BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Daun merupakan
struktur pokok tumbuhan yang tak kalah pentingnya dengan akar. Setiap tumbuhan
pada umumnya memiliki daun. Daun dikenal dengan nama ilmiah folium. Secara umum, daun memiliki
struktur berupa helaian, berbentuk bulat atau lonjong dan berwarna hijau
(Rosanti, 2013).
Daun
sesungguhnya adalah cabang atau ranting yang mengalami modifikasi. Pada
tumbuhan tingkat tinggi daun merupakan tempat penting untuk fotosinteis. Daun merupakan salah satu
organ pokok pada tumbuhan (Idarianawaty, 2011).
Daun memilki
fungsi antara lain sebagai resorpsi.
Dalam hal ini helaian daun bertugas menyerap zat-zat makanan dan gas. Daun juga
berfungsi mengolah makanan melalui fotosintesis.
Selain itu daun juga berfungsi sebagai alat transportasi atau pengangkutan zat
makanan hasil fotosintesis ke seluruh
tubuh tumbuhan. Dan yang tak kalah penting daun berfungsi sebagai alat transpirasi (penguapan air) dan respirasi (pernapasan dan pertukaran gas)
(Rosanti, 2013).
Dengan kemampuan membedakan setiap komponen
penyusun struktur daun, dapat dijadikan sebagai dasar ilmu taksonomi, dengan
cara mengelompokkan tumbuhan berdasarkan karakteristiknya tersebut. Dengan
mengenal stuktur daun, dapat ditelaah komponen-komponen setiap struktur secara
lebih terperinci, mulai dari bangunnya, ujung, pangkal, tepi, daging, sistem
pertulangan, warna, dan permukaannya, dan dapat membedakan struktur daun antara
satu jenis tumbuhan dengan tumbuhan lainnya yang ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari
(Rosanti, 2013).
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari
praktikum kali ini adalah agar praktikan dapat mengenal dan membedakan
bagian-bagian daun dengan bagian-bagian tumbuhannya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pengertian
Daun
Daun sebenarnya
adalah batang yang telah mengalami modifikasi yang kemudian berbentuk pipih dan
juga terdiri dari sel-sel dan jaringan seperti yang terdapat pada batang.
Perbedaannya, batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas, sedangkan daun
mempunyai pertumbuhan terbatas, yang segera berhenti tumbuh, berfungsi untuk
beberapa musim lalu gugur (Tjitrosomo, 1983).
Daun umumnya
berbentuk pipih melebar dan berwarna hijau, tetapi beberapa daun ada yang
berbentuk jarum seperti pada pinus dan berbentuk sisik atau duri seperti pada
kaktus (Idarianawaty, 2011).
Organ
pembuat makanan ini berbentuk pipih
lebar, agar dapat melaksanakan tugas utamanya, yaitu fotosintesis, seefektif-efektifnya. Bagian daun yang menempel pada
batang disebut pangkal daun. Daun dapat mempunyai tangkai daun (petiolus) atau tidak. Daun tanpa tangkai
ini disebut daun duduk (sessilis).
Bagian yang pipih lebar disebut helaian daun (lamina). Pada tanaman monokotil
pangkal daun pipih lebar dan membungkus batangnya. Bagian ini disebut
pelepah daun. Contohnya terdapat pada pisang, rumput, tebu. Pada tumbuhan dikotil pangkal daun sering membengkak
dan diapit oleh dua helai daun kecil yang biasanya lekas tanggal sehingga hanya
tinggal bekasnya pada batang. Daun kecil ini disebut daun penumpu (stipula). Pada ercis daun penumpu lebar
dan membantu dalam fotosintesis
(Tjitrosomo, 1983).
Bentuk daun pada
dasarnya dinyatakan berdasarkan bentuk dari helaiannya tanpa dipengaruhi oleh
ada tidaknya torehan pada tepi daun. Istilah untuk menyatakan bentuk daun
tersebut biasanya dugunakan kata-kata yang umum untuk menyatakan bentuk suatu
benda. Selain bentuk helaian daun, apeks
dan pangkal daun juga memperlihatkan bentuk yang beraneka ragam (Kusdianti,
2013).
Helaian daun
ditopang oleh rangka daun yang disusun oleh tulang daun. Tulang daun mengandung
jaringan pembuluh (xilem dan floem) yang menyalurkan air ke daun dan
hasil-hasil fotosintesis dari daun.
Sistem pertulangan daun ada tiga tipe: pertulangan sejajar pada tumbuhan monokotil, pertulangan bersisip pada
tumbuhan dikotil, dan pertulangan dikotom pada paku-pakuan (Tjitrosomo,
1983).
Berdasarkan
susunan daunnya, daun dibedakan menjadi daun tunggal dan daun majemuk. Daun
tunggal adalah daun yang memiliki satu daun pada setiap tangkainya, sedangkan
daun majemuk adalah daun yang memiliki beberapa (lebih dari satu) daun pada
satu tangkainya (Idarianawaty, 2011).
Oleh karena
setiap anak daun dari daun majemuk memiliki karakteristik yang sama denagn daun
tunggal, kadang-kadang sulit dibedakan antara daun tunggal dengan anak daun
dari daun majemuk, khususnya bila anak daun tersebut berukuran besar. Di bawah
ini adalah dua hal yang dapat dijadikan dasar perbedaan antara daun tunggal
dengan anak daun dari daun majemuk, yaitu: (Kusdianti, 2013)
1. Pada
ketiak daun tunggal terdapat tunas aksilar,
sedangkan pada ketiak anak daun dari daun majemuk tidak ada tunas aksilar.
2. Daun
tunggal menempati bidang tiga dimensi pada batang atau dahan, sedangkan anak
daun dari daun majemuk menempati satu bidang.
2.2. Daun
Tunggal
2.2.1. Pangkal Daun (Basis Folii)
Pangkal daun merupakan bagian helaian
daun yang berhubungan langsung dengan tangkai daun. Pangkal yang terdapat di
kiri-kanan tangkai daun, baik berlekatan atau tidak, dapat dibedakan menjadi
sedikitnya enam macam yaitu: (Rosanti, 2013)
a.
Runcing (acutus), biasanya terdapat pada bangun
memanjang, lanset dan belah ketupat.
b.
Meruncing (acuminatus), biasanya terdapat pada
bangun bulat telur.
c.
Tumpul (obtusus), biasanya terdapat pada bangun
bulat telur.
d.
Membulat (rotundatus), terdapat pada bangun bulat
telur dan jorong.
e.
Rompang/rata (truncatus), terdapat pada bangun segitiga,
delta dan tombak.
f.
Berlekuk (emarginatus), terdapat pada bangun
jantung, ginjal dan anak panah.
2.2.2. Ujung Daun (Apex Folii)
Ujung daun merupakan puncak daun, dimana
letaknya paling jauh dari tangkai daun. Ujung daun memiliki bentuk yang
beraneka ragam, antara lain: (Rosanti, 2013).
a.
Runcing (acutus). Ujung daun mengecil dan
menyempit di kiri dan kanan secara bertahap dan membentuk sudut kurang dari 90
.
b.
Meruncing (acuminatus). Hampir mirip dengan ujung
runcing, namun titik pertemuan tidak menyempit secara bertahap, tetapi memilki
jarak yang cukup tinggi pada akhir bagian ujung tersebut.
c.
Tumpul (obtusus). Bila tulang daun yang berjarak
jauh tiba-tiba menyempit lalu membentuk sudut lebih besar dari 90
, maka ujung daun tersebut dikatakan
tumpul.
d.
Membulat (rotundatus). Ujung daun tidak membentuk
sudut sama sekali.
e.
Rompang (truncatus) ujung daun seperti garis.
f.
Terbelah (retusus). Ujung daun memperlihatkan
suatu lekukan.
g.
Berduri (mucronatus), ujung daun ditutup oleh
duri.
2.2.3. Tepi Daun (Margo Folii)
Tepi daun hanya dibedakan dalam dua
macam yaitu tepi yang rata (integer)
dan yang tidak rata. Tepi daun yang tidak rata disebut juga tepi daun yang
bertoreh (divisus) atau berlekuk
(Rosanti, 2013).
2.2.4. Daging
Daun (Intervenium)
Daging daun berbeda-beda, ada yang
berdaging tebal dan ada yang berdaging tipis. Karena itulah daging daun dapat
dibedakan menjadi: (Rosanti, 2013).
a.
Tipis seperti selaput (membranaceus). Daging daun jenis ini
mudah sekali robek, karena berbentuk seperti sayap capung.
b.
Tipis seperti kertas (papyraceus). Meskipun berdaging tipis,
strukturnya tegar dengan helaian daun yang tidak mudah robek. Bila diremas,
helaian daun akan kembali ke bentuk semula.
c.
Tipis lunak (herbaceous). Daun yang memiliki daging
tipis lunak biasanya helaian daun banyak mengandung air.
d.
Kaku (perkamenteus). Daging daun yang kaku.
Meskipun kaku, daging daun hampir sama tipis dengan daun berdaging seperti
kertas.
e.
Seperti kulit (coriaceus). Daging daun seperti kulit cukup
tebal, kaku dan keras tapi tidak berair.
f.
Berdaging (carnosus). Struktur daging daun ini
sangat tebal dan mengandung air.
2.2.5. Pertulangan Daun
(Nervatio)
Berdasarkan posisi tulang-tulang cabang
terhadap ibu tulang daunnya, sistem pertulangan daun dibedakan menjadi:
(Rosanti, 2013)
a.
Bertulang menyirip (penninervis). Pada sistem tulang daun
menyirip, posisi tulang-tulang cabang tersusun di sebelah kanan dan kiri ibu
tulang daun.
b.
Bertulang menjari (palminervis). Pada sistem pertulangan
ini, tulang-tulang cabang berpencar pada satu titik di pangkal ibu tulang daun.
c.
Bertulang melengkung (cervinervis). Letak tulang cabang
perpaduan antara tulang daun menyirip dan menjari, yaitu terletak di kiri kanan
ibu tulang daun, hampir terpencar dari satu titik di pangkal daun, namun tulang
cabang tumbuh mengikuti arah tumbuh tepi daun menuju satu titik di ujung daun.
d.
Bertulang lurus/sejajar
(rectinervis). Posisi tulang cabang
terletak di kiri-kanan ibu tulang daun. Arah tumbuh tulang cabang sejajar
dengan arah tumbuh ibu tulang daun.
Daun
bertulang menyirip dan menjari umumnya terdapat pada tumbuhan dikotil,
sedangkan daun bertulang melengkung dan sejajar umumnya ditemukan pada tumbuhan
monokotil (Idarianawaty, 2011).
2.2.6. Permukaan Daun
Permukaan daun dapat ditentukan dengan
alat peraba (tangan). Ada beberapa jenis permukaan daun, yaitu: (Rosanti, 2013)
a.
Licin (laevis), dimana permukaan daun terlihat
mengkilat atau berlapis lilin.
b.
Gundul (glaber), bila tidak ditemukan stuktur
apapun pada permukaan daun.
c.
Berkerut (rugosus), terdapat kerutan pada
permukaan daun.
d.
Berbulu (pilosus), terdapat struktur bulu pada
permukaan daun.
e.
Bersisik (lepidus), terdapat struktur sisik
mengkilat di permukaan daun.
2.2.7. Warna Daun
Walaupun umum telah maklum, bahwa daun
itu biasanya berwarna hijau, tetapi tak jarang pula kita jumpai daun yang
warnanya tidak hijau, lagipula warna hijau pun dapat memperlihatkan banyak
variasi atau nuansa. Sebagai contoh antara lain: (Tjitrosoepomo, 2011).
a. Merah,
misalnya daun bunga buntut bajing (Acalypha
wilkesiana).
b. Hijau
bercampur atau tertutup warna merah, misalnya bermacam-macam daun puring (Codiaeum variegatum).
c. Hijau
tua, misalnya daun nyamplung (Colophyllum
inophyllum).
d. Hijau
kekuningan, misalnya daun tanaman guni (Corchorus
cap-sularis).
2.3. Daun
Majemuk
Pada suatu daun
majemuk dapat kita bedakan bagian-bagian berikut: (Tjitrosoepomo, 2011)
a. Ibu
tangkai daun (petiolus communis),
yaitu bagian daun majemuk yang menjadi tempat duduknya helaian-helaian daunnya,
yang disini dinamakan masing-masing anak daun.
b. Tangkai
anak daun (petiololus), yaitu
cabang-cabang ibu tangkai yang mendukung anak daun.
c. Anak
daun (foliolum), bagian ini sesungguhnya
adalah bagian-bagian helaian daun yang karena dalam dan besarnya toreh menjadi
terpisah-pisah.
d. Upih
daun (vagina), yaitu bagian di bawah
ibu tangkai yang lebar dan biasanya memeluk batang, seperti dapat kita lihat
pada daun pinang (Areca catechu).
Menurut
susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun majemuk dapat di bedakan dalam dua
golongan, yaitu: (Tjitrosoepomo, 2011)
1. Daun
majemuk menyirip (pinnatus), jika
anak daun tersusun seperti sirip pada kanan kiri ibu tangkainya.
2. Daun
majemuk menjari (palmatus).
3. Daun
majemuk bangun kaki (pedatus).
4. Daun
majemuk campuran (digitato pinnatus).
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1.Waktu
dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 19 November 2013, mulai pukul
15.00-16.40 WIB. Praktikum ini bertempat di laboratorium Biologi Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan yaitu
mikroskop binokuler, lup, pensil warna,
mistar, dan kertas A4.
3.2.2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu
daun jambu, daun jagung, daun cemara kipas, daun bawang, daun kelapa, daun
talas pelangi, daun tomat, daun bunga sepatu, daun telor kodok, dan daun
eforbia.
3.3.
Cara Kerja
1.
Mengamati daun jambu,
daun jagung, daun cemara kipas, daun bawang, daun kelapa, daun talas pelangi,
daun Solanum lycopersicum (tomat),
daun Hibiscus rosa-sinensis (bunga
sepatu), daun telor kodok, dan daun eforbia.
2.
Menggambar daun
tersebut dan menunjukkan bagian vagina,
petiolus, dan laminanya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Perbandingan
Panjang dan Lebar setiap daun:
a.
Rosa sinensis 8:3,5 cm
b.
Daun bambu 36:6 cm
c.
Daun Talas 16:10
cm
d.
Daun Cemara Kipas 7:4,5
cm
e.
Daun Bawang 59:2 cm
f.
Daun Terong 12:10,5 cm
g.
Daun Eforbia 9,5:3 cm
h.
Daun Kelapa 110:3,5 cm
i.
Daun Jagung 45:5 cm
Gambar
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
Daun Talas Pelangi
|
|
2.
Daun Cemara Kipas
|
|
3.
Daun Bambu
|
|
4.
Daun Bawang
|
|
5.
Daun Rosa sinensis
|
|
6.
Daun Kelapa
|
|
7.
Daun Terong
|
|
8.
Daun Jagung
|
|
9.
Daun Eforbia
|
4.2. Pembahasan
4.2.1.
Daun Talas Pelangi
Daun talas pelangi merupakan daun
lengkap, karena memiliki pelepah daun (vagina),
tangkai daun (petiolus) dan helaian daun
(lamina). memiliki bangun daun
perisai, pangkal daunnya (apeks)
meruncing. Kemudian daging daunnya terasa tipis lunak dan basis-nya berlekuk. Pada daun ini memiliki tepi daun yang rata,
pertulangan daunnya menjari, permukaan daun licin berwarna hijau, memiliki
bercak putih dan ibu tulang daun berwarna merah/merah muda. Dan yang terakhir
adalah jumlah daun merupakan daun tunggal.
4.2.2.
Daun Cemara Kipas
Pada daun ini merupakan daun tidak
lengkap atau sering disebut dengan daun bertangkai, karena hanya memiliki
helaian daun (lamina) dan tangkai
daun (petiolus) saja. Daunnya
bersisik. Ujung dari daun ini adalah rompang, daging daunnya seperti kulit,
terasa kasar. Tepi daunnya bertoreh dan daunnya berwarna hijau muda. Dan yang
terakhir yaitu jumlah daun merupakan daun majemuk, karena terdiri dari lebih
dari satu daun.
4.2.3.
Daun Bambu
Daun bambu merupakan daun lengkap
yang mempunyai pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus) dan
helaian daun (lamina). Daunnya berbentuk lanset, ujung daunnya (apeks) runcing, basis-nya membulat. Daging daun seperti perkamen, memiliki tepi
daun yang rata. Pertulangan daunnya sejajar dan permukaan atas berbulu kasar
dan bawah daun terasa kasap seperti kertas, sedangkan warna daun untuk
permukaan atasnya hijau lebih tua dibandingkan dengan permukaan bawahnya yang
berwarna hijau muda. Yang terakhir yaitu jumlah daunnya merupakan daun tunggal.
4.2.4.
Daun Bawang
Daun bawang merupakan daun yang tidak lengkap,
karena hanya memiliki pelepah daun dan
helaian daun saja atau termasuk juga daun berupih. Memiliki bangun daun yang
lanset. Daun bawang memiliki ujung daun yang runcing, daging daunnya tipis
lunak, pertulangan daunnya sejajar, daun
berwarna hijau pada pelepahnya daun berwarna putih dan helaiannya berwarna
hijau muda hingga hijau tua, permukaan daun licin dan termasuk daun tunggal.
4.2.5.
Daun Bunga Sepatu
Daun Rosa sinensis adalah daun yang tidak lengkap, hanya memiliki
tangkai daun (petiolus) dan helaian
daun (lamina) saja atau di sebut juga
daun bertangkai. Daun Rosa sinensis
memiliki ujung daun yang meruncing, daging daun nya seperti kertas, pertulangan
pada daun nya menyirip, tepi daun nya
bertoreh, warna daun hijau, permukaan daun licin dan termasuk daun tunggal.
4.2.6.
Daun Kelapa
Daun kelapa adalah daun yang lengkap,
karena memiliki pelepah daun (vagina),
tangkai daun (petiolus) dan helaian
daun (lamina). Bangun daunnya lanset,
daun kelapa memiliki ujung daun yang runcing, daging daunnya perkamen,
pertulangan pada daun sejajar, tepi daunnya rata,berwana hijau, permukaan daun
halus dan berwarna hijau, termasuk daun majemuk.
4.2.7.
Daun Terong
Daun ini termasuk daun tidak lengkap
atau daun bertangkai dan bangun daun termasuk jorong, apeks-nya meruncing dan basis-nya
membulat. Daging daun nya seperti kertas dan memiliki ibu tulang daun. Pada
setiap tepi daun bertoreh ganjil (romboid).
Pertulangan dari daun ini yaitu menyirip, permukaannya berbulu dan permukaan
atas berwarna hijau. Jumlah daun nya merupakan daun tunggal.
4.2.8.
Daun Jagung
Daun ini merupakan daun tidak
lengkap karena hanya memiliki pelepah daun (vagina)
dan helaian daun (lamina) saja. Daun
ini memiliki bangun pita, tulang daunnya sejajar. Apeks-nya runcing dan daging daunnya seperti kertas, tepi daunnya
rata, permukaan daun kasar, berwarna hijau dan jumlah daun merupakan daun
tunggal.
4.2.9.
Daun Eforbia
Daun eforbia termasuk daun tidak
lengkap atau daun bertangkai, karena memiliki
tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Bangun daun memanjang,basisnya
tumpul, apeksnya runcing. Daging dari
daun ini seperti kulit dan tepi daun nya rata . Pertulangan daun menyirip, daun
nya berwarna hijau permukaan daun halus dan termasuk daun tunggal.
Pada setiap daun yang telah diamati, ada yang memiliki
bentuk apeks yang sama ada juga yang berbeda. Seperti pada daun bambu,
daun kelapa, daun jagung, daun talas pelangi, dan daun terong, memiliki bentuk apeks yang runcing,
bunga daun sepatu berbentuk meruncing, daun cemara dan daun bawang berbentuk
tumpul. Ada tiga macam bentuk apeks dari berbagai macam daun yang telah
diamati. Selain itu, ada bentuk lain dari apeks seperti membulat,
rompang, terbelah, dan berbulu.
Dari praktikum
ini kita dapat mengetahui dan bisa mengelompokkan daun mana saja yang termasuk
daun lengkap dan daun yang tidak lengkap. Daun yang termasuk daun lengkap yaitu
daun talas pelangi, daun bambu, dan daun kelapa. Daun yang termasuk daun
berpelepah yaitu daun bawang, dan daun jagung. Daun yang termasuk daun
bertangkai yaitu daun bunga sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis), daun cemara kipas, daun terong, serta daun eforbia.
BAB
V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum dapat diketahui daun mana saja yang termasuk daun lengkap dan
daun yang tidak lengkap. Daun yang termasuk daun lengkap yaitu daun talas
pelangi, daun bambu, dan daun kelapa. Daun yang termasuk daun berpelepah yaitu
daun bawang, dan daun jagung. Daun yang termasuk daun bertangkai yaitu daun
bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis),
daun cemara kipas, daun terong, serta daun eforbia.
5.2. Saran
Disarankan
kepada selruh praktikan agar membawa seluruh bahan yang digunakan sebagai bahan
praktikum dengan lengkap agar praktikum tidak terhambat karena kurangnya bahan
yang ingin diamati.
DAFTAR
PUSTAKA
Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi
Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi
Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1983. Botani Umum I. Bandung: Penerbit
Angkasa.
Idarianawaty. 2011. Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan. Website: http://idarianawaty.files.wordpress.com/2011/07/struktur-fungsi-organ-tumbuhan-pdf.pdf.
Diakses pada hari Kamis, tanggal 2 Januari 2014 pada pukul 10.26 WIB.
Kusdianti, R. 2013. Handout Mortum. Website: http://file.upi.edu/Direktori/ FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196402261989032/R.KUSDIANTI/Handout_mortum_1.pdf. Diakses pada hari Kamis, tanggal 2
Januari 2014 pada pukul 10.30 WIB.
ko ndak bisa di blok yah.....
ReplyDelete