Beranda

Tuesday, November 24, 2015

Morfologi Tumbuhan - Bagian-bagian Daun (Folium)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang tak kalah pentingnya dengan akar. Setiap tumbuhan pada umumnya memiliki daun. Daun dikenal dengan nama ilmiah folium. Secara umum, daun memiliki struktur berupa helaian, berbentuk bulat atau lonjong dan berwarna hijau (Rosanti, 2013).
Daun sesungguhnya adalah cabang atau ranting yang mengalami modifikasi. Pada tumbuhan tingkat tinggi daun merupakan tempat penting untuk fotosinteis. Daun merupakan salah satu organ pokok pada tumbuhan (Idarianawaty, 2011).
Daun memilki fungsi antara lain sebagai resorpsi. Dalam hal ini helaian daun bertugas menyerap zat-zat makanan dan gas. Daun juga berfungsi mengolah makanan melalui fotosintesis. Selain itu daun juga berfungsi sebagai alat transportasi atau pengangkutan zat makanan hasil fotosintesis ke seluruh tubuh tumbuhan. Dan yang tak kalah penting daun berfungsi sebagai alat transpirasi (penguapan air) dan respirasi (pernapasan dan pertukaran gas) (Rosanti, 2013).
 Dengan kemampuan membedakan setiap komponen penyusun struktur daun, dapat dijadikan sebagai dasar ilmu taksonomi, dengan cara mengelompokkan tumbuhan berdasarkan karakteristiknya tersebut. Dengan mengenal stuktur daun, dapat ditelaah komponen-komponen setiap struktur secara lebih terperinci, mulai dari bangunnya, ujung, pangkal, tepi, daging, sistem pertulangan, warna, dan permukaannya, dan dapat membedakan struktur daun antara satu jenis tumbuhan dengan tumbuhan lainnya yang ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari (Rosanti, 2013).

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah agar praktikan dapat mengenal dan membedakan bagian-bagian daun dengan bagian-bagian tumbuhannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Daun
Daun sebenarnya adalah batang yang telah mengalami modifikasi yang kemudian berbentuk pipih dan juga terdiri dari sel-sel dan jaringan seperti yang terdapat pada batang. Perbedaannya, batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas, sedangkan daun mempunyai pertumbuhan terbatas, yang segera berhenti tumbuh, berfungsi untuk beberapa musim lalu gugur (Tjitrosomo, 1983).
Daun umumnya berbentuk pipih melebar dan berwarna hijau, tetapi beberapa daun ada yang berbentuk jarum seperti pada pinus dan berbentuk sisik atau duri seperti pada kaktus (Idarianawaty, 2011).
Organ pembuat  makanan ini berbentuk pipih lebar, agar dapat melaksanakan tugas utamanya, yaitu fotosintesis, seefektif-efektifnya. Bagian daun yang menempel pada batang disebut pangkal daun. Daun dapat mempunyai tangkai daun (petiolus) atau tidak. Daun tanpa tangkai ini disebut daun duduk (sessilis). Bagian yang pipih lebar disebut helaian daun (lamina). Pada tanaman monokotil pangkal daun pipih lebar dan membungkus batangnya. Bagian ini disebut pelepah daun. Contohnya terdapat pada pisang, rumput, tebu. Pada tumbuhan dikotil pangkal daun sering membengkak dan diapit oleh dua helai daun kecil yang biasanya lekas tanggal sehingga hanya tinggal bekasnya pada batang. Daun kecil ini disebut daun penumpu (stipula). Pada ercis daun penumpu lebar dan membantu dalam fotosintesis (Tjitrosomo, 1983).
Bentuk daun pada dasarnya dinyatakan berdasarkan bentuk dari helaiannya tanpa dipengaruhi oleh ada tidaknya torehan pada tepi daun. Istilah untuk menyatakan bentuk daun tersebut biasanya dugunakan kata-kata yang umum untuk menyatakan bentuk suatu benda. Selain bentuk helaian daun, apeks dan pangkal daun juga memperlihatkan bentuk yang beraneka ragam (Kusdianti, 2013).
Helaian daun ditopang oleh rangka daun yang disusun oleh tulang daun. Tulang daun mengandung jaringan pembuluh (xilem dan floem) yang menyalurkan air ke daun dan hasil-hasil fotosintesis dari daun. Sistem pertulangan daun ada tiga tipe: pertulangan sejajar pada tumbuhan monokotil, pertulangan bersisip pada tumbuhan dikotil, dan pertulangan dikotom pada paku-pakuan (Tjitrosomo, 1983).
Berdasarkan susunan daunnya, daun dibedakan menjadi daun tunggal dan daun majemuk. Daun tunggal adalah daun yang memiliki satu daun pada setiap tangkainya, sedangkan daun majemuk adalah daun yang memiliki beberapa (lebih dari satu) daun pada satu tangkainya (Idarianawaty, 2011).
Oleh karena setiap anak daun dari daun majemuk memiliki karakteristik yang sama denagn daun tunggal, kadang-kadang sulit dibedakan antara daun tunggal dengan anak daun dari daun majemuk, khususnya bila anak daun tersebut berukuran besar. Di bawah ini adalah dua hal yang dapat dijadikan dasar perbedaan antara daun tunggal dengan anak daun dari daun majemuk, yaitu: (Kusdianti, 2013)
1.      Pada ketiak daun tunggal terdapat tunas aksilar, sedangkan pada ketiak anak daun dari daun majemuk tidak ada tunas aksilar.
2.      Daun tunggal menempati bidang tiga dimensi pada batang atau dahan, sedangkan anak daun dari daun majemuk menempati satu bidang.

2.2. Daun Tunggal
2.2.1. Pangkal Daun (Basis Folii)
Pangkal daun merupakan bagian helaian daun yang berhubungan langsung dengan tangkai daun. Pangkal yang terdapat di kiri-kanan tangkai daun, baik berlekatan atau tidak, dapat dibedakan menjadi sedikitnya enam macam yaitu: (Rosanti, 2013)
a.         Runcing (acutus), biasanya terdapat pada bangun memanjang, lanset dan belah ketupat.
b.        Meruncing (acuminatus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur.
c.         Tumpul (obtusus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur.
d.        Membulat (rotundatus), terdapat pada bangun bulat telur dan jorong.
e.         Rompang/rata (truncatus), terdapat pada bangun segitiga, delta dan tombak.
f.         Berlekuk (emarginatus), terdapat pada bangun jantung, ginjal dan anak panah.

2.2.2. Ujung Daun (Apex Folii)
Ujung daun merupakan puncak daun, dimana letaknya paling jauh dari tangkai daun. Ujung daun memiliki bentuk yang beraneka ragam, antara lain: (Rosanti, 2013).
a.         Runcing (acutus). Ujung daun mengecil dan menyempit di kiri dan kanan secara bertahap dan membentuk sudut kurang dari 90 .
b.        Meruncing (acuminatus). Hampir mirip dengan ujung runcing, namun titik pertemuan tidak menyempit secara bertahap, tetapi memilki jarak yang cukup tinggi pada akhir bagian ujung tersebut.
c.         Tumpul (obtusus). Bila tulang daun yang berjarak jauh tiba-tiba menyempit lalu membentuk sudut lebih besar dari 90 , maka ujung daun tersebut dikatakan tumpul.
d.        Membulat (rotundatus). Ujung daun tidak membentuk sudut sama sekali.
e.         Rompang (truncatus) ujung daun seperti garis.
f.         Terbelah (retusus). Ujung daun memperlihatkan suatu lekukan.
g.        Berduri (mucronatus), ujung daun ditutup oleh duri.

2.2.3. Tepi Daun (Margo Folii)
Tepi daun hanya dibedakan dalam dua macam yaitu tepi yang rata (integer) dan yang tidak rata. Tepi daun yang tidak rata disebut juga tepi daun yang bertoreh (divisus) atau berlekuk (Rosanti, 2013).

2.2.4.  Daging Daun (Intervenium)
Daging daun berbeda-beda, ada yang berdaging tebal dan ada yang berdaging tipis. Karena itulah daging daun dapat dibedakan menjadi: (Rosanti, 2013).
a.         Tipis seperti selaput (membranaceus). Daging daun jenis ini mudah sekali robek, karena berbentuk seperti sayap capung.
b.        Tipis seperti kertas (papyraceus). Meskipun berdaging tipis, strukturnya tegar dengan helaian daun yang tidak mudah robek. Bila diremas, helaian daun akan kembali ke bentuk semula.
c.         Tipis lunak (herbaceous). Daun yang memiliki daging tipis lunak biasanya helaian daun banyak mengandung air.
d.        Kaku (perkamenteus). Daging daun yang kaku. Meskipun kaku, daging daun hampir sama tipis dengan daun berdaging seperti kertas.
e.         Seperti kulit (coriaceus). Daging daun seperti kulit cukup tebal, kaku dan keras tapi tidak berair.
f.         Berdaging (carnosus). Struktur daging daun ini sangat tebal dan mengandung air.

2.2.5. Pertulangan Daun (Nervatio)
Berdasarkan posisi tulang-tulang cabang terhadap ibu tulang daunnya, sistem pertulangan daun dibedakan menjadi: (Rosanti, 2013)
a.         Bertulang menyirip (penninervis). Pada sistem tulang daun menyirip, posisi tulang-tulang cabang tersusun di sebelah kanan dan kiri ibu tulang daun.
b.        Bertulang menjari (palminervis). Pada sistem pertulangan ini, tulang-tulang cabang berpencar pada satu titik di pangkal ibu tulang daun.
c.         Bertulang melengkung (cervinervis). Letak tulang cabang perpaduan antara tulang daun menyirip dan menjari, yaitu terletak di kiri kanan ibu tulang daun, hampir terpencar dari satu titik di pangkal daun, namun tulang cabang tumbuh mengikuti arah tumbuh tepi daun menuju satu titik di ujung daun.
d.        Bertulang lurus/sejajar (rectinervis). Posisi tulang cabang terletak di kiri-kanan ibu tulang daun. Arah tumbuh tulang cabang sejajar dengan arah tumbuh ibu tulang daun.
Daun bertulang menyirip dan menjari umumnya terdapat pada tumbuhan dikotil, sedangkan daun bertulang melengkung dan sejajar umumnya ditemukan pada tumbuhan monokotil (Idarianawaty, 2011).

2.2.6. Permukaan Daun
Permukaan daun dapat ditentukan dengan alat peraba (tangan). Ada beberapa jenis permukaan daun, yaitu: (Rosanti, 2013)
a.         Licin (laevis), dimana permukaan daun terlihat mengkilat atau berlapis lilin.
b.        Gundul (glaber), bila tidak ditemukan stuktur apapun pada permukaan daun.
c.         Berkerut (rugosus), terdapat kerutan pada permukaan daun.
d.        Berbulu (pilosus), terdapat struktur bulu pada permukaan daun.
e.         Bersisik (lepidus), terdapat struktur sisik mengkilat  di permukaan daun.

2.2.7. Warna Daun
Walaupun umum telah maklum, bahwa daun itu biasanya berwarna hijau, tetapi tak jarang pula kita jumpai daun yang warnanya tidak hijau, lagipula warna hijau pun dapat memperlihatkan banyak variasi atau nuansa. Sebagai contoh antara lain: (Tjitrosoepomo, 2011).
a.       Merah, misalnya daun bunga buntut bajing (Acalypha wilkesiana).
b.      Hijau bercampur atau tertutup warna merah, misalnya bermacam-macam daun puring (Codiaeum variegatum).
c.       Hijau tua, misalnya daun nyamplung (Colophyllum inophyllum).
d.      Hijau kekuningan, misalnya daun tanaman guni (Corchorus cap-sularis).

2.3. Daun Majemuk
Pada suatu daun majemuk dapat kita bedakan bagian-bagian berikut: (Tjitrosoepomo, 2011)
a.       Ibu tangkai daun (petiolus communis), yaitu bagian daun majemuk yang menjadi tempat duduknya helaian-helaian daunnya, yang disini dinamakan masing-masing anak daun.
b.      Tangkai anak daun (petiololus), yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang mendukung anak daun.
c.       Anak daun (foliolum), bagian ini sesungguhnya adalah bagian-bagian helaian daun yang karena dalam dan besarnya toreh menjadi terpisah-pisah.
d.      Upih daun (vagina), yaitu bagian di bawah ibu tangkai yang lebar dan biasanya memeluk batang, seperti dapat kita lihat pada daun pinang (Areca catechu).
Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun majemuk dapat di bedakan dalam dua golongan, yaitu: (Tjitrosoepomo, 2011)
1.      Daun majemuk menyirip (pinnatus), jika anak daun tersusun seperti sirip pada kanan kiri ibu tangkainya.
2.      Daun majemuk menjari (palmatus).
3.      Daun majemuk bangun kaki (pedatus).
4.      Daun majemuk campuran (digitato pinnatus).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1.Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 19 November 2013, mulai pukul 15.00-16.40 WIB. Praktikum ini bertempat di laboratorium Biologi Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang.

3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan yaitu mikroskop binokuler, lup, pensil warna, mistar, dan kertas A4.
3.2.2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu daun jambu, daun jagung, daun cemara kipas, daun bawang, daun kelapa, daun talas pelangi, daun tomat, daun bunga sepatu, daun telor kodok, dan daun eforbia.

3.3. Cara Kerja
1.         Mengamati daun jambu, daun jagung, daun cemara kipas, daun bawang, daun kelapa, daun talas pelangi, daun Solanum lycopersicum (tomat), daun Hibiscus rosa-sinensis (bunga sepatu), daun telor kodok, dan daun eforbia.
2.         Menggambar daun tersebut dan menunjukkan bagian vagina, petiolus, dan laminanya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Perbandingan Panjang dan Lebar setiap daun:
a.         Rosa sinensis                         8:3,5 cm
b.         Daun bambu                          36:6 cm
c.         Daun Talas                            16:10 cm
d.        Daun Cemara Kipas              7:4,5 cm
e.         Daun Bawang                       59:2 cm
f.          Daun Terong                         12:10,5 cm
g.         Daun Eforbia                        9,5:3 cm
h.         Daun Kelapa                         110:3,5 cm
i.           Daun Jagung                         45:5 cm
Gambar Pengamatan
Keterangan
1.       Daun Talas Pelangi



2.      Daun Cemara Kipas

3.      Daun Bambu

4.      Daun Bawang

5.      Daun Rosa sinensis

6.      Daun Kelapa

7.      Daun Terong

8.      Daun Jagung

9.      Daun Eforbia



4.2. Pembahasan
4.2.1.      Daun Talas Pelangi
Daun talas pelangi merupakan daun lengkap, karena memiliki pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). memiliki bangun daun perisai, pangkal daunnya (apeks) meruncing. Kemudian daging daunnya terasa tipis lunak dan basis-nya berlekuk. Pada daun ini memiliki tepi daun yang rata, pertulangan daunnya menjari, permukaan daun licin berwarna hijau, memiliki bercak putih dan ibu tulang daun berwarna merah/merah muda. Dan yang terakhir adalah jumlah daun merupakan daun tunggal.
4.2.2.      Daun Cemara Kipas
Pada daun ini merupakan daun tidak lengkap atau sering disebut dengan daun bertangkai, karena hanya memiliki helaian daun (lamina) dan tangkai daun (petiolus) saja. Daunnya bersisik. Ujung dari daun ini adalah rompang, daging daunnya seperti kulit, terasa kasar. Tepi daunnya bertoreh dan daunnya berwarna hijau muda. Dan yang terakhir yaitu jumlah daun merupakan daun majemuk, karena terdiri dari lebih dari satu daun.
4.2.3.      Daun Bambu
Daun bambu merupakan daun lengkap yang mempunyai pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Daunnya berbentuk lanset, ujung daunnya (apeks) runcing, basis-nya membulat. Daging daun seperti perkamen, memiliki tepi daun yang rata. Pertulangan daunnya sejajar dan permukaan atas berbulu kasar dan bawah daun terasa kasap seperti kertas, sedangkan warna daun untuk permukaan atasnya hijau lebih tua dibandingkan dengan permukaan bawahnya yang berwarna hijau muda. Yang terakhir yaitu jumlah daunnya merupakan daun tunggal.
4.2.4.      Daun Bawang
 Daun bawang merupakan daun yang tidak lengkap, karena  hanya memiliki pelepah daun dan helaian daun saja atau termasuk juga daun berupih. Memiliki bangun daun yang lanset. Daun bawang memiliki ujung daun yang runcing, daging daunnya tipis lunak,  pertulangan daunnya sejajar, daun berwarna hijau pada pelepahnya daun berwarna putih dan helaiannya berwarna hijau muda hingga hijau tua, permukaan daun licin dan termasuk daun tunggal.
4.2.5.      Daun Bunga Sepatu
Daun Rosa sinensis adalah daun yang tidak lengkap, hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina) saja atau di sebut juga daun bertangkai. Daun Rosa sinensis memiliki ujung daun yang meruncing, daging daun nya seperti kertas, pertulangan pada daun  nya menyirip, tepi daun nya bertoreh, warna daun hijau, permukaan daun licin dan termasuk daun tunggal.
4.2.6.      Daun Kelapa
Daun kelapa adalah daun yang lengkap, karena memiliki pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Bangun daunnya lanset, daun kelapa memiliki ujung daun yang runcing, daging daunnya perkamen, pertulangan pada daun sejajar, tepi daunnya rata,berwana hijau, permukaan daun halus dan berwarna hijau, termasuk daun majemuk.
4.2.7.      Daun Terong
Daun ini termasuk daun tidak lengkap atau daun bertangkai dan bangun daun termasuk jorong, apeks-nya meruncing dan basis-nya membulat. Daging daun nya seperti kertas dan memiliki ibu tulang daun. Pada setiap tepi daun bertoreh ganjil (romboid). Pertulangan dari daun ini yaitu menyirip, permukaannya berbulu dan permukaan atas berwarna hijau. Jumlah daun nya merupakan daun tunggal.
4.2.8.      Daun Jagung
Daun ini merupakan daun tidak lengkap karena hanya memiliki pelepah daun (vagina) dan helaian daun (lamina) saja. Daun ini memiliki bangun pita, tulang daunnya sejajar. Apeks-nya runcing dan daging daunnya seperti kertas, tepi daunnya rata, permukaan daun kasar, berwarna hijau dan jumlah daun merupakan daun tunggal.
4.2.9.      Daun Eforbia
Daun eforbia termasuk daun tidak lengkap atau daun bertangkai, karena memiliki  tangkai daun (petiolus)  dan helaian daun (lamina). Bangun daun memanjang,basisnya tumpul, apeksnya runcing. Daging dari daun ini seperti kulit dan tepi daun nya rata . Pertulangan daun menyirip, daun nya berwarna hijau permukaan daun halus dan termasuk daun tunggal.
Pada setiap daun yang telah diamati, ada yang memiliki bentuk apeks yang sama ada juga yang berbeda. Seperti pada daun bambu, daun kelapa, daun jagung, daun talas pelangi, dan daun terong,  memiliki bentuk apeks yang runcing, bunga daun sepatu berbentuk meruncing, daun cemara dan daun bawang berbentuk tumpul. Ada tiga macam bentuk apeks dari berbagai macam daun yang telah diamati. Selain itu, ada bentuk lain dari apeks seperti membulat, rompang, terbelah, dan berbulu.
Dari praktikum ini kita dapat mengetahui dan bisa mengelompokkan daun mana saja yang termasuk daun lengkap dan daun yang tidak lengkap. Daun yang termasuk daun lengkap yaitu daun talas pelangi, daun bambu, dan daun kelapa. Daun yang termasuk daun berpelepah yaitu daun bawang, dan daun jagung. Daun yang termasuk daun bertangkai yaitu daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), daun cemara kipas, daun terong, serta daun eforbia.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui daun mana saja yang termasuk daun lengkap dan daun yang tidak lengkap. Daun yang termasuk daun lengkap yaitu daun talas pelangi, daun bambu, dan daun kelapa. Daun yang termasuk daun berpelepah yaitu daun bawang, dan daun jagung. Daun yang termasuk daun bertangkai yaitu daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), daun cemara kipas, daun terong, serta daun eforbia.

5.2. Saran
Disarankan kepada selruh praktikan agar membawa seluruh bahan yang digunakan sebagai bahan praktikum dengan lengkap agar praktikum tidak terhambat karena kurangnya bahan yang ingin diamati.

DAFTAR PUSTAKA

Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.

Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1983. Botani Umum I. Bandung: Penerbit Angkasa. 

Idarianawaty. 2011. Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan. Website: http://idarianawaty.files.wordpress.com/2011/07/struktur-fungsi-organ-tumbuhan-pdf.pdf. Diakses pada hari Kamis, tanggal 2 Januari 2014 pada pukul 10.26 WIB.

Kusdianti, R. 2013. Handout Mortum. Website: http://file.upi.edu/Direktori/ FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196402261989032/R.KUSDIANTI/Handout_mortum_1.pdf. Diakses pada hari Kamis, tanggal 2 Januari 2014 pada pukul 10.30 WIB.





1 comment: