BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada
zaman purba, ada spesies-spesies yang mampu menyusun kulit atau kerangka luar tubuhnya
yang terbentuk dari zat kapur atau kersik. Hal ini diketahui dari fosil-fosil
yang terdapat dari batu-batu yang berasal dari ± 600 juta tahun yang lalu.
Spesies yang berkerangka kersik lebih dahulu hidupnya dibandingkan dengan yang
berkerangka kapur. Pada saat pengeboran minyak, ditemukan fosil-fosil renik.
Dari sinilah awal mulanya diketahui mikroorganisme yang bernama Protozoa (Radiopoetro, 1986).
Saat
ini terdapat persamaan pendapat bahwa istilah tumbuhan dan hewan sukar digunakan
bagi organisme uniseluler karena adanya kesamaan-kesamaan didalam semua
organisme tersebut. Timbullah gagasan untuk menyebut organisme uniseluler
tersebut dengan protista. Protista terbagi menjadi tiga, yaitu protista mirip hewan (Protozoa), protista mirip tumbuhan (algae),
dan Protista mirip jamur (Campbell,
2012).
Protozoa merupakan filum
mikrorganisme terkecil yang ada di muka bumi, ukurannya benar-benar kecil
sehingga tidak dapat dilihat dengan kasat mata melainkan harus menggunakan
bantuan alat yaitu mikroskop (Campbell, 2012).
Protozoa dibedakan
dari prokariot karena
ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari Algae
karena tidak berklorofil, dibedakan
dari jamur karena
dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur
lendir karena tidak dapat membentuk badan buah. Bentuk tubuh Protozoa berbeda-beda pada fase yang
berbeda dalam siklus hidupnya. Protozoa memiliki alat gerak yaitu ada yang
berupa kaki semu, bulu getar (cilia)
atau bulu cambuk (flagel). Beberapa Protozoa memiliki fase vegetatif yang bersifat aktif yang
disebut tropozoit dan fase dorman dalam bentuk sista. Tropozoit akan
aktif mencari makan dan bereproduksi selama kondisi memungkinkan. Jika kondisi
tidak memungkinkan kehidupan tropozoit
maka Protozoa akan membentuk sista. Sista merupakan bentuk sel Protozoa
yang terdehidrasi dan berdinding tebal mirip dengan endospora yang terjadi pada bakteri. Pada umumnya berkembang biak
dengan membelah diri (Radiopoetro, 1986).
Protozoa
terdapat di seluruh lingkungan berair dan tanah, menduduki berbagai tingkat
tropik. Oleh karena itu,
diadakanlah praktikum ini untuk mengetahui hewan-hewan berfilum
Protozoa yang ada di beberapa air
yang biasanya banyak terdapat disana serta untuk memahami ciri-cirinya.
1.2.Tujuan
Tujuan
dari praktikum Zoologi Invertebrata dengan judul “Filum Protozoa” ini adalah agar mahasiswa dapat:
1.
Mengamati dan mengenal
jenis-jenis Protozoa
2.
Membedakan ciri-ciri
khusus yang terdapat dalam tiap-tiap kelas protozoa
3.
Dapat membuat pembiakan
protozoa
4.
Mengenal habitat protozoa
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.Pengertian
Protozoa
Filum Protozoa dikenal sebagai filum untuk penggolongan hewan paling
kecil jika dibandingkan dengan kelas hewan lainnya. Kata Protozoa sendiri berasal dari bahasa Yunani, protos yang berarti pertama dan zoion
yang berarti binatang, sehingga dapat diartikan bahwa Protozoa merupakan mikroorganisme terkecil dan yang pertama kali
ditemukan (Radiopoetro, 1986).
Protozoa
memiliki habitat di tempat berair atau tempat basah, bila keadaan lingkungannya
jadi kering, Protozoa akan membuat
kristal (cyste). Karena Protozoa merupakan hewan bersel satu,
kegiatan hidup dilakukan oleh sel itu sendiri. Protozoa merupakan kelompok lain Protista eukariotik, terkadang antara Algae dan Protozoa kurang
jelas perbedaannya (Radiopoetro, 1986).
Protozoa
hampir semuanya Protista bersel satu,
mampu bergerak, dan makan dengan cara fagositosis,
walaupun ada beberapa pengecualian. Protozoa
biasanya berukuran 0,01-0,5 mm, tetapi dapat tumbuh sampai dengan 1 mm,
sehingga tidak bisa dilihat dengan mata telanjang melainkan harus menggunakan
mikroskop untuk melihatnya (Campbell, 2012).
Protozoa
hanya dapat hidup dari zat-zat organik, dan merupakan konsumen dalam komunitas,
mereka memakan bakteri atau mikroorganisme lain/sisa-sisa organisme. Di
perairan umumnya merupakan zoo plankton
(Campbell, 2012).
2.2.Klasifikasi
Protozoa
Untuk jenis-jenis Protozoa sendiri, telah lebih dari 60 ribu Protozoa yang sudah teridentifikasi (Campbell, 2012). Jenis Protozoa yang sangat beragam tersebut
dapat dibedakan menjadi 4 macam berdasarkan alat geraknya, antara lain:
1.
Kelas
Rhizopoda/Sarcodina
Semua
Protozoa yang tergolong kelas Rhizopoda bergerak dengan penjuluran protoplasma selnya yang membentuk kaki semu (pseudopodia). Bentuk pseudopodia
beragam, ada yang tebal membulat dan ada yang tipis meruncing. Pseudopodia berfungsi sebagai alat gerak
dan alat memangsa makanan (Rohmimohtarto, 2007).
Bentuk
sel Rhizopoda berubah-ubah saat diam
dan bergerak, protoplasma terdiri
dari ektoplasma dan endoplasma. Ektoplasma adalah sel bagian luar yang berbatasan langsung dengan
membran plasma. Endoplasma adalah
plasma sel pada bagian dalam sel. Ektoplasma
bersifat lebih kental dari endoplasma.
Aliran endoplasma dan ektoplasma tersebut berperan dalam penjuluran
dan penarikan pseudopodia
(Rohmimohtarto, 2007).
Rhizopoda berkembang biak
secara aseksual dengan pembelahan biner. Pada kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan, misalnya kekeringan, Rhizopoda
tertentu dapat beradaptasi untuk mempertahankan hidupnya dengan membentuk kista. Contohnya adalah Amoeba (Rohmimohtarto, 2007).
Rhizopoda umumnya hidup
bebas di tanah yang lembab dan di lingkungan yang berair, baik di darat maupun
di laut. Rhizopoda bersifat heterotrof dengan memangsa alga uniseluler, bakteri atau Protozoa
lain. Contoh dari kelas Rhizopoda
yaitu Amoeba, Arcella vulgaris, Difflugia
corona, Foraminifera, Heliozoa, Radiolaria, dll (Rohmimohtarto, 2007).
2.
Kelas
Flagellata/Mastigophora
Flagellata berasal
dari kata flagell yang berarti cambuk
dan phora yang berarti gerakan.
Sehingga diartikan Flagellata atau Mastigophora bergerak menggunakan bulu
cambuk atau flagellum. Sebagian besar Flagellata mempunyai dua flagellum (Radiopoetro, 1986).
Flagellata berkembang biak
secara aseksual dengan pembelahan biner membujur, misalnya pada Trypanosoma. Flagellata ada yang hidup
bebas di lingkungan berair, baik air tawar maupun air laut, dan ada yang hidup
bersimbiosis dalam tubuh hewan. Flagellata
yang hidup bersimbiosis, misalnya Trichonympha
campanula hidup pada usus rayap dan kecoa kayu. Flagellata ini membantu rayap atau kecoa mencerna kayu yang dimakan
serangga tersebut (Radiopoetro, 1986).
Sejumlah
Flagellata menginfeksi manusia,
menimbulkan penyakit pada alat kelamin, usus dan penyakit sistemik
(Radiopoetro, 1986).
3.
Kelas
Ciliata/Infusoria
Ciliata berasal dari
bahasa latin, yaitu cilia yang bearti
rambut kecil, atau ciliophora, dengan
phora yang berarti gerakan sehingga
dapat diartikan bahwa ciliata
bergerak dengan menggunakan silia (rambut
getar). Ciliata juga disebut Infusoria (infus= menuang) karena hewan
ini ditemukan juga pada air buangan atau air cucuran (Nizkon, 2010).
Ciliata hidup bebas di lingkungan
berair, baik air tawar maupun air laut. Ciliata
juga hidup di dalam tubuh hewan lain secara simbiosis maupun parasit. Bentuk Ciliata seperti sandal (cenela), ada bagian yang tampak
disebelah depan dan meruncing dibagian belakang disana banyak terdapat silia untuk alat gerak dengan cara
bergetar. Terdapat trichocyst, mulut,
rongga makanan dan rongga berdenyut, makronukleus,
mikronukleus, dan sel dubur (Nizkon, 2010).
Respirasi dan ekskresi terjadi melalui permukaan
tubuhnya (selaput plasma) tubuhnya dilindungi oleh pellicle, dibawahnya terdapat trichocyst
yang akan dikeluarkan jika dirangsang (Nizkon, 2010).
Contoh-contoh
lain cilliata: (Nizkon, 2010)
1.
Didinium
nasutum (holotricha),
2.
Stentor
coeruleus (heterortchicha)
3.
Vorticella
campanula(peritricha)
4.
Stylonychia
mytilus (hypotricha)
5.
Podophrya
collini
4.
Kelas
Sporozoa
Berasal
dari kata sporo yang berarti benih,
dan zoion artinya binatang. Sporozoa tidak memiliki alat gerak.
Hewan-hewan ini merupakan hewan parasit. Siklus hidup Sporozoa sangat rumit karena menyangkut beberapa spesies hopes, contoh Sporozoa yang
paling umum ialah Plasmodium sp penyebab
penyakit malaria, ditemukan oleh Charles
Laveran, Roland Ross, dan Grassi,
ditularkan oleh nyamuk anopheles.
Berkembang biak secara vegetatif di
dalam tubuh manusia dan generatif di
dalam tubuh nyamuk. Di dalam tubuh manusia, sporozoid
akan menyerang sel darah merah (Schizogony),
selanjutnya membiak secara vegetatif menjadi merozoit yang disebut sporulasi
(Nizkon, 2010).
Kelas Sporozoa dibagi atas
tiga ordo: (Nizkon, 2010)
a.
Ordo Gregarina
Merupakan parasit yang intra dan ekstra seluler pada invertebrata (insecta) khususnya di saluran pencernaan. Contohnya Leidyana erratica.
b.
Ordo Coccodia
Sporozoa
yang seluruh
siklus hidupnya dilalui pada hopes
tunggal, contohnya
Isospora hominis.
c.
Ordo Haemosporidia
Sporozoa
yang hidup sebagai parasit dalam darah. Contohnya Plasmodium malariae.
.
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1.Waktu
dan Tempat
Praktikum Zoologi Invertebrata “Filum
Protozoa” dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 6 November 2013, pada pukul
13.20 sampai dengan pukul 15.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di dalam Laboratorium
Biologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang.
3.2.Alat
dan Bahan
3.2.1.Alat
Alat yang digunakan yaitu panci, kompor,
botol kosong, kain kasa, mikroskop, pipet tetes, beaker glass, deck glass, dan object glass.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu air kolam,
air kubangan, air sawah, dan air rawa.