktor yang penting dalam perkecambahan. Biji yang terdapat di permukaan tidak memiliki persediaan air yang cukup untuk melengkapi perkecambahannya. Kalau terlalu dalam maka biji urung berkecambah, atau mungkin menghabiskan sama sekali persediaan makanan untuk menembus tanah dan mendapat cahaya. Biji-biji besar, sebab berisi banyak makanan, dapat ditanam lebih dalam daripada biji-biji yang kecil, sehingga beruntung dapat lebih banyak suplai air yang uniform (Tjitrosomo, 1983).

2.2. Perkecambahan
Kalau keadaan menguntungkan, penyerapan air oleh biji diikuti oleh banyak kegiatan. Protoplasma mengalami rehidrasi dan enzim-enzimnya mulai berfungsi. Zat pati diurai menjadi gula, lemak menjadi zat-zat yang dapat dilarutkan, dan protein mnjadi asam amino. Persediaan bahan-bahan ini memungkinkan pembebasan energi oleh respirasi, translokasi bahan makanan ke janin, dan mulailah embrio bertumbuh (Tjitrosomo, 1983).
Respirasi pada biji dorman lagi kering berlangsung teramat perlahan. Mungkin juga respirasi berhenti pada biji-biji yang sama sekali kering tetapi masih hidup. Membasahi biji-biji itu memungkinkan respirasi meningkat dengan cepat, dan pada saat perkecambahan berlangsung dengan baik maka respirasi dapat menjadi ratusan kali. Pengaruh luar biasa hidrasi ini terhadap respirasi merupakan sebab utama betapa amat pentingnya kelembaban rendah padi biji dan padi-padian yang disimpan di gudang. Sebagai akibat meningkatnya kegiatan enzim dan tersedianya bahan makanan serta energi pada biji yang berkecambah, maka pemanjangan sel mulai dalam janin, dan perkecambahan tumbuhan baru yang telah dimulai itu berlangsung lagi (Tjitrosomo, 1983).
2.2.1. Perkembangan Kecambah Dikotil
Kotiledon tumbuhan dikotil yang kaya akan makanan akan tetap tertinggal dalam tanah saat berkecambah bila perkembangannya hipogeal, contohnya adalah kapri; atau muncul ke permukaan tanah secara epigeal, contohnya pada kacang-kacangan, lobak dan selada. Dalam kedua kasus tersebut, bengkokan yang terbentuk di dekat apeks batang mendorong tanah ke atas sambil menarik daun atau kotiledom muda yang lunak itu. Bengkokan pada batang ini terbentuk akibat pertumbuhan tak imbang di kedua sisi hipokotil atau epikotil, sebagai responsnya terhadap etilen segera setelah berkecambah. Saat bengkokan muncul dari tanah, cahaya merah yang bekerja melalui Pfr memacu meluruskan bengkokan (Salisbury, 1995).
Tampaknya melurusnya bengkokan diakibatkan oleh terhambatnya sintesis etilen oleh cahaya di dalam bengkokan tersebut. Perbedaan pertumbuhan yang disebabkan oleh pemanjangan sel yang lebih cepat di sisi bawah (cekung) dibandingkan dengan sisi atas (cembung) menyebabkan bengkokan menjadi lurus. Bersamaan dengan pelurusan ini, cahaya meningkatkan pembukaan helai daun, pemanjangan tangkai daun, pembentukan klorofil dan perkembangan kloroplas, seperti terjadi juga pada daun rumputan (Salisbury, 1995).
Sebagian besar pertumbuhan daun yang terpacu cahaya setidaknya pada tumbuhan dikotil, disebabkan oleh HIR. Contoh yang baik ditunjukkan oleh daun primer kacang-kacangan. Tumbuhan yang tumbuh di bawah cahaya merah redup selama sepuluh hari memiliki daun yang agak lebih lebar dan jumlah selnya juga beberapa kali lebih banyak daripada daun yang tumbuh di tempat gelap. Ketika tumbuhan itu dipindahkan ke cahaya putih, pemelaran sel dan pertumbuhan daun sangat meningkat. Dalam hal ini cahaya biru yang bekerja melalui sistem HIR lah yang menyebabkan pemelaran sel dengan cara mengasamkan dinding sel epidermis; jadi merenggangkan sel-sel tersebut sehingga seluruh daun melar lebih cepat meskipun dengan tekanan turgor tetap (Salisbury, 1995).
Ketika fotosintesis mulai terjadi di daun dan kotiledon batang menjadi lebih pendek dan lebih kekar. Tentu saja, kecambah yang tumbuh di tempat gelap tak dapat memanjang setelah pasokan makanannya habis; tapi, bila karbohidrat atau lemak masih mencukupi, cahaya masih juga menghambat pemanjangan batang (Salisbury, 1995).
2.2.2. Perkembangan Kecambah Monokotil
Bahan makanan yang terkumpul pada biji-biji terdapat dalam endosperma, dan kegiatan utama kotiledon ialah peruraian dan translokasi cadangan makanan ini untuk pertumbuhan bibit tanaman. Pada perkecambahan jagung dan beberapa famili rumput-rumputan, butir-butirnya yang mengandung perisai atau scutelum dan sisa-sisa endosperma, tetap tertinggal di dalam tanah. Koleoptilnya, yang dianggap sebagai bagian dari kotiledon, menutupi dan melindungi plumula sewaktu tumbuh ke atas melalui tanah (Tjitrosomo, 1983).
Sistem perakaran primer, yang dibentuk dari radikula, tidak pernah menjadi besar dan dapat digunakan untuk sementara. Akar-akar primer ini dilengkapi oleh sistem perakaran sekunder yang lebih kuat, asalnya liar, yang terbentuk dari buku-buku bawah pada batang. Buku-buku ini adalah bagian dari plumula yang dengan demikian didorong menembus ke atas tanah pada waktu perkecambahan. Jika akar-akar sekunder timbul pada saat gerakan ini, maka dapat dipastikan bahwa akar-akar tersebut akan rusak. Juga, daun-daun muda tumbuhan rumput-rumputan tidak akan mampu mendorong tanah untuk keluar kecuali kalau tetap di lindungi oleh koleoptil. Mekanisme yang mengendalikan dan menggabungkan berbagai perkembangan tersebut merupakan peristiwa yang menarik (Tjitrosomo, 1983).
Bila ujung koleoptil menembus permukaan tanah, maka laju pembentukan auksinnya sangat dikurangi oleh adanya cahaya. Maka proses-proses pertumbuhan menjadi kebalikannya,. Perpanjangan ujung mesokotil berhenti, plumula timbul dari koleoptil, dan akar tumbuh dari buku pertama (Tjitrosomo, 1983).

 BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 24 Desember 2013 mulai pukul 15.00-16.30 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

3.2. Alat Dan Bahan
3.2.1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan ialah baki/nampan, silet/pisau cutter, pensil warna, mistar, kertas A4, lup, 4 gelas plastik, kapas,
3.2.2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah air, 4 biji jagung (Zea mays), 4 biji kacang hijau (Phaseolus radiatus), 4 biji kacang merah (Phaseolus vulgaris),  dan 4 biji kacang kedelai (Glycine max).

3.3. Prosedur kerja
1.      Mengambil biji yang baru untuk diletakkan didalam gelas yang telah diisi kapas yang telah disiram air
2.      Meletakkan biji tersebut didalam gelas plastik
3.      Mengamati dari hari ke-1 – hari ke-5
4.      Memberi keterangan dari hari ke hari
5.      Memfoto dan menggambar hasil pengmatan yang telah dilakukan 
6.      Mengambil satu persatu biji yang telah disiapkan, membelahnya dan mengamati kotiledon, plumula, dan radikula
7.      Gambar hasil pengamatan tersebut pada kertas
8.      Memberi keterangan pada bagian-bagiannya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1 Tabel hasil pengamatan Biji
No
Gambar Pengamatan
Dikotil
Monokotil
1.
Morfologi Biji Kacang Merah
(Phaseolus vulgaris)






Anatomi Biji Kacang Merah
(Phaseolus vulgaris)








2.
Morfologi Biji Jagung (Zea mays L)








Anatomi Biji Jagung (Zea mays L)








3.
Morfologi Biji Kacang Hijau
(Vigna Radiata)






Anatomi Biji Kacang Hijau
(Vigna Radiata)







4.
Morfologi Biji Kedelai
(Glycine max)





Anatomi Biji Kedelai
(Glycine max)








4.1.2 Tabel hasil pengamatan Perkecambahan   
1. Biji Kacang Merah (Phaseolus vulgaris)
No
Hari
Ukuran (cm)
Plumula
Radikula
1
ke-1
-
-
2
ke-2
-
1,3 cm
3
ke-3
-
2 cm
4
ke-4
-
7 cm
5
ke-5
-
8 cm
6
ke-6
-
9 cm

2. Biji Jagung (Zea mays L)
No
Hari
Ukuran (cm)
Plumula
Radikula
1
ke-1
-
-
2
ke-2
0,5 cm
1,2 cm
3
ke-3
0,7 cm
2 cm
4
ke-4
1 cm
7 cm
5
ke-5
4 cm
8 cm
6
ke-6
5,5 cm
9 cm


3.    Biji Kacang Hijau (Vigna Radiata)
No
Hari
Ukuran (cm)
Plumula
Radikula
1
ke-1
0,1 cm
-
2
ke-2
1 cm
1 cm
3
ke-3
2,8 cm
2 cm
4
ke-4
3,7 cm
3 cm
5
ke-5
6,3 cm
4 cm

4.    Biji Kacang Kedelai (Glycine max)
No
Hari
Ukuran (cm)
Plumula
Radikula
1
ke-1
-
0,2 cm
2
ke-2
1 cm
1,2 cm
3
ke-3
1,5 cm
2 cm
4
ke-4
4,5 cm
3,5 cm
5
ke-5
8 cm
4 cm

4.2 Pembahasan
Pada praktikum tentang mengenal organ vegetatif pada kecambah, dilakukan dua kali pengamatan. Pengamatan pertama mengamati morfologi dan anatomi beberapa contoh biji monokotil dan dikotil. Contoh dari biji monokotil adalah biji jagung, sedangkan contoh biji dikotil adalah biji kacang hijau, biji kacang kedelai, dan biji kacang merah. Selanjutnya untuk pengamatan kedua dilakukan dengan membuat perkecambahan pada masing-masing biji tersebut 5-6 hari sebelum praktikum dimulai.
Organ-organ vegetatif yang membentuk tubuh tumbuhan merupakan fase sporofit dari siklus hidup tumbuhan tersebut. Keberadaan tubuh tumbuhan ini biasanya dimulai dari sel telur yang dibuahi zigot, yang selanjutnya berkembang menjadi embrio. Berdasarkan pola perkembangannya, embrio memiliki bentuk yang khas di mana terdapat suatu sumbu tubuh dan satu atau dua buah tonjolan serupa daun yang disebut kotiledon. Sumbu tubuh di atas kotiledon disebut epikotil (plumula). Pada ujung epikotil ini terdapat sekelompok sel yang aktif membelah yang disebut meristem apeks pucuk. Sumbu tubuh dibawah kotiledon disebut hipokotil dan radikula. Pada bagian kulit biji terdapat lapisan kulit luar (testa) dan lapisan kulit dalam (tegma) (Tjitrosoepomo, 2011).
Berdasarkan uraian diatas maka, dapat dilakukan analisis sebagai berikut :
  1. Biji Kacang Merah (Phaseolus vulgaris)
Pada pengamatan yang dilakukan terhadap morfologi dan anatomi biji kacang merah, diketahui bahwa pada biji kacang merah termasuk biji dikotil yang terdiri dari testa yang berwarna merah, tegma yang berwarna putih kekuningan, pusar biji dan kotiledon, sedangkan pengamatan pada anatominya terdapat plumula yang merupakan bakal daun, epikotil bagian batang yang tumbuh ke atas, hipokotil bagian batang yang tumbuh ke bawah, radikula yang merupakan bakal akar, tali pusar, kotiledon yang merupakan cadangan makanan bagi embrio, dan kulit biji yang melindungi biji bagian dalam.
  1. Biji Jagung (Zae mays L)
Biji jagung termasuk jenis tanaman monokotil. Pada pengamatan morfologinya terdapat testa yang berwarna kuning, tegma berwarna putih, dan endosperm, sedangkan pengamatan pada anatominya terdapat plumula yang merupakan bakal daun, epikotil bagian batang yang tumbuh ke atas, hipokotil bagian batang yang tumbuh ke bawah, radikula yang merupakan bakal akar, tali pusar, endosperm yang merupakan cadangan makanan bagi embrio, dan kulit biji yang melindungi bagian dalam dari biji.
  1. Biji Kacang Hijau (Phaseolus radikulus)
Biji kacang hijau termasuk tumbuhan dikotil. Pada saat pengamatan morfologinya terdapat testa yang berwarna hijau, tegma berwarna putih, pusar biji yang berwarna putih dan kotiledon yang berwarna hijau, sedangkan pengamatan pada anatominya terdapat plumula yang merupakan bakal daun, epikotil bagian batang yang tumbuh ke atas, hipokotil bagian batang yang tumbuh ke bawah, radikula yang merupakan bakal akar, tali pusar, kotiledon yang merupakan cadangan makanan bagi embrio, dan kulit biji yang melindungi biji bagian dalam.
  1. Biji Kacang Kedelai (Glycine max)
Biji kacang kedelai termasuk jenis tumbuhan dikotil. Pada saat dilakukan pengamatan morfologinya terdapat testa yang berwarna kuning, pusar biji yang berwarna hitam dan kotiledon yang berwarna kuning, sedangkan pengamatan pada anatominya terdapat plumula yang merupakan bakal daun, epikotil bagian batang yang tumbuh ke atas, hipokotil bagian batang yang tumbuh ke bawah, radikula yang merupakan bakal akar, tali pusar, kotiledon yang merupakan cadangan makanan bagi embrio, dan kulit biji yang melindungi biji bagian dalam.
Adapun pengamatan perkecambahannya yaitu sebagai berikut:
1.      Perkecambahan Kacang Merah (Phaseolus vulgaris)
Pada pengamatan yang dilakukan terhadap perkecambahan biji kacang merah, pada hari ke-1 baik plumula maupun radikula belum menunjukkan pertumbuhannya, pada hari ke-2 radikula mulai tumbuh sepanjang 1,3 cm  namun untuk plumula tidak mengalami pertumbuhnan  sampai hari ke-6, radikula pada hari ke-3 tumbuh sepanjang 0,7 cm sehingga totalnya menjadi 2 cm, pada hari ke-4 radikula bertambah panjangnya secara cepat hingga mencapai 5 cm jadi totalnya 7 cm, pada hari ke-5 panjang radikula menjadi 8 cm, sedangkan pada hari terakhir pengamatan panjang radikula keseluruhan adalah 9 cm.
2.      Perkecambahan Biji Jagung (Zea mays)
Pada pengamatan yang dilakukan terhadap perkecambahan biji jagung, pada hari ke-1 baik plumula maupun radikula belum menunjukkan pertumbuhannya, pada hari ke-2 radikula mulai tumbuh sepanjang 1,2 cm sedangkan plumula tumbuh sepanjang 0,5 cm, radikula pada hari ke-3 tumbuh dengan panjang totalnya 1,5 cm dan plumula bertambah panjang menjadi 0,7 cm, pada hari ke-4 radikula bertambah panjangnya 0,5 cm jadi totalnya 2 cm sedangkan panjang plumula menjadi 1 cm, pada hari ke-5 panjang radikula menjadi 3 cm, sedangkan plumula panjangnya menjadi 4 cm pada hari terakhir pengamatan panjang radikula keseluruhan adalah 4 cm sedangkan plumula menjadi 5,5 cm.
3.      Perkecambahan Kacang Hijau (Phaseolus radikulus)
Pada pengamatan yang dilakukan terhadap perkecambahan biji kacang hijau, pada hari pertama timbul radikula dari kulit biji panjangnya 0,1 cm. Pada hari kedua pada radikula, tumbuh akar primernya dengan panjang 1 cm. Pada hari ketiga panjang akar menjadi 2,8 cm, pada akar primer keluar rambut-rambut akar yang merupakan calon akar sekunder. Kemudian pada hari ke empat, hipokotil memanjang dan menjadi lengkung, plumula keluar dari kotiledon, panjang keseluruhan menjadi 6,7 cm. Pada hari terakhir pengamatan, hipokotil menjadi lurus dan mengangkat plumula dan kotiledon ke atas, sehingga panjang keseluruhan setelah pengamatan adalah 8,3 cm.
4.      Perkecambahan Kacang Kedelai (Glysine max)
Pada pengamatan yang dilakukan terhadap biji kacang kedelai, pada hari pertama belum tumbuh plumula, kotiledon sudah tumbuh dengan panjang 1,2 cm, dan radikula 0,2 cm,  sedangkan testa masih menempel. Pada hari kedua plumula mulai tumbuh dengan panjang 1 cm, kotiledonnya bertambah panjangnya menjadi 1,5 cm, sedangkan radikulanya menjadi 1,2 cm, dan untuk testa biji kacang kedelai mulai  sedikit terkelupas. Pada hari ketiga plumula biji kacang kedelai panjangnya menjadi 1,5 cm, kotiledonnya yang tadinya kuning menjadi hijau, radikulanya bertambah panjang menjadi 2 cm, sedangkan testa makin terkelupas namun masih menempel. Pada hari keempat plumula bertambah panjang menjadi 4,5 cm, kotiledon berwarna hijau, radikula menjadi 3,5 cm dan terbentuk cabang akar, dan testanya terkelupas. Pada hari terakhir pengamatan plumula yang terbentuk memiliki panjang 8 cm, kotiledonnya  hampir membuka, panjang radikula 4 cm, dan daun mulai terlihat.
Berdasarkan pengamatan pada masing-masing perkecambahan tersebut, pertumbuhan pada masing-masing biji tidaklah sama hal, tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor baik dari kondisi biji itu sendiri maupun dari lingkungan seperti kelembaban dan air. Hal tersebut sesuai dalam  Kusdianti (2013) faktor-faktor yang mempengeruhi perkecambahan adalah faktor dalam yaitu gen, tingkat kemasakan biji, hormon, dan dormansi, sedangkan faktor dari luar meliputi air, temperatur, oksigen, media. Jadi sangatlah jelas jika keempat biji tersebut memiliki perbedaan tingkat pertumbuhan perkecambahannya. Begitu juga pada sistem perkecambahannya, biji dikotil memiliki perkecambahan epigeal sedangkan biji monokotil memiliki sistem perkecambahan hipogeal, hal tersebut dapat terlihat pada perkecambahan jagung kotiledonnya tidak terangkat keatas saat mengalami perkecambahan yang tumbuh hanyalah plumulanya, sedangkan pada perkecambahan dikotil misal pada kacang hijau saat mengalami perkecambahan kotiledonnya ikut terangkat keatas saat  pertumbuhan berlangsung.


BAB V
PENUTUP

5.1.  Kesimpulan
Umumnya bagian dari morfologi dari biji adalah testa (bagian kulit luar biji), tegma (bagian dalam kulit biji), kotiledon (cadangan makanan pada biji dikotil), endosperm (cadangan makanan pada biji monokotil), dan pusar biji, serta tali pusar pada biji yang masih muda. Anatomi biji umumnya terdiri dari kotiledon, plumula, radikula, hipokotil, dam epikotil. Proses perkecambahan biji memerlukan kondisi lingkungan yang baik untuk pertumbuhannya. Pada setiap jenis biji tingkat pertumbuhannya berbeda-beda saat berkecambah hal ini dipengaruhi oleh faktor dalam seperti tingkat kemasakan biji dan lain-lain serta faktor dari luar seperti suhu, kelembaban, air dan lain-lain.

5.2.  Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengamati morfologi dan anatomi dari masing-masing biji karena biji tersebut kecil, serta teliti dalam mengamati pertumbuhan dari perkecambahan masing-masing biji tersebut agar tidak terjadi kesalahan dalam penulisan datanya.


DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A dkk. 2008. Biologi Edisi kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.

Salisburry, Frank B. dan Cleon W Koss. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung: ITB.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1995. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.

Tjitrosomo, Siti Sutarmi dkk. 1983. Botani Umum 1. Bandung: Angkasa.

Kusdianti. 2012. Handout Mortum 3. pdf. Website: http://file.upi.edu/Direktorat/ KUSDIANTI/Handout.mortum.3.pdf. Diakses pada hari Kamis, tanggal 4 Januari 2014, pada pukul 10.30 WIB.
















No comments:

Post a Comment