BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama dalam
suatu tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan
pohon tempat mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu
komunitas. Dengan memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas
dapatlah diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi komunitas tersebut. Komunitas
dengan populasi ibarat makhluk dengan sistem organnya, tetapi dengan tingkat
organisasi yang lebih tinggi sehingga memiliki sifat yang khusus atau kelebihan
yang tidak dimiliki oleh baik sistem organ maupun organisasi hidup lainnya
(Resosoedarmo, 1990).
Secara genetik, individu-individu adalah
anggota dari populasi setempat dan secara ekologi individu merupakan anggota
dari ekosistem. Ekosistem sebagian besar terdiri dari kumpulan tumbuhan dan
hewan yang bersama-sama membentuk masyarakat yang disebut komunitas. Suatu komunitas terdiri
dari banyak jenis dengan berbagai macam fluktuasi populasi dan interaksi satu
dengan lainnya. Ringkasnya komunitas
adalah seluruh populasiyang hidup bersama pada suatu daerahdan organisme
yang hidup bersama ini sering disebut juga sebagai komunitas biotik (Odum, 1971).
Mempelajari komunitas akan lebih baik
apabila kita sudah lebih dulu mengenal karaktermasing-masing
komponen penyusunnya. Misalnya apakah tumbuhan termasuk herba, epifit, merambat
atau apakah hewan hidup terrestrial atau aquatik, masing-masing memiliki
karakter yang spesifik. Hewan aquatik misalnya, kita harus mengenal lebih dulu
morfologinya, fisiologi dan sistem reproduksinya, bagaimana kedudukannya dalam
rantai makanan, bersifat planktonik, bentik atau perenang aktif, hidup dan
mencari makan di daerah permukaan, ditengah atau didasar perairan dan lain
sebagainya (Odum, 1971).
Komunitas sebagai suatu organisasi
kehidupan tersusun dari beberapa komponen yang masing-masing komponen memiliki
dinamikanya masing-masing dan dikenal sebagai struktur komunitas. Sebelum mempelajari hubungan komunitas
dengan lingkungannya salah satu kajian untuk mempelajari komunitas adalah
mengamati struktur komunitas (Resosoedarmo, 1990).
1.2. Rumusan masalah
a.
Bagaimana komunitas dan penyusunnya?
b.
Apa sajakah struktur komunitas,
komposisi jenis, kelimpahan dan distribusinya?
c.
Apa sajakah macam-macam komunitas?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini agar dapat
mengetahui pengertian dari komunitas serta penyusunnya, lalu struktur,
komposisi jenis, kelimpahan, dan distribusi dari komunitas itu sendiri, dan
yang terakhir mengenai macam-macam dari komunitas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Komunitas dan Penyusunnya
Komunitas dalam arti Ekologi mengacu
kepada kumpulan populasi yang terdiri dari spesies yang berlainan, yang menempati
suatu daerah tertentu. Sedangkan pengertian komunitas secara umum sendiri
adalah kumpulan populasi makhluk hidup yang saling berinteraksi dan tinggal di
suatu habitat. Setiap komunitas tidak harus menempati daerah yang luas, artinya
komunitas dapat mempunyai ukuran berapa pun. Misalnya dalam suatu
aquarium yang terdiri dari ikan, siput, hydrilla sebagai komponen
biotik, serta air, bebatuan sebagai komponen abiotik dapat disebut sebagai
suatu komunitas. Komunitas tumbuhan di daerah trofik biasanya bersifat rumit
dan tidak mudah diberi nama menurut satu atau dua spesies yang paling berkuasa
sebagaimana yang umum di daerah yang beriklim sedang (Umar, 2004).
Aby (2012), menjelaskan komunitas
sebagai kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah
tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas
memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan
individu dan populasi. Dalam komunitas, semua organismee merupakan bagian dari
komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman
interaksinya.
Menurut Odum
(1971), mendeskripsikan tentang komunitas biotik sebagai kumpulan populasi apa
saja yang hidup dalam daerah atau habitat fisik yang telah ditentukan, hal
tersebut merupakan satuan yang di organisir sedemikian bahwa dia mempunyai
sifat-sifat tambahan terhadap komponen individu dan fungsi-fungsi sebagai unit
melalui transformasi metabolik yang bergandengan. Komunitas utama adalah mereka
yang cukup besar hingga mereka relatif tidak tergantung dari masukkan dan hasil
dari komunitas didekatnya sedangkan komunitas-komunitas minor adalah mereka
yang kurang bergantung pada kumpulan-kumpulan tetangganya.
Dalam tingkatan komunitas ciri,
sifat dan kemampuannya lebih tinggi dari populasi misalnya dalam hal interaksi.
Dalam komunitas bisa terjadi interaksi antar populasi, tidak hanya antar
individu atau spesies seperti pada populasi. Hubungan antar populasi ini
menggambarkan berbagai keadaan yaitu bisa saling menguntungkan sehingga
terwujud suatu hubungan timbal balik yang positif bagi kedua belah pihak
(mutualisme). Sebaliknya bisa juga terjadi hubungan salah satu pihak dirugikan
(parasitisme) Apabila suatu komunitas sudah terbentuk, maka populasi-populasi
yang ada haruslah hidup berdampingan atau bertetangga satu sama lainnya. Dalam
biosistem komunitas ini berasosiasi dengan komponen abiotik membentuk suatu
ekosistem (Resosoedarmo, 1990).
Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks
bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Dalam komunitas, semua
organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling
berhubungan melalui keragaman interaksinya. Contoh
komunitas adalah populasi ikan, populasi ganggang dan populasi hewan di
sekitarnya membentuk komunitas terumbu karang (Aby, 2012).
Berikut ini
beberapa jenis interaksi yang terdapat pada komunitas:
a.
Kompetisi
Menurut
Campbell (2008), Kompetisi antar spesies adalah interaksi yang terjadi sewaktu
individu-individu spesies yang berbeda bersaing memperebutkan sumber daya yang
membatasi pertumbuhan dan kesintasan mereka. Misalnya, gulma yang tumbuh di kebun
bersaing dengan tumbuhan kebun memperebutkan nutrien tanah dan air. Belalang
dan bison di Great Plaints bersaing
memperebutkan rumput yang menjadi makanannya.Lynk dan rubah hutan utara Alaksara dan Kanada bersaing
memperebutkan makanan seperti terwelu sepatu-salju. Berkebalikan dengan itu,
sejumlah sumber daya, misalnya oksigen, jarang mengalami kelangkaan; dengan
demikian walaupun sebagian besar spesies menggunakan sumber daya ini, jarang
ada kompetisi memperebutkan oksigen.
b.
Simbiosis
Menurut Campbell (2008), sewaktu individu dari satu
atau lebih spesies hidup dalam kontak langsung dan akrab dengan satu sama lain,
hubungan mereka dinamakan dengan simbiosis. Definisi umum simbiosis yaitu
mencakup semua interaksi semacamnya itu, entah itu berbahaya, bermanfaat, atau
netral. Macam-macam interaksi simbiosis ,yaitu sebagai berikut:
1.
Parasitisme
Menurut
Campbell (2008), parasitisme adalah interaksi simbiotik (+/-) dengan suatu organisme, parasit memperoleh nutrien dari organisme
lain, sang inang (host), yang dirugikan
dalam proses tersebut. Parasit yang hidup dalam tubuh inang, misalnya cacing
pita disebut endoparasit, sedangkan parasit yang makan dipermukaan kulit
disebut ektoparasit. Salah satu tipe khusus parasitisme, serangga
parasitoid–biasanya tawon kecil–bertelur pada atau dalam inang yang masih
hidup. Larva kemudian menyantap tubuh inang dan pada akhirnya membunuhnya.
Interaksi parasitisme ini merupakan interaksi antara dua organisme yang satu untung
dan yang satunya lagi dirugikan.
2.
Mutualisme
Menurut
Campbell (2008), simbiosis mutualistik, atau mutualisme adalah interaksi antar
spesies yang menguntungkan kedua spesies (+/+). Hubungan mutualisme terkadang melibatkan
evolusi adaptasi-adaptasi terkait pada kedua spesies, dengan perubahan pada
masing-masing spesies mungkin mempengaruhi kesintasan dan reproduksi spesies
yang satu lagi. Misalnya, kebanyakan tumbuhan berbunga memiliki
adaptasi-adaptasi seperti nektar atau buah yang melibatlkan hewan yang
berfungsi dalam polinasi atau penyebaran biji. Demikian pula banyak hewan yang
memiliki adaptasi-adaptasi yang membantu menemukan mengonsumsi nektar. Contoh
dari simbiosis mutualisme ini yaitu: fiksasi nitrogen oleh nodul akar
polong-polongan, pencernaan selulosa oleh mikroorganisme dalam sistem pencernaan
rayap dan mamalia pemamah-biak, dan interaksi antara rayap dan mikroorganisme
dalam pencernaan serangga tersebut.
3.
Komensalisme
Menurut
Campbell (2008), interaksi antara spesies yang menguntungkan yang satu namun
tidak merugikan atau membantu spesies yang satu lagi (+/0) disebut dengan
interaksi komensalisme. Interaksi komensal sulit didokumentasi di alam, sebab
asosiasi dekat antara spesies berkembangkinan mempengaruhi kedua spesies,
meskipun hanya sedikit. Misalnya, spesies “penumpang”, seperti alga yang hidup
di cangkang penyu air atau tertitip yang melekat ke paus, terkadang dianggap komensal.
Para penumpang memperoleh tempat untuk tumbuh sementara tampaknya hanya
berpengaruh kecil pada hewan yang ditumpangi. Akan tetapi, para penumpang itu
mungkin sebenarnya sedikit mengurangi keberhasilan reproduksi inang, karena
mengurangi efisiensi pergerakan inang sewaktu mencari makan atau meloloskan
diri dari predator. Sebaliknya, para penumpang mungkin memperoleh manfaat dalam
bentuk kamuflase. Sejumlah asosiasi yang
mungkin komensalimse melibatkan satu spesies yang memperoleh makanan yang tanpa
sengaja tersingkapkan oleh spesies lain. Misaalnya, cowbird dan kuntul kerbau memakan serangga yang berguguran dari
rumput yang dilahap oleh bison, sapi, kuda, dan herbivora lain. Karena tingkat
makan burung meningkat sewaktu mengikuti herbivora, jelas burung memperoleh
keuntungan dari asosiasi tersebut. Herbivora mungkin nyaris selalu tidak
dipengaruhi oleh hubungan semacam itu. Akan tetapi herbivora mungkin terkadang
memperoleh keuntungan; burung cendrung merupakan pemakan oportunistik yang
terkadang mematuk dan memakan tungau dan ektoparasit lain dari herbivora.
Burung juga mungkin memberikan peringatan pada herbivora jika ada predator
mendekat.
2.2. Struktur Komunitas, Komposisi Jenis,
Kelimphan Dan Distribusi
a. Struktur Komunitas
Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di
dalam, dan interaksinya dengan lingkungannya dapat disebut pola. Struktur
komunitas dibedakan menjadi struktur fisik (struktur fisik suatu komunitas
tampak apabila komunitas tersebut diamati) dan biologi (komposisi spesies,
kelimpahan individu dalam spesies, perubahan temporal dalam komunitas, hubungan
antara spesies dalam suatu komunitas) (Umar, 2004).
1.
Kualitatif, seperti komposisi,
bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas menggambarkan kapasitas
pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
2.
Kuantitatif, seperti frekuensi,
densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang
menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat. Densitas
(kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit contoh, atau
persatuan luas/volume, atau persatuan penangkapan.
3.
Sintesis adalah proses perubahan
dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah yang berlangsung lambat
secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi
sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan
memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem
yang disebut klimaks. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis.
Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner oleh
jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya.
Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung
satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu
tertentu hingga terbentuk komunitas baru yangberbeda dengan komunitas semula.
Dengan kata lain, suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak
seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi
lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Ketika habitat berubah, spesies
yang baru akan datang menyerbu untuk menjadi mantap di tempat itu, dan spesies yang
lama akan menghilang (Umar, 2004).
Dalam kasus suksesi hewan, akan terjadi suksesi
tumbuhan terlebih dahulu pada komunitas tersebut lalu di ikuti oleh munculnya
suksesi hewan. Hal ini disebabkan karena tumbuhan merupakan makhluk autotrof
yang menyediakan sumber energi bagi hewan tersebut. Ketersediaan sumberdaya
pada komunitas terjadinya suksesi sangat mempengaruhi banyak tidaknya hewan
yang ditemukan dalam proses suksesi tersebut (Umar, 2004).
Suksesi
primer
Menurut Campbell (2008), proses ini
dimulai di wilayah yang nyaris tidak dihuni kehidupan di mana tanah belum lagi
terbentuk, misanya di pulau vulkanik baru atau morena yang ditinggalkan oleh
gletser yang baru saja longsor. Seringkali, bentuk-hidupan yang pertama kali
ada adalah prokariota aututrofik serta prokariota dan protista heterotofik.
Liken dan lumut yang tumbuh dari spora yang terbawa angin, umum merupakan
organisme fotosintetik makroskopik pertama yang mengkolonisasi daerah-daerah
semacam itu. Tanah berkembang perlahan-lahan sewaktu bebatuan terikis dan
materi organik terakumulasi dari sisa-sisa organisme pengkolonisasi awal.
Begitu ada tanah, liken dan lumut biasanya dikalahkan oleh rumput, semak, dan
pepohonan yang bertunas dari bebijian yang tertutup angin dari wilayah sekitar
atau terbawa hewan. Pada akhirnya, suatu wlayah dikolonisasi oleh tumbuhan yang
menjadi bentuk dominan vegetasi di komunitas tersebut. Menghasilkan komunitas
semacam itu melalui suksesi primer dapat berlangsung ratusan atau ribuan tahun.
Suksesi
Sekunder
Menurut
Campbell (2008), suksesi sekunder terjadi ketika komunitas yang ada di
singkirkan oleh gangguan yang tidak merusak tanah. Spesies yang tiba terlebih
dahulu dan belakangan bisa tertaut dalam satu diantara tiga proses kunci.
Spesies yang tiba terlebih dahulu memfasilitasi kemunculan spesies yang datang
belakangan, dengan cara menjadikan lingkungan lebih bersahabat—misalnya, dengan
meningkatkan kesuburan tanah. Kemungkinan lain, spesies awal mungkin menghambat
pemantapan spesies yang belakangan, sehingga keberhasilan kolonisasi oleh
spesies yang tiba belakangan terjadi meskipun ada, bukan karena, aktivitas
spesies-spesies awal. Terakhir, spesies awal mungkin sepenuhnya tak bersangkut
paut dengan spesies yang belakangan, yang menoleransi kondisi-kondisi yang
diciptakan di awal suksesi, namun tidak dibantu ataupun dihambat oleh spesies
awal.
b.
Komposisi
Jenis
Karena ada hubungan yang khas antara lingkungan dan
organisme, maka komunitas di suatu lingkungan bersifat spesifik. Dengan
demikian pola vegetasi di permukaan bumi menunjukkan pola diskontinyu.
Seringkali suatu komunitas bergabung atau tumpang tindih dengan komunitas lain.
Karena tanggapan setiap spesies terhadap kondisi fisik, kimia maupun biotik di
suatu habitat berlainan maka perubahan di suatu habitat cenderung mengakibatkan
perubahan komposisi komunitas. Rentetan komunitas yang memperlihatkan
pergantian gradual dalam suatu komposisi disebut continum (Anonim, 2012).
Terdapat dua
pandangan komposisi komunitas yang berlawanan:
1. Pandangan
organisme
Pandangan
organisme dikembangkan oleh Clements (1916). Menurut pandangan ini komunitas
dianggap sebagai “Organisme super” yang merupakan stadium tertinggi perkembangan
organisasi organisme yang dari sel ke jaringan, organ, spesies, populasi dan
komunitas. Komunitas dianggap organisme super karena tumbuhm beraturan dan di
bawah keadaan tertentu dapat melakukan reproduksi dan secara fungsional
memperlihatkan tingkatan yang lebih tinggi daripada vegetasi/binatang atau
individu yang membentuknya (Resosoedarmo, 1990).
2. Pandangan
individualisme
Pandangan
individualistik dikembangkan oleh H.A. Gleason (1926) yang disokong oleh
Whittaker (1951, 1952, 1956), Curtis (1958) dan Mc Intosh (1959). Pandangan ini
pendekatannya menekankan bahwa komunitas tidak perlu mencapai suatu komposisi
yang seharusnya atau dalam keadaan stabil. Disini spesies merupakan bagian unit
essensial karena hanya spesies dan bukannya komunitas yang dipengaruhi dalam
antar hubungan dan distribusi. Spesies langsung tanggap terhadap kondisi
lingkungan secara independen, tidak menghadapinya bersama-sama. Dalam
pendekatan ini komposisi komunitas dianggap variabel yang kontinyu
(Resosoedarmo, 1990).
c.
Kelimpahan
dan Distribusi
Kelimpahan jenis ditentukan berdasarkan
besarnya frekuensi, kerapatan dan dominasi setiap jenis. Penguasaan suatu jenis
terhadap jenis-jenis lain ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting, volume,
biomassa, persentase penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya individu
dan kerapatan (Aby, 2012).
Frekuensi suatu jenis menunjukan
penyebaran suatu jenis-jenis dalam suatu areal. jenis yang menyebar secara
merata mempunyai nilai frekuensi yang besar, sebaliknya jenis-jenis yang
mempunyai nilai frekuensi yang kecil mempunyai daerah sebaran yang kurang luas.
Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan jumlah atau
banyaknya suatu jenis per satuan luas. Makin besar kerapatan suatu jenis, makin
banyak individu jenis tersebut per satuan luas. Dominasi suatu merupakan nilai
yang menunjukan peguasaan suatu jenis terhadap komunitas (Odum, 1971).
Suatu daerah yang didominasi oleh hanya
jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki
keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukan
bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi, karena di dalam
komunitas itu terjadi interaksi antara jenis yang tinggi. Lebih lanjut
dikatakan, keanekaragaman merupakan ciri dari suatu komunitas terutama
dikaitkan dengan jumlah dan jumlah individu tiap jenis pada komunitas tersebut.
Keanekaragaman jenis menyatakan suatu ukuran yang menggambarkan variasi jenis
tumbuhan dari suatu komunitas yang dipengaruhi oleh jumlah jenis dan kelimpahan
relatif dari setiap jenis.Tidak ada spesies hewan yang terdapat secara beragam
di seluruh penjuru dunia, tetapi masing–masing di batasi dengan kisaran
tertentu, atau area distribusi. Ilmu yang mempelajari distribusi hewan dan
faktor yang mengendalikanya di kenal dengan zoogeografi. Distribusi geografis
menyangkut hubungan sepasial, penghalang dan kesempatan pembubaran, dan sejarah
semula, sedangkan distribusi ekologi di tentukan terutama oleh faktor lain yang
di jelaskan sebelumnya. semua hewan yang hidup di area tertentu, besar atau
kecil, secara bersama sama disebut fauna. Keseluruhan luas daratan atau
perairan maupun spesies terdapat disebut kisaran geografisnya (Odum, 1971).
Faktor yang mengatur distribusi faktor
lain seperti kompetisi, musuh, penyakit, kekurangan makanan, cuaca musiman yang
tidak cocok, dan penurunan jumlah tempat berlindung yang tersedia menyebabkan
pengurangan populasi. Distribusi semua hewan, dari protozoa sampai manusia
akibatnya lebih bersifat dinamis, daripada statis dan selalu menjadi subjek
untuk perubahan. Faktor luar yang membatasi distribusi disebut penghalang. Hal
ini termasuk penghalang fisik, penghalang iklim dan penghalang biologis. Metode
distribusi hewan sekarang ini merupakan hasil penggabungan dari penghalang yang
ada dan kondisi lingkungan di masa lalu (Umar, 2004).
2.3. Macam-Macam
Komunitas
Di alam terdapat bermacam-macam
komunitas yang secara garis besar dapat dibagi dalam dua bagian yaitu (Aby,
2012):
1.
Komunitas akuatik, komunitas ini
misalnya yang terdapat di laut, di danau, di sungai, di parit atau di kolam.
2.
Komunitas terrestrial, yaitu kelompok
organisme yang terdapat di pekarangan, di hutan, di padang rumput, di padang
pasir, dll.
Bagi tumbuhan akuatik, intensitas
cahaya sangat menentukan penggunaan energi untuk fotosintesis. Tumbuhan
kekurangan energi jika intensitas cahaya berkurang. Semakin cerah suatu
perairan semakin jauh cahaya matahari yang dapat tembus kedalam perairan dan
dengan begitu akan banyak ditemukan tumbuhan laut seperti lamun yang memerlukan
cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis (Aby, 2012).
Pada umumnya perairan organik lebih
cerah daripada perairan pantai yang banyak bahan-bahan berbentuk partikel dan
bahan terlarut yang terdapat didalamnya. Berdasarkan bentuknya, waduk
dapat diklasifikasikan atas waduk tipe danau (lake type), tipe sungai (river
type), tipe bercabang banyak (multiple
branch type). Waduk Faperika dapat digolongkan ke dalam tipe danau, karena
terjadinya waduk ini akibat pembendungan suatu dataran rendah dan bentuknya
yang melebar (Aby, 2012).
Sumber air ini adalah air yang
mengalir dan meresap dari catchman area
yang ada disekitarnya karena tidak ada aliran sungai yang masuk ke waduk ini (Nurdin
et al, 1996). Komunitas adalah kumpulan populasi yang hidup didaerah tertentu
atau habitat fisik tertentu dengan satuan yang terorganisir. Selanjutnya,
dikatakan bahwa komunitas merupakan suatu system dari kumpulan populasi yang
hidup pada areal tertentu dan terorganisasi secara luas dengan karakteristik
tertentu, serta berfungsi sebagai kesatuan transformasi metabolis (Odum,1971).
Beberapa karakteristik struktur
komunitas yang biasanya dijadikan petunjuk adanya derajad ketidakstabilan
ekologis meliputi: keseragaman,dominansi, keragaman, dan kelimpahan. Suhu air
merupakan faktor yang cukup penting bagi lingkungan perairan, kecerahan dan
kekeruhan. Setiap spesies atau kelompok mempunyai batas toleransi maksimum dan
minimum untuk hidupnya (Odum, 1971).
Kenaikan suhu akan menyebabkan
naiknya kebutuhan oksigen untuk reaksi metabolisme dalam tubuh organisme.
Kecerahan adalah suatu parameter perairan yang merupakan suatu kedalaman
dari perairan atau lapisan perairan yang dapat ditembus oleh sinar matahari.
Kecerahan merupakan salah satu parameter dari produktivitas perairan karena
kecerahan perairan merupakan hubungan langsung dengan zona fotik (Aby, 2012).
Suhu berpengaruh secara langsung dan
tidak langsung terhadap organisme perairan. Secara langsung suhu berpengaruh
pada fisiologi fotosintesis, sedangkan secara tak langsung suhu menentukan
terjadinya stratifikasi atau pencampuran struktur perairan yang menjadi habitat
organisme perairan (Aby, 2012).
Komunitas dapat dicatat dengan
kategori utama dari bentuk-bentuk pertumbuhan-pertumbuhan (pohon, semak, belikar, lumut dan alga) yang menyusun struktur komunitas
hewan dan tumbuhan secara fisik (Odum, 1971).
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Komunitas adalah kumpulan dari
berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling
berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat
keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Dalam komunitas, semua organismee merupakan bagian dari komunitas dan antara
komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.
Untuk
interaksi pada komunitas dapat terjadi dalam dua cara, yaitu kompetisi dan
simbiosis. Untuk struktunya dibedakan menjadi struktur fisik dan biologi.
Kelimpahan jenis ditentukan berdasarkan besarnya frekuensi, kerapatan dan
dominasi setiap jenis di dalam komunitas itu sendiri.
Komunitas dibedakan menjadi 2 macam,
yaitu; komunitas akuatik, komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di
danau, di sungai, di parit atau di kolam, dan; komunitas terrestrial, yaitu
kelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di hutan, di padang rumput, di
padang pasir, dll.
DAFTAR
PUSTAKA
Odum,
Eugene P. 1971. Dasar-Dasar Ekologi Edisi
Ke 3. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.
Resosoedarmo, Soedjiran. 1990. Pengantar Ekologi. Jakarta:PT Remaja Rosdakarya.
Umar, M. Ruslan. 2004. Ekologi Umum Dalam Praktikum. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
Anonim
. 2012. Komunitas Ekologi. Website: http://queenichmiracle.blogs
pot.com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html.
Diakses pada hari Senin, tanggal 19 Mei 2014, pukul 09.10 WIB.
Aby.
2012. Ekologi dan Distribusi Hewan. http://abybiologi.blogspot.com/2012/
12/ekologi-dan-distribusi-hewan.html. diakses pada
hari Senin, tanggal 19 Mei 2014, pukul 08.30 WIB.
Annisa,
Zantedhescha. 2013. Makalah Komunitas
Hewan. http://zantedescia.blog
spot.com/2013/01/makalah-komunitas-hewan.html.
Diakses pada hari Senin, tanggal 19 Mei 2014, pukul 08.15 WIB.
mba makalah nya bagus sayang ngga bisa di copy
ReplyDelete