Beranda

Sunday, March 29, 2015

Makalah Ekologi - Komunitas dan Penyusunnya



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama dalam suatu tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan pohon tempat mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas.   Dengan memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapatlah diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi komunitas tersebut. Komunitas dengan populasi ibarat makhluk dengan sistem organnya, tetapi dengan tingkat organisasi yang lebih tinggi sehingga memiliki sifat yang khusus atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh baik sistem organ maupun organisasi hidup lainnya (Resosoedarmo, 1990).
Secara genetik, individu-individu adalah anggota dari populasi setempat dan secara ekologi individu merupakan anggota dari ekosistem. Ekosistem sebagian besar terdiri dari kumpulan tumbuhan dan hewan yang bersama-sama membentuk masyarakat yang disebut komunitas. Suatu komunitas terdiri dari banyak jenis dengan berbagai macam fluktuasi populasi dan interaksi satu dengan lainnya. Ringkasnya komunitas adalah seluruh populasiyang hidup bersama pada suatu daerahdan organisme yang hidup bersama ini sering disebut juga sebagai komunitas biotik (Odum, 1971).
Mempelajari komunitas akan lebih baik apabila kita sudah lebih dulu mengenal karaktermasing-masing komponen penyusunnya. Misalnya apakah tumbuhan termasuk herba, epifit, merambat atau apakah hewan hidup terrestrial atau aquatik, masing-masing memiliki karakter yang spesifik. Hewan aquatik misalnya, kita harus mengenal lebih dulu morfologinya, fisiologi dan sistem reproduksinya, bagaimana kedudukannya dalam rantai makanan, bersifat planktonik, bentik atau perenang aktif, hidup dan mencari makan di daerah permukaan, ditengah atau didasar perairan dan lain sebagainya (Odum, 1971).
Komunitas sebagai suatu organisasi kehidupan tersusun dari beberapa komponen yang masing-masing komponen memiliki dinamikanya masing-masing dan dikenal sebagai struktur komunitas. Sebelum mempelajari hubungan komunitas dengan lingkungannya salah satu kajian untuk mempelajari komunitas adalah mengamati struktur komunitas (Resosoedarmo, 1990).

1.2. Rumusan masalah
a.       Bagaimana komunitas dan penyusunnya?
b.      Apa sajakah struktur komunitas, komposisi jenis, kelimpahan dan distribusinya?
c.       Apa sajakah macam-macam komunitas?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini agar dapat mengetahui pengertian dari komunitas serta penyusunnya, lalu struktur, komposisi jenis, kelimpahan, dan distribusi dari komunitas itu sendiri, dan yang terakhir mengenai macam-macam dari komunitas.

           
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Komunitas dan Penyusunnya
Komunitas dalam arti Ekologi mengacu kepada kumpulan populasi yang terdiri dari spesies yang berlainan, yang menempati suatu daerah tertentu. Sedangkan pengertian komunitas secara umum sendiri adalah kumpulan populasi makhluk hidup yang saling berinteraksi dan tinggal di suatu habitat. Setiap komunitas tidak harus menempati daerah yang luas, artinya komunitas dapat mempunyai ukuran berapa pun. Misalnya dalam  suatu aquarium yang terdiri dari ikan, siput, hydrilla sebagai komponen biotik, serta air, bebatuan sebagai komponen abiotik dapat disebut sebagai suatu komunitas. Komunitas tumbuhan di daerah trofik biasanya bersifat rumit dan tidak mudah diberi nama menurut satu atau dua spesies yang paling berkuasa sebagaimana yang umum di daerah yang beriklim sedang (Umar, 2004).
Aby (2012), menjelaskan komunitas sebagai kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Dalam komunitas, semua organismee merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.
Menurut Odum (1971), mendeskripsikan tentang komunitas biotik sebagai kumpulan populasi apa saja yang hidup dalam daerah atau habitat fisik yang telah ditentukan, hal tersebut merupakan satuan yang di organisir sedemikian bahwa dia mempunyai sifat-sifat tambahan terhadap komponen individu dan fungsi-fungsi sebagai unit melalui transformasi metabolik yang bergandengan. Komunitas utama adalah mereka yang cukup besar hingga mereka relatif tidak tergantung dari masukkan dan hasil dari komunitas didekatnya sedangkan komunitas-komunitas minor adalah mereka yang kurang bergantung pada kumpulan-kumpulan tetangganya.
Dalam tingkatan komunitas ciri, sifat dan kemampuannya lebih tinggi dari populasi misalnya dalam hal interaksi. Dalam komunitas bisa terjadi interaksi antar populasi, tidak hanya antar individu atau spesies seperti pada populasi. Hubungan antar populasi ini menggambarkan berbagai keadaan yaitu bisa saling menguntungkan sehingga terwujud suatu hubungan timbal balik yang positif bagi kedua belah pihak (mutualisme). Sebaliknya bisa juga terjadi hubungan salah satu pihak dirugikan (parasitisme) Apabila suatu komunitas sudah terbentuk, maka populasi-populasi yang ada haruslah hidup berdampingan atau bertetangga satu sama lainnya. Dalam biosistem komunitas ini berasosiasi dengan komponen abiotik membentuk suatu ekosistem (Resosoedarmo, 1990).
Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya. Contoh komunitas adalah populasi ikan, populasi ganggang dan populasi hewan di sekitarnya membentuk komunitas terumbu karang (Aby, 2012).
Berikut ini beberapa jenis interaksi yang terdapat pada komunitas:
a.         Kompetisi
Menurut Campbell (2008), Kompetisi antar spesies adalah interaksi yang terjadi sewaktu individu-individu spesies yang berbeda bersaing memperebutkan sumber daya yang membatasi pertumbuhan dan kesintasan mereka. Misalnya, gulma yang tumbuh di kebun bersaing dengan tumbuhan kebun memperebutkan nutrien tanah dan air. Belalang dan bison di Great Plaints bersaing memperebutkan rumput yang menjadi makanannya.Lynk dan rubah hutan utara Alaksara dan Kanada bersaing memperebutkan makanan seperti terwelu sepatu-salju. Berkebalikan dengan itu, sejumlah sumber daya, misalnya oksigen, jarang mengalami kelangkaan; dengan demikian walaupun sebagian besar spesies menggunakan sumber daya ini, jarang ada kompetisi memperebutkan oksigen.
b.        Simbiosis
Menurut Campbell (2008), sewaktu individu dari satu atau lebih spesies hidup dalam kontak langsung dan akrab dengan satu sama lain, hubungan mereka dinamakan dengan simbiosis. Definisi umum simbiosis yaitu mencakup semua interaksi semacamnya itu, entah itu berbahaya, bermanfaat, atau netral. Macam-macam interaksi simbiosis ,yaitu sebagai berikut:
1.        Parasitisme
Menurut Campbell (2008), parasitisme adalah interaksi simbiotik (+/-)  dengan suatu organisme,  parasit memperoleh nutrien dari organisme lain, sang inang (host), yang dirugikan dalam proses tersebut. Parasit yang hidup dalam tubuh inang, misalnya cacing pita disebut endoparasit, sedangkan parasit yang makan dipermukaan kulit disebut ektoparasit. Salah satu tipe khusus parasitisme, serangga parasitoid–biasanya tawon kecil–bertelur pada atau dalam inang yang masih hidup. Larva kemudian menyantap tubuh inang dan pada akhirnya membunuhnya. Interaksi parasitisme ini merupakan interaksi antara dua organisme yang satu untung dan yang satunya lagi dirugikan.
2.        Mutualisme
Menurut Campbell (2008), simbiosis mutualistik, atau mutualisme adalah interaksi antar spesies yang menguntungkan kedua spesies (+/+). Hubungan mutualisme terkadang melibatkan evolusi adaptasi-adaptasi terkait pada kedua spesies, dengan perubahan pada masing-masing spesies mungkin mempengaruhi kesintasan dan reproduksi spesies yang satu lagi. Misalnya, kebanyakan tumbuhan berbunga memiliki adaptasi-adaptasi seperti nektar atau buah yang melibatlkan hewan yang berfungsi dalam polinasi atau penyebaran biji. Demikian pula banyak hewan yang memiliki adaptasi-adaptasi yang membantu menemukan mengonsumsi nektar. Contoh dari simbiosis mutualisme ini yaitu: fiksasi nitrogen oleh nodul akar polong-polongan, pencernaan selulosa oleh mikroorganisme dalam sistem pencernaan rayap dan mamalia pemamah-biak, dan interaksi antara rayap dan mikroorganisme dalam pencernaan serangga tersebut.
3.        Komensalisme
Menurut Campbell (2008), interaksi antara spesies yang menguntungkan yang satu namun tidak merugikan atau membantu spesies yang satu lagi (+/0) disebut dengan interaksi komensalisme. Interaksi komensal sulit didokumentasi di alam, sebab asosiasi dekat antara spesies berkembangkinan mempengaruhi kedua spesies, meskipun hanya sedikit. Misalnya, spesies “penumpang”, seperti alga yang hidup di cangkang penyu air atau tertitip yang melekat ke paus, terkadang dianggap komensal. Para penumpang memperoleh tempat untuk tumbuh sementara tampaknya hanya berpengaruh kecil pada hewan yang ditumpangi. Akan tetapi, para penumpang itu mungkin sebenarnya sedikit mengurangi keberhasilan reproduksi inang, karena mengurangi efisiensi pergerakan inang sewaktu mencari makan atau meloloskan diri dari predator. Sebaliknya, para penumpang mungkin memperoleh manfaat dalam bentuk kamuflase. Sejumlah asosiasi  yang mungkin komensalimse melibatkan satu spesies yang memperoleh makanan yang tanpa sengaja tersingkapkan oleh spesies lain. Misaalnya, cowbird dan kuntul kerbau memakan serangga yang berguguran dari rumput yang dilahap oleh bison, sapi, kuda, dan herbivora lain. Karena tingkat makan burung meningkat sewaktu mengikuti herbivora, jelas burung memperoleh keuntungan dari asosiasi tersebut. Herbivora mungkin nyaris selalu tidak dipengaruhi oleh hubungan semacam itu. Akan tetapi herbivora mungkin terkadang memperoleh keuntungan; burung cendrung merupakan pemakan oportunistik yang terkadang mematuk dan memakan tungau dan ektoparasit lain dari herbivora. Burung juga mungkin memberikan peringatan pada herbivora jika ada predator mendekat.

2.2.  Struktur Komunitas, Komposisi Jenis, Kelimphan Dan Distribusi
a.      Struktur Komunitas
Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam, dan interaksinya dengan lingkungannya dapat disebut pola. Struktur komunitas dibedakan menjadi struktur fisik (struktur fisik suatu komunitas tampak apabila komunitas tersebut diamati) dan biologi (komposisi spesies, kelimpahan individu dalam spesies, perubahan temporal dalam komunitas, hubungan antara spesies dalam suatu komunitas) (Umar, 2004).
1.        Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
2.        Kuantitatif, seperti frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit contoh, atau persatuan luas/volume, atau persatuan penangkapan.
3.        Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya.
Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yangberbeda dengan komunitas semula. Dengan kata lain, suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Ketika habitat berubah, spesies yang baru akan datang menyerbu untuk menjadi mantap di tempat itu, dan spesies yang lama akan menghilang (Umar, 2004).
Dalam kasus suksesi hewan, akan terjadi suksesi tumbuhan terlebih dahulu pada komunitas tersebut lalu di ikuti oleh munculnya suksesi hewan. Hal ini disebabkan karena tumbuhan merupakan makhluk autotrof yang menyediakan sumber energi bagi hewan tersebut. Ketersediaan sumberdaya pada komunitas terjadinya suksesi sangat mempengaruhi banyak tidaknya hewan yang ditemukan dalam proses suksesi tersebut (Umar, 2004).
Suksesi primer
Menurut Campbell (2008), proses ini dimulai di wilayah yang nyaris tidak dihuni kehidupan di mana tanah belum lagi terbentuk, misanya di pulau vulkanik baru atau morena yang ditinggalkan oleh gletser yang baru saja longsor. Seringkali, bentuk-hidupan yang pertama kali ada adalah prokariota aututrofik serta prokariota dan protista heterotofik. Liken dan lumut yang tumbuh dari spora yang terbawa angin, umum merupakan organisme fotosintetik makroskopik pertama yang mengkolonisasi daerah-daerah semacam itu. Tanah berkembang perlahan-lahan sewaktu bebatuan terikis dan materi organik terakumulasi dari sisa-sisa organisme pengkolonisasi awal. Begitu ada tanah, liken dan lumut biasanya dikalahkan oleh rumput, semak, dan pepohonan yang bertunas dari bebijian yang tertutup angin dari wilayah sekitar atau terbawa hewan. Pada akhirnya, suatu wlayah dikolonisasi oleh tumbuhan yang menjadi bentuk dominan vegetasi di komunitas tersebut. Menghasilkan komunitas semacam itu melalui suksesi primer dapat berlangsung ratusan atau ribuan tahun.
Suksesi Sekunder
Menurut Campbell (2008), suksesi sekunder terjadi ketika komunitas yang ada di singkirkan oleh gangguan yang tidak merusak tanah. Spesies yang tiba terlebih dahulu dan belakangan bisa tertaut dalam satu diantara tiga proses kunci. Spesies yang tiba terlebih dahulu memfasilitasi kemunculan spesies yang datang belakangan, dengan cara menjadikan lingkungan lebih bersahabat—misalnya, dengan meningkatkan kesuburan tanah. Kemungkinan lain, spesies awal mungkin menghambat pemantapan spesies yang belakangan, sehingga keberhasilan kolonisasi oleh spesies yang tiba belakangan terjadi meskipun ada, bukan karena, aktivitas spesies-spesies awal. Terakhir, spesies awal mungkin sepenuhnya tak bersangkut paut dengan spesies yang belakangan, yang menoleransi kondisi-kondisi yang diciptakan di awal suksesi, namun tidak dibantu ataupun dihambat oleh spesies awal.
b.      Komposisi Jenis        
Karena ada hubungan yang khas antara lingkungan dan organisme, maka komunitas di suatu lingkungan bersifat spesifik. Dengan demikian pola vegetasi di permukaan bumi menunjukkan pola diskontinyu. Seringkali suatu komunitas bergabung atau tumpang tindih dengan komunitas lain. Karena tanggapan setiap spesies terhadap kondisi fisik, kimia maupun biotik di suatu habitat berlainan maka  perubahan  di suatu habitat cenderung mengakibatkan perubahan komposisi komunitas. Rentetan komunitas yang memperlihatkan pergantian gradual dalam suatu komposisi disebut continum (Anonim, 2012).
Terdapat dua pandangan komposisi komunitas yang berlawanan:
1.      Pandangan organisme
Pandangan organisme dikembangkan oleh Clements (1916). Menurut pandangan ini komunitas dianggap sebagai “Organisme super” yang merupakan stadium tertinggi perkembangan organisasi organisme yang dari sel ke jaringan, organ, spesies, populasi dan komunitas. Komunitas dianggap organisme super karena tumbuhm beraturan dan di bawah keadaan tertentu dapat melakukan reproduksi dan secara fungsional memperlihatkan tingkatan yang lebih tinggi daripada vegetasi/binatang atau individu yang membentuknya (Resosoedarmo, 1990).
2.      Pandangan individualisme
Pandangan individualistik dikembangkan oleh H.A. Gleason (1926) yang disokong oleh Whittaker (1951, 1952, 1956), Curtis (1958) dan Mc Intosh (1959). Pandangan ini pendekatannya menekankan bahwa komunitas tidak perlu mencapai suatu komposisi yang seharusnya atau dalam keadaan stabil. Disini spesies merupakan bagian unit essensial karena hanya spesies dan bukannya komunitas yang dipengaruhi dalam antar hubungan dan distribusi. Spesies langsung tanggap terhadap kondisi lingkungan secara independen, tidak menghadapinya bersama-sama. Dalam pendekatan ini komposisi komunitas dianggap variabel yang kontinyu (Resosoedarmo, 1990).
c.       Kelimpahan dan Distribusi
Kelimpahan jenis ditentukan berdasarkan besarnya frekuensi, kerapatan dan dominasi setiap jenis. Penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lain ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting, volume, biomassa, persentase penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya individu dan kerapatan (Aby, 2012).
Frekuensi suatu jenis menunjukan penyebaran suatu jenis-jenis dalam suatu areal. jenis yang menyebar secara merata mempunyai nilai frekuensi yang besar, sebaliknya jenis-jenis yang mempunyai nilai frekuensi yang kecil mempunyai daerah sebaran yang kurang luas. Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan jumlah atau banyaknya suatu jenis per satuan luas. Makin besar kerapatan suatu jenis, makin banyak individu jenis tersebut per satuan luas. Dominasi suatu merupakan nilai yang menunjukan peguasaan suatu jenis terhadap komunitas (Odum, 1971).
Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi, karena di dalam komunitas itu terjadi interaksi antara jenis yang tinggi. Lebih lanjut dikatakan, keanekaragaman merupakan ciri dari suatu komunitas terutama dikaitkan dengan jumlah dan jumlah individu tiap jenis pada komunitas tersebut. Keanekaragaman jenis menyatakan suatu ukuran yang menggambarkan variasi jenis tumbuhan dari suatu komunitas yang dipengaruhi oleh jumlah jenis dan kelimpahan relatif dari setiap jenis.Tidak ada spesies hewan yang terdapat secara beragam di seluruh penjuru dunia, tetapi masing–masing di batasi dengan kisaran tertentu, atau area distribusi. Ilmu yang mempelajari distribusi hewan dan faktor yang mengendalikanya di kenal dengan zoogeografi. Distribusi geografis menyangkut hubungan sepasial, penghalang dan kesempatan pembubaran, dan sejarah semula, sedangkan distribusi ekologi di tentukan terutama oleh faktor lain yang di jelaskan sebelumnya. semua hewan yang hidup di area tertentu, besar atau kecil, secara bersama sama disebut fauna. Keseluruhan luas daratan atau perairan maupun spesies terdapat disebut kisaran geografisnya (Odum, 1971).
Faktor yang mengatur distribusi faktor lain seperti kompetisi, musuh, penyakit, kekurangan makanan, cuaca musiman yang tidak cocok, dan penurunan jumlah tempat berlindung yang tersedia menyebabkan pengurangan populasi. Distribusi semua hewan, dari protozoa sampai manusia akibatnya lebih bersifat dinamis, daripada statis dan selalu menjadi subjek untuk perubahan. Faktor luar yang membatasi distribusi disebut penghalang. Hal ini termasuk penghalang fisik, penghalang iklim dan penghalang biologis. Metode distribusi hewan sekarang ini merupakan hasil penggabungan dari penghalang yang ada dan kondisi lingkungan di masa lalu (Umar, 2004).

2.3.  Macam-Macam Komunitas
Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar dapat dibagi dalam dua bagian yaitu (Aby, 2012):
1.    Komunitas akuatik, komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di danau, di sungai, di parit atau di kolam.
2.     Komunitas terrestrial, yaitu kelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di hutan, di padang rumput, di padang pasir, dll.
Bagi tumbuhan akuatik, intensitas cahaya sangat menentukan penggunaan energi untuk fotosintesis. Tumbuhan kekurangan energi jika intensitas cahaya berkurang. Semakin cerah suatu perairan semakin jauh cahaya matahari yang dapat tembus kedalam perairan dan dengan begitu akan banyak ditemukan tumbuhan laut seperti lamun yang memerlukan cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis (Aby, 2012).
Pada umumnya perairan organik lebih cerah daripada perairan pantai yang banyak bahan-bahan berbentuk partikel dan bahan terlarut yang terdapat didalamnya.  Berdasarkan bentuknya, waduk dapat diklasifikasikan atas waduk tipe danau (lake type), tipe sungai (river type), tipe bercabang banyak (multiple branch type). Waduk Faperika dapat digolongkan ke dalam tipe danau, karena terjadinya waduk ini akibat pembendungan suatu dataran rendah dan bentuknya yang melebar (Aby, 2012).
Sumber air ini adalah air yang mengalir dan meresap dari catchman area yang ada disekitarnya karena tidak ada aliran sungai yang masuk ke waduk ini (Nurdin et al, 1996). Komunitas adalah kumpulan populasi yang hidup didaerah tertentu atau habitat fisik tertentu dengan satuan yang terorganisir. Selanjutnya, dikatakan bahwa komunitas merupakan suatu system dari kumpulan populasi yang hidup pada areal tertentu dan terorganisasi secara luas dengan karakteristik tertentu, serta berfungsi sebagai kesatuan transformasi metabolis (Odum,1971).
Beberapa karakteristik struktur komunitas yang biasanya dijadikan petunjuk adanya derajad ketidakstabilan ekologis meliputi: keseragaman,dominansi, keragaman, dan kelimpahan. Suhu air merupakan faktor yang cukup penting bagi lingkungan perairan, kecerahan dan kekeruhan. Setiap spesies atau kelompok mempunyai batas toleransi maksimum dan minimum untuk hidupnya (Odum, 1971).
Kenaikan suhu akan menyebabkan naiknya kebutuhan oksigen untuk reaksi metabolisme dalam tubuh organisme. Kecerahan adalah suatu parameter  perairan yang merupakan suatu kedalaman dari perairan atau lapisan perairan yang dapat ditembus oleh sinar matahari. Kecerahan merupakan salah satu parameter dari produktivitas perairan karena kecerahan perairan merupakan hubungan langsung dengan zona fotik (Aby, 2012).
Suhu berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap organisme perairan. Secara langsung suhu berpengaruh pada fisiologi fotosintesis, sedangkan secara tak langsung suhu menentukan terjadinya stratifikasi atau pencampuran struktur perairan yang menjadi habitat organisme perairan (Aby, 2012).
Komunitas dapat dicatat dengan kategori utama dari bentuk-bentuk pertumbuhan-pertumbuhan (pohon, semak, belikar, lumut dan alga) yang menyusun struktur komunitas hewan dan tumbuhan secara fisik (Odum, 1971).




BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Komunitas adalah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Dalam komunitas, semua organismee merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.
Untuk interaksi pada komunitas dapat terjadi dalam dua cara, yaitu kompetisi dan simbiosis. Untuk struktunya dibedakan menjadi struktur fisik dan biologi. Kelimpahan jenis ditentukan berdasarkan besarnya frekuensi, kerapatan dan dominasi setiap jenis di dalam komunitas itu sendiri.
Komunitas dibedakan menjadi 2 macam, yaitu; komunitas akuatik, komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di danau, di sungai, di parit atau di kolam, dan; komunitas terrestrial, yaitu kelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di hutan, di padang rumput, di padang pasir, dll.


DAFTAR PUSTAKA

Odum, Eugene P. 1971. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ke 3. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.

Resosoedarmo, Soedjiran. 1990. Pengantar Ekologi. Jakarta:PT Remaja Rosdakarya.

Umar, M. Ruslan. 2004. Ekologi Umum Dalam Praktikum. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Anonim . 2012.  Komunitas Ekologi. Website: http://queenichmiracle.blogs pot.com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html. Diakses pada hari Senin, tanggal 19 Mei 2014, pukul 09.10 WIB.

Aby. 2012. Ekologi dan Distribusi Hewan. http://abybiologi.blogspot.com/2012/ 12/ekologi-dan-distribusi-hewan.html. diakses pada hari Senin, tanggal 19 Mei 2014, pukul 08.30 WIB.

Annisa, Zantedhescha. 2013. Makalah Komunitas Hewan. http://zantedescia.blog spot.com/2013/01/makalah-komunitas-hewan.html. Diakses pada hari Senin, tanggal 19 Mei 2014, pukul 08.15 WIB.

1 comment: