BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bila
memperhatikan tumbuhan, biasanya yang pertama kali dilihat adalah batangnya.
Dari batang baru dilihat bagaimana keadaan daun. Sebagian besar tumbuhan
memiliki batang yang jelas. Namun demikian, beberapa tumbuhan tidak memiliki
batang yang jelas (Rosanti, 2013).
Batang
merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting, dan mengingat tempat serta
kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh
tumbuhan (Tjitrosoepomo, 1985).
Batang berfungsi untuk membentuk dan
menyangga daun. Batang mempunyai petumbuhan yang tidak terbatas, berbeda dari
daun yang mempunyai pertumbuhan terbatas dan akhirnya ditinggalkan. Di ujung
batang terdapat titik vegetatif yang meristematik dan mempunyai kemampuan
untuk terus-menerus membentuk sel baru (Tjitrosomo, 1983).
Selain
sebagai tempat pelekatan daun, bunga dan buah, batang juga berfungsi sebagai
jalan pengangkutan air dan zat-zat mineral yang terlarut di dalamnya. Pada
beberapa tumbuhan, batang digunakan sebagai tempat menyimpan makanan cadangan
(Kusdianti, 2013).
Karena
batang memiliki struktur yang cukup kompleks, dalam mengamati batang suatu
tumbuhan, ada beberapa hal penting yang menjadi fokus pengamatan, misalnya
bentuk, cabang-cabang, arah pertumbuhan, dan sebagainya (Rosanti, 2013).
Berdasarkan
hal tersebut, salah satu cara membedakan tumbuhan dapat dilakukan melalui
struktur batangnya. Oleh karena itu tumbuhan dibedakan menjadi tumbuhan yang
berbatang (planta caulis) dan
tumbuhan tidak berbatang (planta acaulis).
Terlepas dari pernyataan tersebut, tumbuh-tumbuhan yang dikategorikan planta acaulis pada dasarnya memiliki
batang, namun tidak tampak jelas terlihat (Rosanti, 2013).
Berdasarkan
sedikit uraian diatas, dapat diketahui bahwa batang sangat penting bagi tumbuhan,
maka dari itu praktikum Morfologi Tumbuhan pun dirasa sangat perlu diadakan
agar praktikan dapat mengetahui dan mengenal beberapa sifat umum batang.
1.2. Tujuan
Adapun
tujuan praktikum ini adalah untuk mengenal dan memahami beberapa sifat umum
batang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Batang
Batang
merupakan organ tumbuhan yang tak kalah penting dengan akar dan daun. Kedudukan
batang bagi tumbuhan dapat disamakan dengan rangka pada manusia dan hewan.
Dengan kata lain, batang merupakan sumbu tubuh tumbuhan (Rosanti, 2013).
Batang
tumbuh pada titik tumbuh, yaitu pada meristem
apeks (pucuk). Dari meristem tersebut dihasilkan pula bakal daun yang
mula-mula berbentuk tonjolan, kemudian berkembang lebih cepat dari ujung batang
itu sendiri, sehingga bakal daun menutupi meristem
apeks (Kusdianti, 2013).
Daerah pada batang yang menumbuhkan daun
disebut nodus (buku), sedangkan
antara dua nodus disebut internodium (ruas). Pada beberapa
tumbuhan, buku terdiri dari sel-sel yang hanya sedikit tumbuh memanjang,
sedangkan ruasnya terdiri dari sel-sel yang jauh lebih panjang (rumput, bambu,
tebu). Kadang-kadang nodus jelas sekali karena daerah ini membengkak (Tjitrosomo,
1983).
Batang
merupakan organ tempat lintasan makanan hasil fotosintesis yang diproduksi oleh daun, sebagian hasil fotosintesis tersebut dibawa ke seluruh
tubuh dan sebagian lagi di simpan pada batang sebagai cadangan makanan
(Idarianawaty, 2011).
Batang
akan terlihat dengan jelas pada saat berbunga. Bila tumbuhan memasuki tahap
pembungaan, dari tengah-tengah roset
tempat berkumpulnya daun akan muncul batang yang tumbuh cepat dengan daun-daun
yang tersusun jarang dan mendukung bunga-bunganya (Rosanti, 2013).
2.2. Beberapa Sifat Umum Batang
Pada
umumnya batang mempunyai sifat-sifat berikut: (Tjitrosoepomo, 1985)
a.
Umumnya berbentuk
panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain, akan
tetapi selalu bersifat aktinomorf,
artinya dapat dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang setangkup.
b.
Terdiri atas ruas-ruas
yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku, dan pada buku-buku inilah terdapat
daun.
c.
Tumbuhnya biasanya ke
atas, menuju cahaya atau matahari (bersifat fototrop
atau heliotrop).
d.
Selalu bertambah
panjang di ujungnya, oleh sebab itu sering dikatakan bahwa batang mempunyai
pertumbuhan yang tidak terbatas.
e.
Mengadakan percabangan,
dan selama hidupnya tumbuhan tidak digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang
atau ranting yang kecil.
f.
Umumnya tidak berwarna
hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek, misalnya rumput dan waktu batang
masih muda.
Sebagai bagian
tubuh tumbuhan, batang mempunyai tugas untuk: (Tjitrosoepomo, 1985)
a. Mendukung
bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu: daun, bunga, dan buah.
b. Dengan
percabangannya memperluas bidang asimilasi
c. Jalan
pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan jalan pengangkutan
hasil-hasil asimilasi dari atas ke
bawah.
d. Menjadi
tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan.
2.3. Jenis Batang
Batang
tumbuhan herba umumnya mempunyai
ciri-ciri: lunak, berwarna hijau, jaringan kayunya sedikit atau tidak sama
sekali, ukuran batang kecil dan berumur pendek (Idarianawaty, 2011).
Batang
tumbuhan berkayu umumnya mempunyai ciri-ciri: berbatang keras, tebal, berwarna
coklat, dan berumur panjang (Idarianawaty, 2011).
Batang
tumbuhan dapat dibedakan seperti berikut: (Tjitrosoepomo, 2011)
1. Batang
basah (herbaceus), yaitu batang yang
lunak dan berair, misalnya pada bayam (Amaranthus
spinosus L.).
2. Batang
berkayu (lignosus), yaitu batang yang
biasa keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat
pada pohon-pohon (arbores) dan
semak-semak (frutices) pada umumnya.
3. Batang
rumput (calmus), yaitu batang yang tidak
keras. Mempunyai ruas-ruas yang nyata dan sering kali berongga, misalnya pada
padi (Oryza sativa L.).
4. Batang
mendong (calamus), seperti batang
rumput, tetapi mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang, misalnya pada mendong (Fimbristylis globulosa Kunth.).
2.4. Arah Tumbuh Batang
Untuk
arah tumbuh batang, walaupun seperti telah dikemukakan, batang umumnya tumbuh
ke arah cahaya, meninggalkan tanah dan air, tetapi mengenai arahnya dapat
memperlihatkan variasi, dan bertalian dengan sifat ini dibedakan batang yang
tumbuhnya: (Tjitrosoepomo, 1985)
a. Tegak
lurus (erectus), yaitu jika arahnya
lurus ke atas, misalnya papaya (Carica
papaya L.).
b. Menggantung
(dependens, pendulus), ini tentu saja
hanya mungkin untuk tumbuhan-tumbuhan yang tumbuhnya di lereng-lereng atau tepi
jurang, misalnya Zebrina pendula
Schnitzl.
c. Berbaring
(humifusus), jika batang terletak
pada permukaan tanah, hanya ujungnya saja yang sedikit membengkok ke atas,
misalnya pada semangka (Citrullus
vulgaris).
d. Menjalar
atau merayap (repens), batang
berbaring, tetapi dari buku-bukunya keluar akar-akar, misalnya batang ubi jalar
(Ipomoea batatas).
e. Serong
ke atas atau condong (ascendens),
pangkal batang seperti hendak berbaring, tetapi bagian lainnya lalu membelok ke
atas, misalnya pada kacang tanah (Arachis
hypogaea)..
f. Mengangguk
(nutans), batang tumbuh tegak lurus
ke arah atas, tetapi ujungnya lalu membengkok kembali ke bawah, misalnya pada
bunga matahari (Helianthus annuus).
g. Memanjat
(scandens), yaitu jika batang tumbuh
ke atas dengan menggunakan penunjang. Penunjang dapat berupa benda mati ataupun
tumbuhan lain, dan pada waktu naik ke atas batang menggunakan alat-alat khusus
untuk berpegangan pada penunjangnya ini, misalnya dengan akar pelekat, akar
pembelit, cabang pembelit, dan lain sebagainya.
h. Membelit
(volubilis), jika batang naik ke atas
dengan menggunakan penunjang seperti batang yang memanjat, akan tetapi tidak
dipergunakan alat-alat yang khusus, melainkan batangnya sendiri naik dengan
melilit penunjangnya.
2.5. Model Percabangan
Cara
percabangan ada bermacam-macam, biasanya dibedakan tiga macam cara percabangan,
yaitu secara monopodial, simpodial, dan menggarpu. Cara
menentukan percabangan pada batang adalah dengan melihat posisi batang pokok
terhadap cabang-cabangnya (Rosanti, 2013).
1. Percabangan
secara monopodial, jika batang pokok
selalu tampak jelas. Ini disebabkan karena batang pokok lebih besar dan lebih
panjang (lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya, misalnya cemara
(Casuarina equisetifolia) dan pinus (Pinus merkusii).
2. Percabangan
simpodial, batang pokok sukar
ditentukan. Hal ini disebabkan oleh batang pokok menghentikan pertumbuhannya,
sehingga pertumbuhan cabang lebih dominan. Dengan kata lain pertumbuhan batang
pokok kalah cepat dibandingkan dengan pertumbuhan cabang, sehingga batang pokok
hanya terlihat di bagian bawah saja, karena pada bagian atas tumbuhan sudah
merupakan cabang-cabang. Percabangan
simpodial dapat ditemukan pada sawo manila (Achras zapota).
3. Percabangan
menggarpu atau dikotom, memiliki cara
percabangan dimana setiap kali bercabang akan terbagi menjadi dua cabang yang
sama besarnya.
2.6.
Bentuk dan Permukaan Batang
Bentuk batang sendiri
biasanya dilihat dari penampang melintangnya. Berdasarkan hal ini, bentuk
batang tumbuhan dibedakan yaitu bulat, bersegi dan pipih. Batang bulat (teres), jika penampang melintangnya
menunjukkan bangun lingkaran. Pada batang bersegi (angularis), penampang melintang batang menunjukkan bangun segitiga
(triangularis) dan segi empat (quadrangularis). Untuk batang pipih,
penampang melintang batang yang terlihat biasanya berbentuk elips atau setengah
lingkaran (Rosanti, 2013).
Dilihat dari
permukaannya batang tumbuh-tumbuhan juga memperlihatkan sifat yang
bermacam-macam yaitu: licin (laevis),
berusuk (costatus), beralur (sulcatus), bersayap (alatus), berambut (pilosus), berduri (spinosus),
memperlihatkan bekas-bekas daun, memperlihatkan bekas-bekas daun penumpu,
memperlihatkan lentisel, dan dengan
keadaan-keadaan lain, misalnya lepasnya kerak (bagian kulit yang mati)
(Rosanti, 2013).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 26 November 2013, pada pukul 15.00
WIB hingga selesai. Praktikum ini bertempat di laboratorium Biologi Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat
yang digunakan yaitu lup, mikroskop binokuler,
pensil warna, mistar, dan kertas A4.
3.2.2
Bahan
Bahan
yang digunakan yaitu batang jati muda, batang jati tua, batang tebu muda, dan
batang tebu tua.
3.3 Cara Kerja
1.
Ambillah batang jati
yang masih muda dengan beberapa daun yang masih melekat amati sifat-sifatnya,
kemudian buat gambarnya.
2.
Beri keterangan pada
gambar yang anda buat dengan menunjukkan apeks
pucuk, buku, ruas, daun, dan tunas aksilar.
3.
Buatlah potongan
melintang pada batang jati tadi, kira-kira 10-20 cm di bawah apeks pucuk.
4.
Gambarlah bagan
melintang dari potongan tadi dan tunjukkan sifat-sifat aktinomorf batang pada bagan melintang yang anda buat.
5.
Buatlah penampangan
membujur (memanjang) daerah apeks
pucuk, amati kemudian gambarlah bagannya dan beri keterangannya dengan
menunjukkan bakal daun, tunas aksilar
dan meristem apeks. Gunakan lup,
mikroskop binokuler untuk mempermudah
pengamatan anda.
6.
Lakukan hal yang sama
(1-5) utuk batang tebu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
No
|
Gambar
Hasil Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Batang Tebu Tua
|
1. Tunas aksilar
2. Ruas (internodus)
3. Buku (nodus)
|
2.
|
Batang Tebu Muda
|
1. Tunas primodial
2. Ruas (internodus)
3. Buku (nodus)
|
3.
|
Batang Jati Tua
|
1. Tunas aksilar
2. Ruas (internodus)
3. Buku (nodus)
|
4.
|
Batang Jati Muda
|
1. Tunas primodial
2. Ruas (internodus)
3. Buku (nodus)
|
4.2.
Pembahasan
4.2.1.
Batang
Tebu (Saccarum officinarum) Tua
Berdasarkan hasil pengamatan, batang
tebu tua memiliki bentuk batang bulat dengan permukaan batang yang licin dan
sedikit diselimuti zat kitin, arah tumbuh batang tegak lurus, batangnya
berjenis batang mendong, dan memilki
pola percabangan monopodial, serta
berwarna ungu.
4.2.2.
Batang
Tebu (Saccarum officinarum) Muda
Batang
tebu muda memiliki ciri-ciri morfologi berbentuk bulat, permukaan batang masih
diselimuti pelepah yang memiliki bulu-bulu kasar dipermukaannya, arah tumbuh
batang tegak lurus, dan warna batang hijau keputih-putihan.
4.2.3.
Batang
Jati (Tectona grandis) Tua
Batang
tanaman jati tua memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut, yaitu: bentuk
batang silindris, permukaan batang kasar dengan bintik-bintik lentisel, warna kulit batang coklat
keputihan, tidak terdapat bulu-bulu halus lagi, kulit batang lebih kering, ruas
batang jati tua lebih panjang daripada ruas batang jati muda, arah tumbuh
batang tegak lurus (erectus) dan
jenis batang adalah batang berkayu, memiliki kambium, bentuk percabangan simpodial.
4.2.4.
Batang
Jati (Tectona grandis) Muda
Batang
jati muda memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut: bentuk batang bersegi
empat, permukaan batang memiliki bulu-bulu halus, warna kulit batang hijau,
kulit batang basah, batang terdiri dari ruas-ruas dan buku-buku, terdapat bekas
tempat melekatnya tangkai daun pada bagian buku, arah tumbuh tegak lurus (erectus) dan bentuk percabangan simpodial dengan bentuk pertunasan aksilar.
Jadi,
perbedaan yang terdapat antara batang jati dan batang tebu adalah: batang jati
termasuk batang berkambium sehingga kokoh dan umur hidupnya cukup lama,
sedangkan batang tebu termasuk batang yang tidak berkambium sehingga tidak
terlalu kokoh dan umur hidupnya relatif singkat yakni hanya 3 bulan.
Batang
tebu memiliki pola percabangan monopodial sedangkan batang jati memiliki pola
percabangan simpodial. Cara menentukan pola percabangan pada batang adalah dengan
melihat posisi batang pokok terhadap cabang-cabangnya (Rosanti, 2013).
BAB
V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Batang
merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting bagi tumbuhan yang berada di
atas permukaan tanah. Batang tumbuh dari batang lembaga yang tumbuh dari dalam
biji. Selanjutnya pertumbuhan berasal dari titik tumbuh berupa meristem apikal yang terdapat dalam batang.
Untuk
batang tebu, dari ciri-cirinya yang telah diamati dapat diketahui bahwa tebu
merupakan jenis batang yang jelas dan mendong, sedangkan untuk batang jati
diketahui bahwa jati memiliki jenis batang berkayu. Untuk perbedaan antara
batang tebu tua dan muda pun hanya ditemukan pada warnanya, sedangkan pada
batang jati muda dan tua perbedaannya terletak pada bentuk serta warna.
5.2. Saran
Untuk bahan
praktikum yang digunakan haruslah sesuai dengan apa yang di prosedurkan, jika
yang diminta batang yang masih muda seharusnya memang yang sangat muda, bukan
yang sudah mulai tua.
DAFTAR PUSTAKA
Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi
Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi
Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1983. Botani Umum I. Bandung: Penerbit
Angkasa.
Idarianawaty. 2011. Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan. Website: http://idarianawaty
.files.wordpress.com/2011/07/struktur-fungsi-organ-tumbuhan-pdf.pdf.
Diakses pada hari Kamis, tanggal 2 Januari 2014 pada pukul 10.26 WIB.
Kusdianti, R. 2013. Handout Mortum. Website: http://file.upi.edu/Direktori/
FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196402261989032-R._KUSDIANTI/Handout_mortum_1.pdf.
Diakses pada hari Kamis, tanggal 2 Januari 2014 pada pukul 10.30 WIB.
No comments:
Post a Comment